Bagaimanapun juga bagi Bruno dan Berma, identitas Berma sudah terungkap. Jika saat ini mereka bertindak lagi, kemungkinan besar usaha sebelumnya akan sia-sia dan bahkan akan membahayakan nyawa mereka sendiri."Berma, keinginan Tuan Prabu adalah membunuh Wira, tapi ... kalau Wira sudah membuat persiapan, kita pasti akan mati. Apa pilihanmu kali ini?" tanya Bruno.Selama bertahun-tahun ini, Bruno selalu berada di sisi Prabu, dia tahu betul karakter dan kebiasaan Prabu. Namun justru karena tahu jelas mengenai Prabu, hatinya menjadi semakin khawatir. Bagaimanapun juga, kekejaman Prabu ini jauh melampaui bayangannya.Bukan hanya itu saja, yang terpenting adalah Prabu ini sama sekali tidak memedulikan nyawa mereka. Dia sudah tahu tentang hal ini sejak lama, hanya saja dia tidak pernah mengungkapkannya. Namun, keputusan Prabu kali ini jelas tidak bijaksana. Menggunakan segala cara, berarti mengorbankan nyawa mereka berdua untuk membunuh Wira. Harus diakui, keputusan Prabu ini membuatnya meras
Setelah meninggalkan tempat itu, Berma pergi ke pasar untuk membeli beberapa makanan enak. Dia berencana memasak beberapa hidangan lezat untuk Yasir setelah pulang nanti. Tidak peduli rencananya akan berhasil atau tidak, ini akan menjadi makanan terakhir. Dia sudah memanfaatkan Yasir begitu lama, hatinya merasa bersalah. Yang bisa dia lakukan saat ini adalah menemaninya makan.Sebenarnya, Berma pernah beberapa kali merasa bimbang dan berpikir kehidupan bersama Yasir seperti ini sangat bagus juga. Namun, dia tetap tidak bisa meninggalkan Keluarga Juwanto. Mungkin karena pemikirannya ini sudah ditanamkan sejak kecil sehingga sangat sulit untuk diubah. Setiap kali Berma ingin menyerah, dia akan selalu menghentikan pemikirannya itu. Namun sekarang, dia akhirnya sadar.Saat mendengar Bruno mengatakan menggunakan segala cara, dia terkejut sejenak. Berma tiba-tiba menyadari bahwa dirinya hanyalah alat yang tak penting bagi mereka, bahkan tidak berarti. Setelah memikirkannya, rencana ini bisa
Yasir tiba-tiba teringat sesuatu dan buru-buru berbicara. Baginya, Dusun Darmadi adalah tempat yang terlihat seperti mimpi. Ada gunung, air, dan kehidupan masyarakatnya yang sederhana, tempat itu adalah surga dunia yang sesungguhnya. Namun, dia tidak mengerti dengan maksud dari perkataan Berma. Berma bukan bertanya apakah pemandangan seperti itu memang nyata atau tidak, melainkan bertanya apakah dia bisa memiliki kehidupan yang seperti mimpi ini.Pada saat yang bersamaan, Wira tidak peduli dengan semua hal itu, tetapi dia sudah mempersiapkan seluruh kediaman Raja Uttar untuk siap melawan. Dia menempatkan orangnya yang memiliki kemampuan bela diri yang hebat dan senapan di setiap sudut. Dengan cara ini, orang biasa tidak mungkin bisa masuk ke kediaman itu. Saat ini, dia sedang duduk bersila di atas tempat tidur dan mengalirkan energi ke seluruh tubuhnya dalam satu putaran. Setelah itu, dia perlahan-lahan membuka matanya dengan ekspresi terkejut dan mengepalkan tinjunya."Dua belas putar
Keesokan harinya, matahari terbit seperti biasanya, tetapi hari ini mungkin akan agak berbeda.Wira dan Dewina tidur dengan nyenyak. Begitu pagi tiba, Wira langsung mengalirkan energinya lagi satu kali putaran kecil di halaman. Berlatih di pagi hari hasilnya akan dua kali lipat lebih baik. Setelah menyelesaikan latihannya, dia langsung pergi ke aula istana. Sebelum pergi, Senia telah menentukan waktu untuk rapat pagi dan Wira hanya tersenyum karena dia sangat menyukai rapat pagi ini. Sidang ini rasanya jauh lebih baik daripada rutinitasnya dari jam sembilan pagi hingga lima sore di kehidupan modernnya.Di aula istana, ada empat menteri utama yaitu keempat raja yang berdiri di paling depan. Mereka yang mengurus berbagai urusan penting di istana. Sementara itu, putra mahkota hanya belajar semampunya saja."Yang Mulia, panen Kerajaan Agrel tahun ini nggak begitu bagus. Terjadi kekeringan di daerah Niaga, jadi ... mereka butuh pemerintah untuk mengirimkan bantuan makanan agar rakyat bisa m
Raja Kresna langsung merasa malu karena pemikirannya berhasil ditebak Wira. Namun dia tetap berkata sambil menggertakkan giginya, "Itu ... Wira, sebenarnya hal ini memang sebaiknya Raja Ararya yang pergi. Kebetulan dia akan ditempatkan di luar ibu kota agar bisa meredakan ambisinya. Tapi ... Raja Ararya mungkin nggak bisa menangani bantuan korban bencana dengan baik dan dia kejam. Aku takut saat dia nggak bisa menanganinya, dia akan membunuh para warga agar masalahnya segera berakhir!"Kekhawatiran Raja Kresna tentu saja masuk akal, karena Raja Ararya ini memang terlalu kejam.Selain itu, hati Raja Ararya selalu memikirkan masalah pemerintahan Kerajaan Agrel. Meskipun dia pergi ke Niaga, dia mungkin tidak bisa menangani bantuan korban bencana dengan tenang juga.Kemungkinan, dia akan segera mengakhiri bantuan itu hingga para korban kelaparan dan menjadi rusuh, semuanya menjadi sia-sia. Bahkan dana negara mungkin akan disalahgunakan. Jika benar-benar seperti ini, hal ini sungguh tidak b
Setelah menyelesaikan ucapannya, Raja Kresna pun langsung pergi. Pada saat itu juga, Biantara buru-buru masuk dan berkata, "Kak Wira, apa kita benar-benar mau pergi menolong korban bencana?"Wira menghela napas, lalu berkata dengan tak berdaya, "Di Kerajaan Agrel ini, banyak sekali yang nggak berguna di saat penting. Ditambah lagi dengan masalah bantuan bencana ini, masalah jadi semakin sulit diatasi. Jadi ... jangan-jangan memang aku adalah kandidat terbaik."Setelah mendengar ucapan Wira, Biantara tak kuasa menimpali, "Aku tahu masalah bantuan korban bencana di Agrel setiap tahun. Situasinya sangat tidak optimis setiap kali. Raja Ararya dan almarhum Raja Byakta selalu saja memperebutkan masalah ini.""Sebab, kerajaan akan memberikan dana besar untuk korban bencana. Sebagian besar, mereka selalu mengorupsi setengah dari dana tersebut, sisanya 20% untuk menyuap petugas lainnya dan hanya 30% yang benar-benar disalurkan ke korban bencana!"Mendengar hal itu, Wira langsung terkesiap. "Han
Hari ini Bruno hanya datang untuk melihat-lihat. Jika rencana mereka bisa berhasil, tentu akan lebih bagus. Namun jika tidak berhasil, Bruno tidak akan terlibat di dalamnya. Berma membawa beberapa orang itu masuk ke halaman dan bergegas ke kamar tengah.Mereka membawa pedang dengan tatapan tajam yang penuh dengan niat membunuh. Hanya saja, saat memasuki kamar itu, tidak ada seorang pun di dalamnya."Nggak ada orang?" Berma tercengang sesaat."Bos, tempat ini awalnya adalah kediaman Raja Byakta. Kamar ini ... seharusnya adalah kamar utama, tapi kenapa nggak ada orang sama sekali?" tanya bawahannya dengan wajah bingung. Mendengar hal ini, ekspresi Berma sontak berubah drastis."Gawat, kita kena perangkap!" serunya dengan ekspresi muram. Tanpa ragu-ragu, dia langsung hendak keluar. Namun pada saat mereka hendak keluar dari kamar, ada 30-an orang yang berdiri di sana menunggu dengan pistol yang diarahkan pada mereka."Terobos!" seru Berma. Baru saja dia hendak melayangkan pedangnya, pistol
Tebersit tatapan meremehkan dalam pandangan Bruno. Berani sekali Wira ini memprovokasinya langsung. Bukankah sekarang berakhir mengenaskan?"Wira, bukankah lebih aman kalau kamu berada di dalam sana? Kenapa kamu malah mau bertarung denganku? Memangnya kamu kira kamu sehebat itu bisa menandingiku? Jangan bercanda! Hari ini, kamu harus menerima konsekuensi atas kecerobohanmu!" ujar Bruno seraya tertawa bangga. Sebab, misinya sudah hampir berakhir. Namun pada saat ini, Wira menghela napas dan berkata dengan tak berdaya, "Apa yang kamu pikirkan? Memangnya kenapa kalau aku nggak sehebat kamu? Aku punya pistol!" Sambil berkata demikian, Wira mengeluarkan pistolnya dan mengarahkannya kepada Bruno.Wajah Bruno langsung menjadi pucat dan pikirannya juga jadi kosong seketika."Kamu ... licik!" gumamnya.Tanpa menunggu dia selesai bicara, Wira sudah menarik pelatuknya.Dor!Peluru bersarang di kepalanya, Bruno tewas seketika. Wira tidak membiarkannya hidup karena tidak ada gunanya. Wira tahu bah
Semua orang itu memahami kepribadian Wira, makanya mereka bersedia berada di sisi Wira dan melayaninya. Meskipun Wira adalah pemimpin yang menyerahkan semua tanggung jawab pada mereka, mereka juga tidak pernah mengeluh. Mereka hanya ingin melakukan tugas mereka dengan baik untuk membantu meringankan beban Wira dan menjaga kestabilan sembilan provinsi.Kresna berkata dengan tegas, "Nggak perlu. Kalau kamu adalah Senia, aku tentu saja akan curiga dia ingin menggunakan Gina untuk mengancamku. Senia memang bisa melakukan hal seperti itu. Tapi, sekarang orang yang ada di depanku adalah kamu, aku tahu sikap dan juga kepribadianmu. Lagi pula, Gina nggak aman di sisiku karena semua orang mengira dia sudah mati.""Kalau dia muncul di hadapan mereka lagi, mungkin itu akan membawa masalah yang nggak perlu bagi Gina. Aku takut bukan hanya nggak membantunya kalau sudah seperti itu, malahan akan membahayakannya ...."Selama tahu Gina masih hidup, itu saja sudah cukup bagi Kresna. Soal kapan mereka a
Wira berkata, "Baiklah. Kalau kalian berdua tulus ingin bergabung denganku dan bertobat, aku akan melupakan semua hal yang terjadi sebelumnya. Aku akan mengatur langkah selanjutnya. Kalau ingin bersandiwara, kita harus berakting dengan sungguh-sungguh agar kalian juga bisa menjelaskannya saat kembali nanti.""Aku akan bersiap-siap dulu, lalu pergi ke utara untuk bertemu dengan kalian dan melawan Senia bersama-sama."Setelah mengatakan itu, Wira tersenyum yang menunjukkan kerja sama mereka sudah tercapai. Jika bisa mengalahkan Senia tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga, ini juga termasuk hal luar biasa dan dunia ini juga bisa damai untuk sementara waktu. Ini adalah hasil yang selalu diharapkannya. Pada saat itu, dia tidak perlu mengkhawatirkan nasib para rakyat di sembilan provinsi lagi."Terima kasih banyak, Tuan Wira," kata Kresna dan Ararya sambil memberi hormat setelah saling memandang. Mendapatkan pemimpin yang bijaksana adalah sebuah anugerah besar.Setelah semua sudah selesai d
Kresna pun menghela napas panjang. "Tuan Wira, kamu pasti masih ingat dengan peristiwa yang terjadi di Provinsi Yonggu saat itu, 'kan? Sebenarnya aku juga nggak berniat melakukannya, tapi Senia sudah menyandera seluruh keluargaku. Meskipun enggan, aku juga terpaksa harus melakukannya. Kalau nggak, seluruh keluargaku akan mati dan akhirnya memilih untuk nggak kerja sama denganmu."Setelah mengatakan itu, Kresna menundukkan kepala dan terdiam cukup lama. Saat di Provinsi Yonggu, dia sudah kehilangan salah satu orang kepercayaannya yang paling andal dan sekaligus kekasihnya yaitu Gina. Saat itu, Wira sudah memberinya jalan, tetapi dia tidak memilihnya. Oleh karena itu, sekarang menyesal pun sudah tidak ada gunanya.Ararya yang berada di samping juga segera menambahkan, "Tuan Wira, kami juga punya beberapa kartu truf di tangan kami. Selama bertahun-tahun ini, kami terus merekrut pasukan. Kalau nggak dalam situasi mendesak, kami juga nggak ingin memberontak. Nggak ada orang yang ingin menya
Di dalam penginapan.Karena penginapan ini terletak di tempat yang terpencil, biasanya tidak banyak tamu yang datang ke sana. Hari ini juga hanya Wira dan rombongannya yang menginap di sana.Setelah sempat keluar, pemilik penginapan yang tidak menyangka Wira dan rombongannya akan kembali lagi terlihat sangat senang dan segera menyiapkan hidangan terbaik lagi. Bagaimanapun juga, mereka sangat murah hati. Hanya menginap satu hari saja, pemilik penginapan sudah menerima penghasilan yang cukup banyak."Kalau semua makanannya sudah dihidangkan, kamu pergi dulu saja. Nggak ada kabar dari kami, kalian jangan masuk ke sini lagi," kata Wira sambil mengeluarkan seratus ribu gabak dan melemparkannya pada pemilik penginapan itu.Mata pemilik penginapan itu langsung bersinar, lalu segera menganggukkan kepala dan pergi dari sana. Penginapan yang begitu luas itu hanya tersisa Wira dan yang lainnya.Wira tidak bernafsu makan karena baru saja selesai makan, bahkan tidak ingin minum. Dia menatap Ararya
Ekspresi Lucy yang selalu berdiri di belakang Wira juga menjadi dingin."Tuan Wira, kami sama sekali nggak punya niat buruk. Kedatangan kami kali ini hanya untuk membahas sesuatu denganmu. Sejujurnya, kami berdua juga terpaksa bertemu dengan Tuan Wira dengan cara seperti ini," kata Kresna.Ararya dan Kresna segera turun dari kuda mereka dan memerintah pasukan di belakang mereka untuk berhenti, lalu mendekati Wira. Dwipangga juga segera mengikut di belakang mereka."Ada urusan apa kalian mencariku?" tanya Wira. Selama ini, hubungannya dengan kedua orang di depannya ini tidak begitu dekat, meskipun sebelumnya mereka sempat berinteraksi. Namun, sejak hubungannya dengan Senia makin memburuk, hubungan mereka juga makin merenggang.Lagi pula, orang yang berbeda suku pasti memiliki pemikiran yang berbeda. Apalagi kedua raja di depannya ini juga berasal dari wilayah tandus di utara, Wira tentu saja tidak memiliki kesan baik terhadap mereka."Nggak perlu berpura-pura di depan kami. Kamu sudah l
Wira malas untuk menanggapi Agha, jelas Agha ini keras kepala. Meskipun dia terus menjelaskannya, mungkin juga tidak akan berguna dan semuanya hanya bisa bergantung pada Agha sendiri. Mungkin karena Agha masih muda, sehingga masih menolak beberapa hal. Seiring bertambah usianya, mungkin pandangan Agha akan perlahan-lahan berubah.Wira mengalihkan pandangannya pada Wendi dan perlahan-lahan berkata, "Nona Wendi, apa rencanamu selanjutnya? Setelah pulang nanti, bagaimana kalau kamu ikut aku pergi Gedung Nomor Satu. Kelak aku pasti akan memperlakukanmu dengan penuh hormat."Lucy yang duduk di samping juga segera menganggukkan kepala dan berkata, "Aku rasa nggak ada gunanya pergi ke Gedung Nomor Satu. Lebih baik ikut aku saja, kita kembangkan jaringan mata-mata bersama-sama. Kak Wendi pasti pernah dengar tentang jaringan mata-mata, 'kan? Ini adalah organisasi intelijen nomor satu di dunia. Kita butuh bakat seperti Kak Wendi."Dia berpikir Wendi memiliki bakat yang sangat langka dan juga mah
Wira dan rombongannya juga merasa agak lelah karena mereka menemui banyak masalah saat berada di wilayah barat, sehingga mereka memperlambat langkah mereka dalam perjalanan pulang ke Provinsi Yonggu. Mereka berhenti untuk beristirahat setiap kali melihat penginapan dan membuat perjalanan mereka menjadi jauh lebih lambat.Di sebuah penginapan. Melihat sudah hampir tiba di Provinsi Yonggu, Agha berkata sambil makan dan tersenyum, "Kak Wira, apa kita benar-benar akan pulang begitu saja? Aku sebenarnya nggak suka berada di rumah, lebih menyenangkan berada di luar seperti ini. Berjalan bersama saudara-saudara, bukankah itu adalah hal yang menyenangkan?""Kalau harus terus dikurung di rumah, tulang-tulang di tubuhku terasa berkarat. Kak Dwija, kamu juga merasa begitu, 'kan?"Sebenarnya, Agha hanya ingin terus berpetualang di luar.Begitu sibuk, manusia memang akan terbiasa dengan ritme itu. Namun, begitu bersantai, mereka juga perlahan-lahan menjadi jauh lebih malas. Keinginan untuk bermain
Dahlan menatap Senia yang berada di depannya dengan ekspresi khawatir. Mereka sudah berkali-kali mencari masalah dengan Wira, tetapi setiap kali hasilnya selalu tidak menyenangkan karena Wira selalu berhasil mengatasinya dengan baik. Ini semua bukan hanya karena Wira beruntung saja, tetapi karena Wira dikelilingi oleh orang hebat juga. Menghadapi Wira memang hal yang merepotkan.Meskipun kal ini Ararya dan Kresna yang langsung memimpin pasukan mereka dan ditambah dengan banyaknya pasukan elite, Dahlan merasa mungkin hasilnya juga tidak akan memuaskan. Namun, sekarang situasinya sudah mendesak, mereka tidak mungkin mundur lagi. Setidaknya tidak bisa menyerah begitu saja, melainkan harus mempersiapkan diri untuk hasil terburuk terlebih dahulu.Senia yang berada di samping perlahan-lahan berkata, "Kalau mereka kalah, ya sudah. Asalkan kita bisa menguji tekad mereka, itu saja sudah cukup. Ini juga salah satu tujuanku kali ini. Lagi pula, sebentar lagi kita mungkin akan bertarung habis-habi
Melihat Dahlan yang berjalan mendekat, Senia bertanya dengan nada datar, "Kenapa mencariku malam-malam begini?""Apa Kresna dan Ararya berencana untuk membangkang perintah kita dan memulai perang melawan kita?"Dahlan segera menjawab, "Ibu nggak perlu khawatir tentang hal itu. Mereka berdua sudah mengikuti perintahmu dan telah membawa pasukan untuk mengejar Wira.""Selain itu, aku diam-diam menyelidiki orang-orang yang mereka bawa. Semuanya adalah prajurit terbaik dari yang terbaik. Tampaknya, kali ini mereka benar-benar bertekad untuk membantu kita membunuh Wira."Wira adalah ancaman besar. Keberadaannya bukan hanya membawa masalah besar bagi Dahlan, tetapi juga bagi Senia.Sebelumnya, mereka kehilangan 5 miliar gabak secara cuma-cuma dan Wira menggunakan uang itu untuk memperkuat dukungannya di kalangan rakyat. Kini, status Wira terus meningkat.Di seluruh sembilan provinsi, pengaruhnya tak tergoyahkan. Bahkan di Kerajaan Nuala dan Kerajaan Beluana, pengaruh Wira juga sangat besar. I