Begitu mendengar nama "Raja Uttar", semua orang pun terkejut. Bukankah Raja Uttar itu Wira? Kenapa dia bisa datang? Bukan hanya para pejabat, bahkan Raja Tanuwi, Raja Ararya, dan Raja Kresna juga terkejut. Mereka semua tidak mengerti kenapa Senia memanggil Wira kemari.Kemudian, Wira berjalan masuk dengan perlahan. Auranya sangat karismatik. Semua orang di Kerajaan Agrel tentu tahu seberapa hebat kemampuan Wira. Dia bukan hanya membereskan Kerajaan Ahola, tetapi juga menghalangi Kerajaan Agrel untuk menyerang Kerajaan Nuala. Bisa dibilang, kekuatan Wira seorang diri bisa melawan berbagai pihak berkuasa di berbagai negara.Hanya saja, semua orang di Kerajaan Agrel bingung dengan kedatangan Wira. Tak lama kemudian, Wira yang sudah sampai di tengah aula menyapa, "Salam, Ibu Suri."Setelah Wira selesai bicara, Senia baru memandang semua orang sembari menjelaskan, "Belakangan ini, aku kurang sehat. Sekarang aku sudah menemukan sebuah gunung suci yang bisa mengobati penyakitku. Jadi, aku ber
Raja Tanuwi berujar, "Ibu Suri mau pergi berobat. Putra Mahkota yang memimpin kerajaan dan dibantu oleh kita berempat. Ini memang ide bagus. Hanya saja ... apa Ibu Suri khawatir ada yang bertindak macam-macam makanya dia menyuruhmu kembali?"Sebenarnya, sudah cukup jika ketiga raja yang membantu Putra Mahkota untuk memimpin kerajaan. Namun, Senia malah menyuruh Wira kembali. Sudah jelas Senia takut ketiga raja berniat jahat. Sementara itu, Senia paling memercayai Wira.Jika Wira benar-benar ingin merebut kekuasaan, Kerajaan Nuala atau Kerajaan Beluana pasti sudah lenyap sejak awal. Lagi pula, fondasi kekuatan Wira ada di Provinsi Lowala yang terletak di Kerajaan Nuala. Jadi, Wira tidak akan merebut wilayah di Kerajaan Agrel. Itulah sebabnya, menyuruh Wira datang adalah keputusan yang paling tepat.Wira mengangguk, dia juga tidak menyangkal ucapan Raja Tanuwi. Wira berucap, "Apa yang kamu bilang memang benar, Ibu Suri khawatir makanya dia menyuruhku kembali. Giandra, menurutmu, siapa ya
Lantaran sudah berjanji pada Senia, Wira tentu memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri. Bukan hanya bisa melindungi diri, dia bahkan bisa mengendalikan semua politik di Agrel. Jika tidak, Wira juga tidak perlu membantu Senia.Tentu saja, alasannya membantu Senia juga sebenarnya sangat sederhana. Selain karena persahabatan mereka, Wira juga tidak ingin melihat kekacauan.Pada saat ini, Senia masih belum pergi dari sana. Meski sebenarnya hatinya sangat terburu-buru, Senia tetap saja harus menyelesaikan semua masalah di istana terlebih dahulu. Ini adalah hal pertama yang harus dilakukannya, yaitu mengatur semua urusan di istana.Sekarang dia harus bepergian sekitar enam bulan hingga setahun. Maka dari itu, tentu harus ada seseorang yang berjaga di istana. Saat ini, pilihannya antara Anaya atau Zendaya. Kedua orang ini adalah selir tingkatan tertinggi setelah dirinya.Hanya saja, biasanya Senia lebih dekat dengan Zendaya, sehingga dia ingin memberikan kekuasaannya pada Zendaya
"Kenapa tiba-tiba tanya seperti itu?" tukas Raja Ararya.Hati Anaya merasa gusar, tetapi dia tidak mengatakan apa pun. "Kak, lupakan dulu masalah ini. Aku mau tanya, apakah benar Senia sakit?"Raja Ararya mengernyit mendengar pertanyaan tersebut. "Aku juga nggak tahu itu benaran apa nggak, tapi ... menurutku kemungkinan besar benaran. Kalau nggak, dia nggak mungkin menyuruh Wira datang dan juga nggak mungkin meninggalkan Agrel. Jadi menurut dugaanku, sepertinya dia memang sakit!"Usai mendengar analisis kakaknya, Anaya mengangguk. "Tebakan Kakak sama denganku. Tapi ada satu hal yang aku nggak mengerti. Yaitu ... apakah Senia akan sembuh? Apakah kepergiannya kali ini, akan pulang dengan selamat atau merenggut nyawanya!"Raja Ararya memicingkan matanya mendengar perkataan tersebut."Sejujurnya, aku juga penasaran dengan hal ini. Apakah Senia ini akan selamat ... atau mati!" timpal Raja Ararya setelah menarik napas dalam-dalam."Dik, kekalahan Kakak waktu itu hampir saja membuat Kakak men
Pujian dan kekaguman Raja Ararya terhadap Wira sangat besar. Bagaimanapun, Raja Ararya bukan kalah pada Senia, melainkan pada Wira! Apalagi Wira sekarang sudah semakin hebat, tentu saja Raja Ararya akan semakin mewaspadainya."Lalu bagaimana?" tanya Anaya yang terkejut mendengar semua ini. Jika mereka tidak bisa menangani Wira, apa gunanya mereka membahas semua ini sekarang?"Dik, masalah ini .... Kita nggak boleh bergerak dari luar, melainkan harus menyerang dari dalam!"Ucapan Raja Ararya ini membuat Anaya tertegun. "Hm? Kak, aku nggak mengerti apa maksudnya?"Raja Ararya langsung tersenyum mendengar pertanyaan Anaya. "Mudah sekali, yang harus kita lakukan saat ini adalah mengendalikan istana ini dulu!"Anaya baru mengerti setelah mendengar ucapan kakaknya itu. "Kak, aku mengerti maksudmu. Tapi ... sepertinya hal ini sangat sulit. Saat Senia pergi, dia memberiku dan Zendaya kekuasaan yang setara untuk mengurus kerajaan. Bagaimana aku ... menyuruhnya menyerahkan kekuasaan ini?"Perka
Anaya tidak ingin lagi menunggu. Bagaimanapun, dia tahu apa akibatnya jika kakaknya ini yang memegang pemerintahan. Setidaknya Anaya tidak perlu lagi hidup di bawah tekanan orang lain.....Pada saat bersamaan di kediaman Raja Uttar. Wira dan Biantara sedang berada di di dalam kamar sambil meminum teh dan membahas masalah."Biantara, apa pendapatmu mengenai Anaya dan Zendaya?"Usai mendengar hal ini, Biantara mengangguk. "Kedua orang ini adalah selir kesayangan mendiang Kaisar semasa hidupnya. Meski masih nggak bisa dibandingkan dengan Ibu Suri, tapi sudah termasuk lumayan. Setelah mendiang Kaisar meninggal, mereka tidak diusir dan bahkan masih dibiarkan untuk menikmati hidup di istana. Bisa dilihat, itu sudah cukup baik.""Mengenai sifat mereka, aku tidak terlalu mengerti dengan Selir Zendaya, tapi aku tahu sedikit mengenai Selir Anaya. Saat mengikuti Raja Ararya, aku pernah bertemu beberapa kali dengan Selir Anaya. Dia ... kelihatan nggak terlalu licik, sering kali dia hanya menuruti
Sebelum Biantara menyelesaikan ucapannya, Wira berkata sambil tersenyum, "Apa maksudnya sulit diprediksi?" Wira ingin sekali mengetahui maksud ucapan Biantara. Bagaimanapun bagi Wira, Biantara adalah orang yang paling mengerti Raja Ararya karena telah mengikutinya selama bertahun-tahun. Dia yang paling mengerti kemampuan dan kelemahan, bahkan mengetahui pemikiran dan tabiatnya. Karena itulah, Wira paling percaya pada Biantara akan hal ini."Kak Wira, kamu juga tahu, Raja Ararya pernah kalah sebelumnya. Secara logika, dia seharusnya sangat berhati-hati sekarang! Raja Ararya yang kuketahui bukan orang yang kejam. Sifatnya plin-plan, sehingga sering kali timbul masalah karena keraguannya. Kalau nggak ada sifat seperti ini, dia pasti sudah berhasil sejak dulu!"Ucapan Biantara membuat Wira mengerjapkan matanya.Plin-plan, tidak lugas dalam mengambil keputusan. Mungkin saja Raja Ararya memang seperti itu. Meski punya ambisi besar, dia tidak kejam dan banyak merasa takut. Jika memutuskan unt
"Kak Wira, maksud perkataanmu ini adalah ... poin utamanya pada masalah ini? Yang ingin kamu bilang adalah ... masalah utamanya di dalam istana?" tanya Biantara tiba-tiba. Mendengarnya, Wira langsung tertawa."Tebakanmu benar! Kita nggak bisa memastikan masalah kerajaan, tapi sudah pasti akan terjadi sesuatu di dalam istana. Raja Ararya dan Selir Anaya adalah kakak beradik. Kalau Selir Anaya menguasai harem, berarti ... Putra Mahkota dalam bahaya?""Kalaupun mereka nggak berani menyentuh Putra Mahkota. Mereka telah menguasai harem, yang berarti Putra Mahkota juga ada di tangan mereka. Bukan hal mustahil kalau mereka mau menggunakan Putra Mahkota sebagai tawanan!""Bagaimanapun ... tiba saatnya, Putra Mahkota ada di tangan Selir Anaya. Bukan hal sulit untuk membuat anak sekecil itu mengeluarkan dekret! Misalnya ... membuat Raja Ararya jadi perdana menteri yang mengurus semua masalah pemerintahan, atau mencabut gelar ketiga raja lainnya!"Hal yang paling ditakuti Wira justru adalah situa
Bahkan, ada yang begitu bersemangat hingga berkata, "Kita sendiri pun nggak nyangka kekuatan kita kali ini akan begitu luar biasa. Kalau kita bisa menyelesaikan ini, yang lainnya pun pasti bisa kita atasi juga."Mendengar itu, para prajurit pasukan utara mengangguk setuju. Setelah berhasil menumpas musuh, wajah para bandit yang masih bertahan di garis depan pun berubah drastis, menjadi pucat.Beberapa dari mereka pun mulai bersuara, "Ini benar-benar di luar dugaan! Ternyata pasukan utara sekuat ini!"Ada yang tetap tenang, tetapi ada yang sangat bersemangat. Mereka merasa bahwa kemenangan sudah pasti di tangan pasukan utara.Melihat situasi ini, para prajurit tersenyum. Setelah menyelesaikan gelombang serangan ini, mereka mengangguk puas. Seseorang bahkan berkata dengan penuh semangat, "Ternyata para bandit ini nggak sekuat yang kita kira. Mereka bisa dilenyapkan secepat ini? Lemah sekali!"Di sisi pasukan utara, sorak-sorai kemenangan bergema. Menurut mereka, kekuatan mereka kali ini
Setelah Hayam tiba di bawah, dia segera melihat Adjie yang tengah bertempur sengit. Tanpa ragu, Hayam langsung mendekat.Saat itu, Adjie baru saja menebas seorang lawan, lalu menoleh ke arah Hayam. Karena situasi yang kacau, dia tidak langsung mengenali siapa yang datang. Mengira itu adalah musuh, Adjie pun mengayunkan pedangnya ke arah leher Hayam.Melihat itu, ekspresi Hayam langsung berubah. Dia buru-buru berteriak, "Ini aku! Kawan sendiri!"Mendengar suara itu, Adjie langsung tersadar. Setelah beberapa saat, dia terpikir akan sesuatu dan berkata, "Kenapa kamu kemari? Kalau sampai mereka mengetahui identitas kita, semua usaha yang telah dilakukan oleh Tuan Wira akan sia-sia!"Hayam hanya tersenyum dan berucap, "Tenang saja, situasi sekarang sudah kacau balau. Nggak akan ada yang menyadari apa pun. Lagi pula, lihatlah. Mereka bahkan nggak punya waktu untuk memikirkan hal lain."Setelah bersama-sama menebas beberapa prajurit pasukan utara, Hayam yang berada di samping berkata, "Tuan W
Prajurit yang sebelumnya melaporkan berita itu segera berkata, "Jumlah mereka nggak banyak, kira-kira hanya sekitar 1.000 orang. Mereka datang dari arah timur, selatan, dan utara. Tapi yang aneh, pakaian mereka bukan seperti pasukan kavaleri biasa!"Mendengar hal itu, Zaki tertegun sejenak, lalu langsung berjalan keluar. Begitu melihat pasukan yang menyerbu masuk, dia tertawa dingin dan berkata, "Sungguh di luar dugaan! Aku nggak nyangka mereka akan seberani ini.""Sialan, segerombolan bandit saja berani menyerang kita pada saat seperti ini? Mereka memang sudah bosan hidup!"Joko dan Darsa yang berdiri di sebelahnya juga tampak terkejut. Bahkan, beberapa orang di belakang mereka tampak tertegun. Mereka tidak menyangka bahwa hanya dengan 1.000 orang, para bandit itu berani menyerang pasukan utara yang jumlahnya jauh lebih besar.Saat ini, Darsa segera memberi perintah, "Joko, bawa pasukanmu dan hadapi mereka di garis depan! Jangan biarkan mereka bergerak lebih jauh!"Mendengar perintah
Saat ini, pasukan utara belum menyadari bahwa para bandit dari Desa Riwut telah mengepung mereka. Setelah mengatur semuanya, Adjie segera memimpin anak buahnya untuk menyerbu ke depan. Dalam pandangan mereka, kali ini benar-benar adalah kesempatan emas.Saat ini, seseorang berujar, "Sebelumnya aku nggak nyangka melawan pasukan utara bisa semudah ini!"Begitu ucapan itu dilontarkan, suara sorakan dari belakang semakin menggema. Detik berikutnya, pasukan utara yang berada di bawah langsung tersapu oleh arus air yang deras. Melihat kejadian ini, banyak orang tersenyum puas, merasa bahwa serangan ini telah melampaui ekspektasi mereka.Para prajurit yang berjaga di kamp pasukan utara terkejut bukan main. Mereka sama sekali tidak menyangka situasi bisa berubah secepat ini.Ketika mereka melihat air bah tiba-tiba menerjang, salah satu penjaga berseru panik, "Banjir! Banjir datang!"Teriakan itu segera membangkitkan kepanikan di seluruh kamp. Banyak orang tidak bisa memahami bagaimana hal ini
Semua orang mengangguk setuju. Setelah urusan ini diselesaikan, langkah selanjutnya adalah menghadapi pasukan utara.....Di sisi lain, Adjie masih menunggu kabar dari Wira. Setelah beberapa kali menenangkan bawahannya agar tetap bersabar, tiba-tiba terdengar suara kucing mengeong dari luar. Itu adalah tanda yang telah disepakati sebelumnya.Mendengar suara itu, Adjie langsung bersemangat. Dia segera keluar dari tenda karena tahu bahwa utusannya pasti telah kembali, yang berarti perintah dari Wira juga sudah sampai.Saat melihat sosok yang berdiri di luar, Adjie langsung maju dan bertanya dengan penuh antusiasme, "Bagaimana? Apakah semuanya sudah beres?"Orang yang datang itu bergegas memberi hormat dan menjawab, "Jenderal Adjie, perintah dari Tuan sudah datang. Kita bisa mulai menyerang!""Apa?" Adjie menyeringai mendengar kabar itu. Tanpa membuang waktu, dia langsung berjalan ke arah saluran air di mana para anak buahnya sudah menunggu dengan gelisah. Mereka sudah lama menunggu perin
Semua persiapan berjalan dengan rapi dan terorganisir secara diam-diam. Di sebelah timur, Adjie sedang menunggu kabar dari Wira. Dia tahu Wira akan segera memerintahkannya untuk menyerang, tetapi semuanya harus menunggu sampai Pasukan Harimau benar-benar siap.Pasukan Harimau adalah pasukan kavaleri. Jika mereka bisa menyerang dengan strategi yang matang, kekuatan mereka tidak bisa diremehkan.Di sisi lain, Wira dan pasukannya menerima surat yang dikirim oleh Adjie. Saat membuka surat itu di dalam tenda, Wira tersenyum. Setelah membaca isinya, dia berkata, "Aku nggak nyangka Adjie sudah menyiapkan rencana sebaik ini. Sepertinya bisa berhasil."Mendengar itu, Arhan dan yang lainnya tampak kebingungan. Arhan pun bertanya, "Tuan, apa isi suratnya?"Wira tersenyum dan menyerahkan surat itu kepada mereka. "Kalian bisa membacanya sendiri. Semuanya sudah disiapkan dengan baik. Hanya saja, Adjie sedang menunggu instruksi kita untuk memulai serangan."Semua orang terdiam sejenak, lalu salah sat
Pada saat itu, Guntur bertanya dengan suara rendah, "Siapa kamu?"Orang berbaju hitam itu tersenyum tipis, lalu berdiri dan memberi hormat, "Aku adalah orang yang dikirim oleh Bos Adjie. Kami tahu kalian masih menunggu sinyal serangan, jadi Bos Adjie mengutus kami untuk datang."Guntur tertegun sejenak. Dia merasa tidak mengenali orang ini. Namun, mengingat banyaknya orang di Desa Riwut, dia memang tidak mungkin mengenal semuanya. Ditambah lagi, karena orang ini menyebut soal sinyal serangan, Guntur pun tersenyum. "Jadi, maksudmu Adjie sudah siap untuk menyerang?"Orang berbaju hitam ini adalah orang yang diutus oleh Arhan untuk membantu Adjie. Kini, Adjie mengutusnya untuk mengawasi Enji dan Guntur. Mendengar pertanyaan Guntur, dia tersenyum.Dalam hati, dia berkata, 'Guntur ini memang persis seperti yang dikatakan Jenderal Adjie, nggak terlalu pintar.'Orang itu berkata, "Hehe, untuk saat ini belum ada rencana menyerang. Aku datang ke sini hanya untuk memberi tahu bahwa Bos Adjie ing
Mendengar perintah Adjie, orang-orang segera mengangguk dan menyembunyikan diri. Tepat setelah mereka bersembunyi, mereka melihat sekelompok orang yang sebelumnya diperintahkan Adjie untuk menggali saluran air telah kembali.Melihat mereka, Adjie tersenyum tipis dan berkata, "Hehe, aku nggak nyangka kalian bisa selesai secepat ini."Salah satu dari mereka berujar, "Tugasnya sudah hampir selesai. Sekarang saudara-saudara yang lain sedang menunggu di sana. Apakah kamu ingin pergi sekarang?"Mendengar ini, Adjie tertawa. "Baiklah, aku nggak nyangka kalian bisa bekerja secepat ini. Kalau begitu, antar aku ke sana sekarang."Mereka tersenyum, lalu segera membawa Adjie ke lokasi saluran air. Sesampainya di sana, Adjie melihat banyak anak buahnya sedang berkumpul. Dia tersenyum dan berkata, "Hehe, kerja kalian cepat juga. Bagus, mari kita lihat hasilnya."Bawahan yang membawa Adjie kemari lantas berujar, "Gimana kalau kita langsung menggali dan membiarkan air mengalir? Aku yakin pasukan utara
Orang itu segera menangkupkan tangan dan menyahut, "Tuan Wira sudah tiba di selatan. Beliau secara khusus mengirim kami untuk membantu, terutama karena khawatir pihak Desa Riwut menempatkan mata-mata di pasukanmu. Kalau itu terjadi, tentu akan sangat menyulitkan pergerakanmu."Mendengar kata-kata itu, Adjie tersenyum tipis. Setelah beberapa saat, dia merasa sangat terharu. Tak disangka, Wira berpikir sejauh ini untuknya.Setelah terdiam sesaat, Adjie bertanya dengan suara rendah, "Berapa banyak orang yang datang bersama kalian kali ini? Apakah ada orang luar yang melihat kalian?"Meskipun Adjie telah mengirim sebagian besar anak buahnya untuk berjaga di sekitar saluran air, di sekitar perkemahannya masih ada cukup banyak orang. Terlebih lagi, pihak musuh juga terus mengawasinya, dia khawatir keberadaan pasukan bantuan ini ketahuan."Jangan khawatir, Jenderal. Orang-orang yang mengawasi tadi sudah kami tangani. Sekarang, yang berada di luar semuanya adalah orang-orang kita sendiri. Kami