Danu dan Doddy mengangguk. Kemudian, Wira tiba-tiba berkata, "Selain itu, beri tahu penduduk bahwa mereka hanya perampok supaya nggak ada yang khawatir. Jangan ada yang membocorkan hal ini."Kejadian seperti ini terlalu mengerikan bagi manusia biasa. Itu sebabnya, mereka tidak seharusnya mengetahui hal ini."Oke, aku akan menjelaskannya kepada mereka. Kak Wira tenang saja," ujar Danu. Sesudah itu, dia menginstruksi bawahannya."Selain itu, kubur prajurit yang tewas dengan baik. Lain kali kalau ada bahaya seperti ini, kalian nggak perlu menguji kemampuan lawan, langsung tembak saja," pesan Wira.Wira merasa sedih memikirkan pasukannya yang tewas. Orang-orang itu telah mengikutinya selama bertahun-tahun, Wira tentu merasa bersalah atas kematian mereka.Danu dan Doddy mengangguk, tampak kesedihan pada sorot mata mereka. Wira sudah mengganti pakaian. Dia, Danu, Doddy, dan ketiga istrinya datang ke ruang rahasia.Begitu melihat ketiga pria itu, tatapan Wira tampak dipenuhi amarah. Berani se
Ketiganya pun mendengus, masih tidak menunjukkan rasa takut terhadap Wira. Akan tetapi, Wira justru tertawa terbahak-bahak mendengarnya."Hehe, menarik sekali. Berani sekali kalian mengancamku!" timpal Wira sembari menatap ketiga pria itu dengan dingin."Danu, mereka sama-sama keras kepala. Layani dulu dengan baik," perintah Wira. Begitu mendengar ini, Danu segera mengangguk."Tenang saja, Kak Wira. Bawahanku tahu batasan, nggak akan melukai mereka. Selain itu, aku sudah menyembelih ayam sejak kecil, pasti tahu bagian mana yang bisa mengeluarkan darah dengan pelan. Meski nggak bakal mati, mereka akan tersiksa setengah mati.""Lagian, mereka bertiga ahli bela diri. Fisik mereka jauh lebih hebat daripada manusia biasa. Mana mungkin aku bisa membunuh mereka!" ujar Danu. Selesai berbicara, dia mengeluarkan sebuah kotak di ruang rahasia ini.Begitu kotak dibuka, tampak berbagai peralatan di dalamnya. Ada peralatan bertani, juga peralatan rumah, dan jarum baja dengan ukuran berbeda. Jika dij
Mereka masih bisa bertahan jika hanya disiksa sekali. Namun, entah berapa siksaan yang harus mereka hadapi nanti. Apalagi, semua peralatan yang dimiliki Danu begitu menakutkan! Justru heran jika mereka tidak merasa takut!Hanya saja, apa gunanya merasa takut? Mereka tidak akan bisa kabur. Itu sebabnya, pria kedua itu langsung memutuskan untuk berbicara jujur.Wira pun tersenyum mendengarnya. Dia berucap, "Kalau begitu, silakan katakan.""Ka ... kami datang karena diperintahkan untuk membunuh orang bernama Wira di Dusun Darmadi. Kami memang berasal dari Sekte Langit, tapi ....""Kami nggak tahu kenapa harus membunuhmu. Mungkin ada rahasia di balik semua ini, tapi kami nggak mungkin bisa mengetahuinya. Kami hanya murid sekte luar, hanya lebih hebat sedikit daripada manusia biasa. Jadi ....""Tuan Wira, bukannya kami nggak ingin memberitahumu. Kami benar-benar nggak mengetahui apa yang terjadi!" jelas pria kedua itu. Dia tidak terlihat seperti sedang berbohong.Lantas, mengapa petinggi Se
"Mereka nggak akan menunjukkan diri kalau bukan karena situasi tertentu. Banyak dari mereka yang bersembunyi di dunia fana, tapi jarang sekali terlihat. Jangankan kalian, kami saja nggak bisa bertemu atau mengenali mereka ...," jelas salah satu pria itu segera.Wira pun paham setelah mendengarnya. Bagaimanapun, mereka tidak ada bedanya dengan orang biasa sehingga tidak mudah untuk dikenali."Kalau begitu, kalian bertiga dari keluarga atau faksi mana?" tanya Wira. Ketiga pria itu pun tampak ragu-ragu. Wira meneruskan, "Kenapa? Nggak mau memberitahuku?"Ketiganya sontak bergidik mendengarnya. Kemudian, salah satunya menjawab, "Kami dari faksi kecil, namanya Faksi Alam."Nama ini kedengarannya cukup menarik. Wira menyahut, "Kalau begitu, kalian tinggal di sini untuk sementara waktu."Ketiga pria itu hanya bisa tersenyum pasrah. Memangnya apa lagi yang bisa mereka katakan untuk sekarang?Sesudah meninggalkan ruang rahasia, Wira merenung dengan saksama. Faksi Alam hanya faksi kecil. Namun,
Setelah Wira selesai berbicara, semua orang buru-buru menganggukkan kepalanya. Baginya, situasi saat ini sudah sangat mendesak. Jika tidak segera menyelesaikan hal ini, krisis akan datang lagi.Oleh karena itu, Wira membuat sebuah keputusan yang berani di dalam hatinya yaitu dia akan pergi ke Faksi Alam. Dia ingin melihat bagaimana tempat itu sebenarnya. Tempat ini tentu saja berbahaya, tetapi dia tidak khawatir. Tidak ada kamera di dunia ini, sehingga dia bisa menyamar dan tidak ada orang yang akan mengenalinya. Setelah pikiran itu terlintas, keinginannya ke tempat itu pun menjadi makin kuat.Keesokan paginya, Wira memanggil Biantara, Danu, Doddy, dan Mandra, lalu memberi tahu mereka tentang rencananya itu."Apa? Kak Wira, maksudmu kita yang akan menyerang mereka dulu?" Pada saat ini, Biantara buru-buru berbicara.Setelah mendengar perkataan itu, Wira menganggukkan kepalanya. Dia tentu saja mengerti maksud Biantara, tetapi dia tetap berkata, "Bukan berarti kita akan bertarung dengan m
Waktu itu, Wira juga pergi ke ibu kota Kerajaan Nuala sendirian untuk menyelamatkan Doddy. Sekarang dia dalam bahaya, tidak ada seorang pun dari saudara-saudara ini yang mundur. Dia merasa ini saja sudah cukup. Sulit untuk menemukan sahabat sejati di hidup ini, sehingga dia sangat bersyukur bisa memiliki begitu banyak saudara.Setelah memutuskan hal ini, Wira menemui ketiga orang itu dan langsung menanyakan lokasi Faksi Alam.Ketiga orang itu tertegun sejenak, lalu berkata, "Tuan Wira, kamu ingin pergi ke Faksi Alam? Bukankah ... ini sama saja mencari mati?"Mendengar perkataan itu, Wira tersenyum dan berkata dengan tenang, "Kalau aku nggak bilang aku adalah Wira, siapa yang akan tahu? Lagi pula, kalian bisa datang ke Dusun Darmadi karena kalian tahu aku ada di sini, 'kan? Kalau aku nggak ada di sini, ke mana lagi mereka akan mencariku?"Setelah Wira selesai berbicara, ketiga orang itu menganggukkan kepalanya. Jika Wira tidak mengungkapkan identitasnya sendiri, mereka benar-benar tidak
Wira tentu saja memiliki alasannya sendiri saat mengambil langkah itu. Bagaimanapun juga, Faksi Alam akan segera mengetahui kedatangan mereka. Jika kali ini rencananya gagal, mereka akan melakukan tindakan selanjutnya dan situasi Dusun Darmadi akan menjadi sangat berbahaya. Oleh karena itu, dia harus meninggalkan cukup ahli untuk menjamin keamanan Dusun Darmadi.Saat Wira dan yang lainnya sudah berangkat, Wulan, Dian, dan Dewina merasa sangat khawatir. Namun, mereka juga tahu ini adalah hal yang tidak bisa dihindari. Situasi saat ini membuat mereka tidak memiliki cara untuk mundur lagi. Oleh karena itu, saat keadaannya mendesak, mereka pun hanya bisa mengambil risiko untuk menghadapinya."Kak Wulan, suami pasti akan kembali dengan selamat, 'kan?" Pada saat itu, Dian berbicara dengan tatapan dipenuhi dengan kecemasan.Dewina menggigit bibirnya sendiri. Hatinya juga merasa cemas seperti Dian, tetapi tidak mengatakannya. Dia lebih memahami kekuatan para ahli bela diri, sehingga dia lebih
"Sudah seharian menunggu tapi tetap nggak ada yang keluar, ini benar-benar terlalu tenang!" Woody yang menatap Faksi Alam dari kejauhan langsung mengernyitkan alisnya.Mendengar perkataan itu, teman di sampingnya akhirnya berkata, "Faksi Alam memang selalu seperti ini, jarang sekali ada orang yang masuk dan keluar. Entah tempat seperti apa sebenarnya di dalam faksi ini. Kak Woody, menurutmu ... apa tempat ini benar-benar sangat berbahaya seperti yang dikatakan Bos?"Pemuda itu bertanya karena sangat penasaran.Mendengar perkataan itu, Woody menganggukkan kepalanya."Jangan ragu dengan penilaian bos. Kalau dia bilang begitu, pasti benar!" kata Woody dengan tatapan yang semangat.Kemudian, mereka pun mulai piknik."Woody, tempat ini memang bagus, pemandangannya sangat ini. Makanan hari ini juga lezat, terutama daging panggang ini. Setiap kali makan, aku selalu sangat menyukainya."Untuk mengundang para pemuda kaya ke tempat ini, Woody sengaja menyiapkan banyak makanan lezat."Makanan lez
Mendengar kata dari selatan ke utara, Zaki dan Joko langsung tertegun dan kembali melihat peta di depan mereka.Setelah mengamati petanya dari sudut pandang berbeda, Zaki langsung terkejut sampai keringat dinginnya mengalir dan berkata dengan pelan, "Aku mengerti sekarang. Kalau tebakanku benar, mereka akan memblokir kita sepenuhnya di wilayah utara kalau mereka berhasil merebut Gunung Linang ini. Dengan begitu, seluruh wilayah dari Gunung Linang ke selatan akan dikuasai Wira."Mendengar perkataan itu, Darsa tersenyum.Setelah mendengar analisis Zaki, Joko yang berdiri di samping juga akhirnya mengerti situasinya dan berkata, "Ternyata begitu. Kalau begitu, selama pasukan Wira belum berhasil merebut Pulau Hulu dan bergerak ke Gunung Linang, mereka akan terus menyerang kita, 'kan?"Mendengar perkataan itu, semua orang tersenyum.Sementara itu, Darsa menganggukkan kepala dan berkata, "Benar. Sekarang mereka sudah menggunakan rencana saluran air dan kavaleri untuk menyerang kita pun masih
Zaki menambahkan, "Benar. Tuan, setelah memenangkan pertempuran ini, Wira pasti akan langsung pergi. Dia mana mungkin melancarkan serangan kedua."Mendengarkan perkataan keduanya, Darsa tersenyum dan berkata, "Aku tentu saja sangat yakin. Apa kalian tahu kenapa Wira bisa menyerang kita?"Kedua orang itu langsung tertegun sejenak karena sebelumnya mereka memang tidak memikirkan alasan di balik serangan itu.Zaki langsung tercengang sejenak, lalu berkata, "Tuan, bukankah mereka menyerang karena ingin merebut Pulau Hulu ini? Apa mereka punya tujuan lain?"Mendengar pertanyaan itu, Darsa tersenyum. Namun, dia tidak langsung menjawab, melainkan menatap Joko dan berkata sambil tersenyum, "Menurut kalian?"Joko juga tertegun karena dia tidak menyangka Darsa akan melemparkan pertanyaan ini padanya. Setelah berpikir sejenak, dia baru menjawab, "Menurutku, Wira memang ingin merebut Pulau Hulu ini. Tapi, apa mereka ada rencana di balik ini, aku masih belum terpikirkan."Semua orang juga langsung
Mendengar Darsa memuji dan bahkan memberikan penilaian yang sangat tinggi terhadap orang yang bernama Adjie ini, Zaki mengernyitkan alis dan berkata, "Tuan, kenapa kamu malah memuji musuh kita? Menurutku, nggak peduli siapa pun dia, tombakku ini pasti akan membunuhnya."Semua orang sudah terbiasa dengan temperamen Zaki yang buruk, sehingga kebanyakan dari mereka hanya tersenyum.Beberapa saat kemudian, Joko yang berdiri di samping pun tersenyum dan berkata, "Orang ini memang pandai menyusun strategi. Kalau tebakanku nggak salah, rencana membuka saluran air ini pasti ide dari Adjie, 'kan?"Joko menatap Guntur yang sedang berlutut saat mengatakan itu, jelas sedang bertanya pada Guntur.Setelah tertegun sejenak, Guntur baru berkata, "Benar, dia juga yang mengatur strategi penyerangan kami tadi. Tapi, kami benar-benar nggak menyangka dia bisa begitu keterlaluan sampai menjadikan orang-orang dari Desa Riwut sebagai umpan."Zaki mendengus, lalu langsung menendang Guntur dan berteriak dengan
Mendengar perkataan Darsa, semua orang menganggukkan kepala. Menurut mereka, apa yang dikatakan Darsa memang masuk akal.Pada saat itu, pintu tenda tiba-tiba terbuka dan Joko berjalan masuk. Setelah memberi salam pada Zaki, dia menatap Darsa dan berkata, "Aku sudah menangani semua perintah Tuan Darsa, sekarang tinggal menunggu laporan dari mata-mata. Kami sudah mengerahkan banyak mata-mata. Kalau ada informasi, mereka pasti akan segera melaporkannya."Mendengar laporan itu, Darsa merasa sangat puas. Dia menatap semua orang dan berkata, "Baiklah. Karena semuanya sudah diatur, sekarang kita akan menyusun rencana perang. Bisa dipastikan para perampok di Desa Riwut sudah bergabung dengan pasukan Wira. Apa kita berhasil menangkap salah satu dari mereka?"Tepat pada saat itu, salah seorang wakil jenderal yang bertugas untuk membersihkan medan perang memberi hormat dan berkata, "Tuan, sebelumnya kami memang berhasil menangkap satu tahanan. Orang ini tadinya berpura-pura mati, tapi untungnya p
Mendengar perkataan itu, Darsa menganggukkan kepala. Melihat Joko hendak pergi, dia baru teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Oh ya. Setelah selesai mengatur semuanya, datang lagi ke sini. Aku harus merencanakan beberapa hal lagi untuk langkah selanjutnya.""Baik!" jawab Joko.Setelah Joko pergi, Darsa mengernyitkan alis. Pada saat itu, dia melihat Zaki masuk dari luar. Dia langsung tertegun sejenak saat melihat Zaki, lalu bertanya, "Bagaimana? Pikiranmu sudah jernih?"Mendengar pertanyaan Darsa, Zaki menganggukkan kepala dan langsung berkata sambil memberi hormat, "Tuan Darsa, maaf, sebelumnya aku memang terlalu gegabah. Tapi, kali ini ada begitu banyak saudara kita yang tewas, aku benar-benar merasa nggak rela."Darsa tersenyum, lalu berkata, "Hehe. Ini bukan masalah, kita akan membalasnya lain kali. Kali ini mereka memang menang, tapi menang dan kalah adalah hal yang biasa dalam dunia peperangan. Kalau kamu putus asa dan hanya memikirkan soal balas dendam karena kekalahan k
Setelah pasukan utara kembali ke kemah, Darsa tidak bisa menahan amarahnya saat melihat ekspresi Zaki dan berkat, "Zaki, sebagai jenderal garis depan, kenapa kamu begitu gegabah? Musuh pasti sudah menyiapkan jebakan di depan makanya mereka mundur, tapi kamu malah masih ingin membawa pasukan untuk mengejar mereka."Mendengar perkataan itu, wajah Zaki langsung memerah. Setelah terdiam sejenak, dia baru berkata, "Kali ini memang aku yang salah perhitungan. Tapi, musuh kita benar-benar licik. Kalau kita terus membiarkan mereka begitu, kita akan terus dipermainkan mereka."Ekspresi Darsa langsung terlihat kecewa dan berkata dengan marah, "Tipu muslihat adalah hal yang biasa dalam perang dan ini sudah menjadi aturan sejak dulu. Apa yang kamu pikirkan? Aku beri tahu kamu, aku akan melupakan kesalahanmu kali ini kalau kamu bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik."Darsa mendengus, lalu menoleh pada Joko dan berkata dengan pelan, "Bawa orang-orangmu untuk menghitung jumlah korban dan pasukan
Pengirim pesan itu segera memberi hormat, lalu langsung berjalan keluar.Setelah pengirim pesan itu pergi, Darsa baru menghela napas. Saat ini, semuanya sudah direncanakan, tetapi tergantung pada takdir apakah ini akan berhasil atau tidak. Jika 10 ribu pasukan ini masih tidak bisa membawa kembali Joko dan Zaki, situasinya akan makin merepotkan.Saat itu, Wira yang berada di medan perang tiba-tiba menoleh dan melihat musuh sudah mengerahkan tambahan 10 ribu pasukan pun terkejut karena hal ini di luar perkiraannya. Dia tidak menyangka musuh masih memiliki pasukan sebanyak ini dan sebelumnya mereka juga sudah menunjukkan kekuatan yang luar biasa. Mengapa mereka tidak langsung mengerahkan seluruh pasukan?Sebelumnya, Wira dan pasukannya sudah berhasil menghancurkan semangat bertarung pasukan utara. Namun, begitu melihat musuh mendapat pasukan tambahan lagi sekarang, mereka langsung terkejut. Mereka tidak menduga musuh mereka ternyata begitu hebat.Tepat pada saat itu, salah seorang yang te
Begitu kedua belah pihak bertabrakan, suara benturannya langsung bergema dan kekuatan yang dahsyat membuat keduanya terlempar dari kuda mereka.Joko bisa begitu dipercaya Darsa karena ternyata kekuatannya memang luar biasa. Dia mendengus, dan segera memutar tubuhnya sambil mengayunkan senjatanya, lalu mendarat di tanah. Serangannya seharusnya sudah sangat cepat, tetapi dia tidak menyangka Arhan malah lebih cepat. Saat kakinya menyentuh tanah, Arhan sudah kembali menyerangnya.Keduanya bertarung dengan sangat sengit, membuat suasana medan perang menjadi makin kacau.Namun, pertarungan antara kedua orang itu malah membuat pasukan utara makin terdesak. Menurut mereka, kekuatan musuh mereka ini benar-benar luar biasa. Bahkan ada salah seorang prajurit yang berkata, "Kenapa pasukan musuh begitu kuat? Ini benar-benar merepotkan."Banyak prajurit lainnya yang menganggukkan kepala juga. Menurut mereka, kemampuan pasukan musuh kali ini benar-benar sangat hebat dan di luar perkiraan mereka. Bahk
Hayam menganggukkan kepala setelah mendengar Adjie berkata seperti itu, lalu segera berbalik dan memimpin pasukannya mendekati Wira.Saat melihat Agha juga memimpin pasukan untuk datang mengepung, Darsa yang berada di dalam tenda langsung terkejut. Dia selalu mengira bala bantuan dari pihak musuh hanya pasukan kavaleri yang bersembunyi di kegelapan, tetapi ternyata masih ada begitu banyak infanteri.Ekspresi Darsa langsung menjadi muram saat teringat dengan banjir yang tiba-tiba terjadi sebelumnya. Setelah tertegun sesaat, dia akhirnya menyadari semua itu adalah bagian dari jebakan yang sudah direncanakan musuh. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, bantu Zaki untuk mundur, sekarang bukan saatnya untuk menyerang."Ekspresi Joko berubah, lalu menganggukkan kepala dan berkata, "Baik, kita akan segera menerobos keluar."Namun, saat melihat pasukan musuh, seseorang yang berada di samping Joko berkata, "Sialan. Kita benar-benar nggak menyangka hal ini, tapi kekuatan mereka memang lu