Setelah Wira mengatakan itu, Ciputra menghela napas. Hal itu memang seperti yang dikatakan Wira, ayahnya memang merasa tidak senang. Namun kalaupun hal ini diceritakan, lantas apa yang bisa dilakukan? Hal itu sudah berlalu. Saat ini, bukan hal ini yang harus dipikirkan, melainkan perkembangan Kerajaan Ahola dan bagaimana memperbaiki hubungan mereka dengan Wira. Bagaimanapun juga, kali ini ayahnya sudah menyinggung Wira. Meskipun Wira tidak berbicara, Ciputra juga bisa memahaminya. Wira memang sengaja menguji sifat mereka, tetapi Keluarga Barus tidak lulus ujian itu.Sejak kekuasaan Raja Bakir, Wira sudah berkali-kali membantu Keluarga Barus dengan saran dan strateginya. Bisa dibilang, jika tidak ada Wira, Keluarga Barus tidak akan sukses. Begitu juga dengan kejadian kali ini. Yang ditakuti Keluarga Juwanto dan Kerajaan Agrel bukan Keluarga Barus, melainkan Wira. Jika tidak, Keluarga Juwanto juga tidak akan berencana menghancurkan hubungan mereka. Keluarga Juwanto dan Kerajaan Agrel men
Sudah wajar jika bertempur, justru tidak bertempur yang tidak wajar. Mengenai hal ini, Wira tidak memiliki banyak pikiran dan juga waktu untuk memperhatikannya. Singkatnya, dia akan melangkah sambil melihat bagaimana keadaannya."Jangan terlalu khawatir, cukup nikmati saat ini saja," kata Wira sambil melambaikan tangannya dan tersenyum dengan tenang."Kak Wira ini begitu tenang, aku benar-benar kagum!" Setelah mengatakan itu, Ciputra juga berniat untuk pergi."Kak Wira, kalau suatu hari, Keluarga Barus benar-benar mencoba untuk menguasai dunia, aku bersumpah nggak akan menyerangmu. Provinsi Lowala akan menjadi milikmu selamanya!"Setelah mengatakan itu, Ciputra langsung pergi. Perkataannya itu mengandung perasaan bersalah dan tentu saja merasa tak berdaya juga. Dia merasa bersalah karena tindakan ayahnya kepada Wira dan perasaan tak berdayanya karena kemampuan Wira.Meskipun Ciputra berbicara seperti itu, Provinsi Lowala juga bukan sesuatu yang bisa dia berikan atau dapatkan sesukanya.
Kota utama di Provinsi Lowala bernama Kota Kisan. Kota ini memiliki sejarah yang lama dan sangat indah.Waktu berlalu dengan cepat dan dalam sekejap sudah setahun. Saat ini, Provinsi Lowala benar-benar makmur dan wajah setiap orang dipenuhi dengan senyuman. Di Kota Kisan, terdapat berbagai pedagang di seluruh tempat. Pembangunan kota ini tentu saja masih sedang berlangsung juga. Wira merencanakan pembangunan distrik komersial yang besar di kota ini. Barang-barang di dalamnya adalah hasil produksi mereka dan setiap keluarga besar memiliki toko mereka sendiri untuk berbisnis. Distrik ini akan dirancang khusus untuk menarik kerumunan orang.Dengan adanya distrik ini, provinsi mereka juga akan terbuka untuk umum dan orang-orang dari berbagai negara akan datang ke sana. Pada saat itu, Wira dan Danu akan berjalan-jalan di kota. Identitas Wira sangat misterius dan banyak orang yang bahkan tidak tahu semua di Provinsi Lowala ini adalah hasil ciptaannya. Meskipun tahu namanya, mereka juga tidak
"Nggak apa-apa, semuanya tergantung takdir. Dia bisa mencuri, berarti dia punya takdir ini. Tapi, ini juga nggak bisa terus dibiarkan." Setelah mengatakan itu, Wira langsung mendekat dan menghalangi jalan biksu tua itu."Tuan, kenapa kamu menghalangi jalanku?" Biksu tua itu langsung menyipitkan matanya dan berbicara dengan ekspresi yang sangat suci."Pak, kamu sudah melepaskan diri dari hal-hal duniawi, kenapa kamu masih terikat dengan benda dunia fana ini? Kalau terikat, kenapa harus mencurinya?" kata Wira sambil tersenyum.Setelah mendengar perkataan itu, biksu tua itu tertegun sejenak, lalu tertawa. "Mencuri? Kamu nggak boleh berkata seperti itu."Mendengar perkataan itu, Danu mendengus. "Barang bukti dan tindakanmu sudah tertangkap, kamu masih nggak mengaku? Barang di tanganmu itu bukan milikmu. Kamu sudah mencuri, masih nggak berani mengakuinya ya?"Setelah Danu selesai berbicara, biksu tua itu tetap menggelengkan kepalanya. "Bukan begitu. Semua barang di dunia ini, bukan milik si
Nama Biksu Baju Hijau dan Biksu Hampa ini benar-benar membuat Wira merasa terkejut. Terlihat jelas, biksu tua itu memang seseorang yang luar biasa, setidaknya sudah melepaskan diri dari duniawi. Namun, dia tidak mengerti, bagaimana biksu tua ini bisa melepaskan dirinya dari duniawi? Kenapa biksu tua itu tidak tertarik dengan dunia ini? Apakah tujuan biksu tua itu? Apakah yang dicari biksu tua itu? Dia tidak mengerti."Hahaha. Aku sudah berkelana di dunia ini selama tiga tahun, sudah melihat banyak hal dan mengalami banyak kejadian juga. Tapi, hanya Tuan ... yang berbeda," kata Biksu Hampa itu dengan nada yang sangat tenang.Danu mengernyitkan alisnya. Dia berpikir biksu tua itu jelas hanya omong kosong, dia tidak tahu mengapa Wira bisa mengobrol dengan biksu tua itu."Oh? Setelah melihat begitu banyak, pemahaman apa yang Anda dapatkan?" tanya Wira yang penasaran.Mendengar pertanyaan itu, Biksu Hampa berkata, "Di dunia ini, nggak ada yang bisa menguasai segalanya. Baik itu kekayaan, ke
Biksu Baju Hijau mengernyit. Pertanyaan ini pun membuat Wira merasa bingung. Wira bertanya, "Mengubah takdir? Takdir sudah ditentukan, memangnya bisa diubah?"Mendengar ini, Biksu Baju Hijau membalas, "Kalau memiliki kemampuan luar biasa, seseorang pasti bisa mengubah takdir. Tapi, takdirmu ini ...."Biksu Baju Hijau tampak kebingungan, sedangkan Wira sama sekali tidak peduli dan hanya merasa dia sedang berbicara omong kosong. Bagaimanapun, para biksu memang selalu bersikap aneh. Tentu saja, mungkin memang ada hal seperti itu di dunia ini, tetapi Wira tidak percaya."Apa ada yang salah dengan takdirku?" tanya Wira dengan agak penasaran."Kalau begitu, aku akan bicara jujur. Kamu cerdas dan memiliki wawasan luas. Apabila ditelaah secara mendalam, hidupmu nggak seharusnya sesantai ini, melainkan penuh musibah dan berkah. Enam binatang spiritual terhalangi, membuat kehilangan hati nurani. Kamu bisa melakukan tindakan yang sangat rendahan, bahkan telah melakukannya ....""Takdir telah dite
Selesai mengatakan ini, Biksu Baju Hijau menggeleng sambil mengembuskan napas. Menurutnya, kemampuan meramalnya sangat hebat dan tidak tertandingi. Akan tetapi, sekarang dia malah gagal membaca takdir Wira. Hal ini membuatnya merasa tidak berdaya."Maaf sekali. Aku cukup yakin diri sendiri punya kemampuan untuk meramal orang dan dunia, tapi ... malah membuat diri sendiri malu hari ini," ujar Biksu Baju Hijau dengan pasrah.Di sisi lain, perasaan Wira telah bergejolak. Yang dikatakan biksu ini tidak salah. Dia sudah hidup di dunia ini selama 3 tahun, yang berarti dirinya sudah meninggal 3 tahun lalu. Dia bisa berada di sini karena melakukan perjalanan waktu.Wira tidak pernah memberi tahu siapa pun tentang hal ini. Ini adalah rahasia terbesarnya. Namun, Biksu Baju Hijau berhasil mengetahui semuanya.Wira sungguh terkesiap. Ternyata, memang ada orang seajaib itu di dunia ini? Bahkan, Wira tiba-tiba diramal saat sedang jalan-jalan santai?Namun, sepertinya bukan hanya biksu ini yang bisa
Jelas-jelas Biksu Baju Hijau makan begitu banyak kemarin. Wira pun merasa aneh melihatnya.Selesai makan, Biksu Baju Hijau ingin berkeliling, jadi Wira membawanya dan menceritakan banyak hal di Dusun Darmadi.Sementara itu, Biksu Baju Hijau merasa sangat terharu saat melihat para penduduk yang hidup dengan bahagia, juga melihat Wira memperlakukan mereka layaknya keluarga."Andai saja dunia ini seperti Dusun Darmadi ...," ucap Biksu Baju Hijau sambil tersenyum. Tatapannya dipenuhi kekaguman.Wira hanya tersenyum tanpa menjawab apa pun. Dia tidak melihat ada kilatan aneh pada sorot mata si biksu, seolah-olah telah membuat keputusan.Setelah berkeliling, mereka tiba di arena pelatihan. Di sini adalah tempat Danu dan Doddy mengajari ilmu bela diri. Ada banyak anak-anak yang belajar di sini untuk memperkuat tubuh mereka. Tentunya, Danu dan Doddy akan fokus membina anak-anak yang memiliki bakat bela diri."Teknik tinju Dirga memang luar biasa dan terkandung unsur Tao. Meskipun terlihat agak
Ekspresi Lucy yang selalu berdiri di belakang Wira juga menjadi dingin."Tuan Wira, kami sama sekali nggak punya niat buruk. Kedatangan kami kali ini hanya untuk membahas sesuatu denganmu. Sejujurnya, kami berdua juga terpaksa bertemu dengan Tuan Wira dengan cara seperti ini," kata Kresna.Ararya dan Kresna segera turun dari kuda mereka dan memerintah pasukan di belakang mereka untuk berhenti, lalu mendekati Wira. Dwipangga juga segera mengikut di belakang mereka."Ada urusan apa kalian mencariku?" tanya Wira. Selama ini, hubungannya dengan kedua orang di depannya ini tidak begitu dekat, meskipun sebelumnya mereka sempat berinteraksi. Namun, sejak hubungannya dengan Senia makin memburuk, hubungan mereka juga makin merenggang.Lagi pula, orang yang berbeda suku pasti memiliki pemikiran yang berbeda. Apalagi kedua raja di depannya ini juga berasal dari wilayah tandus di utara, Wira tentu saja tidak memiliki kesan baik terhadap mereka."Nggak perlu berpura-pura di depan kami. Kamu sudah l
Wira malas untuk menanggapi Agha, jelas Agha ini keras kepala. Meskipun dia terus menjelaskannya, mungkin juga tidak akan berguna dan semuanya hanya bisa bergantung pada Agha sendiri. Mungkin karena Agha masih muda, sehingga masih menolak beberapa hal. Seiring bertambah usianya, mungkin pandangan Agha akan perlahan-lahan berubah.Wira mengalihkan pandangannya pada Wendi dan perlahan-lahan berkata, "Nona Wendi, apa rencanamu selanjutnya? Setelah pulang nanti, bagaimana kalau kamu ikut aku pergi Gedung Nomor Satu. Kelak aku pasti akan memperlakukanmu dengan penuh hormat."Lucy yang duduk di samping juga segera menganggukkan kepala dan berkata, "Aku rasa nggak ada gunanya pergi ke Gedung Nomor Satu. Lebih baik ikut aku saja, kita kembangkan jaringan mata-mata bersama-sama. Kak Wendi pasti pernah dengar tentang jaringan mata-mata, 'kan? Ini adalah organisasi intelijen nomor satu di dunia. Kita butuh bakat seperti Kak Wendi."Dia berpikir Wendi memiliki bakat yang sangat langka dan juga mah
Wira dan rombongannya juga merasa agak lelah karena mereka menemui banyak masalah saat berada di wilayah barat, sehingga mereka memperlambat langkah mereka dalam perjalanan pulang ke Provinsi Yonggu. Mereka berhenti untuk beristirahat setiap kali melihat penginapan dan membuat perjalanan mereka menjadi jauh lebih lambat.Di sebuah penginapan. Melihat sudah hampir tiba di Provinsi Yonggu, Agha berkata sambil makan dan tersenyum, "Kak Wira, apa kita benar-benar akan pulang begitu saja? Aku sebenarnya nggak suka berada di rumah, lebih menyenangkan berada di luar seperti ini. Berjalan bersama saudara-saudara, bukankah itu adalah hal yang menyenangkan?""Kalau harus terus dikurung di rumah, tulang-tulang di tubuhku terasa berkarat. Kak Dwija, kamu juga merasa begitu, 'kan?"Sebenarnya, Agha hanya ingin terus berpetualang di luar.Begitu sibuk, manusia memang akan terbiasa dengan ritme itu. Namun, begitu bersantai, mereka juga perlahan-lahan menjadi jauh lebih malas. Keinginan untuk bermain
Dahlan menatap Senia yang berada di depannya dengan ekspresi khawatir. Mereka sudah berkali-kali mencari masalah dengan Wira, tetapi setiap kali hasilnya selalu tidak menyenangkan karena Wira selalu berhasil mengatasinya dengan baik. Ini semua bukan hanya karena Wira beruntung saja, tetapi karena Wira dikelilingi oleh orang hebat juga. Menghadapi Wira memang hal yang merepotkan.Meskipun kal ini Ararya dan Kresna yang langsung memimpin pasukan mereka dan ditambah dengan banyaknya pasukan elite, Dahlan merasa mungkin hasilnya juga tidak akan memuaskan. Namun, sekarang situasinya sudah mendesak, mereka tidak mungkin mundur lagi. Setidaknya tidak bisa menyerah begitu saja, melainkan harus mempersiapkan diri untuk hasil terburuk terlebih dahulu.Senia yang berada di samping perlahan-lahan berkata, "Kalau mereka kalah, ya sudah. Asalkan kita bisa menguji tekad mereka, itu saja sudah cukup. Ini juga salah satu tujuanku kali ini. Lagi pula, sebentar lagi kita mungkin akan bertarung habis-habi
Melihat Dahlan yang berjalan mendekat, Senia bertanya dengan nada datar, "Kenapa mencariku malam-malam begini?""Apa Kresna dan Ararya berencana untuk membangkang perintah kita dan memulai perang melawan kita?"Dahlan segera menjawab, "Ibu nggak perlu khawatir tentang hal itu. Mereka berdua sudah mengikuti perintahmu dan telah membawa pasukan untuk mengejar Wira.""Selain itu, aku diam-diam menyelidiki orang-orang yang mereka bawa. Semuanya adalah prajurit terbaik dari yang terbaik. Tampaknya, kali ini mereka benar-benar bertekad untuk membantu kita membunuh Wira."Wira adalah ancaman besar. Keberadaannya bukan hanya membawa masalah besar bagi Dahlan, tetapi juga bagi Senia.Sebelumnya, mereka kehilangan 5 miliar gabak secara cuma-cuma dan Wira menggunakan uang itu untuk memperkuat dukungannya di kalangan rakyat. Kini, status Wira terus meningkat.Di seluruh sembilan provinsi, pengaruhnya tak tergoyahkan. Bahkan di Kerajaan Nuala dan Kerajaan Beluana, pengaruh Wira juga sangat besar. I
"Rencanamu sebenarnya cukup bagus, setidaknya memberi kita jalan untuk menyelamatkan diri. Hanya saja ....""Dahlan sudah mulai memberi tekanan kepada kita. Apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Kita nggak mungkin membawa keluarga besar ikut berperang, 'kan?" tanya Kresna dengan alis berkerut.Karena Dahlan sudah mencari mereka, kemungkinan besar dia juga telah menugaskan orang-orang untuk diam-diam mengawasi mereka. Setiap gerakan kecil pasti akan segera sampai ke telinganya.Jika mereka benar-benar membawa keluarga mereka pergi, hal itu pasti akan segera terungkap dan mereka mungkin tidak akan bisa melarikan diri terlalu jauh. Hasil akhirnya dapat ditebak dengan mudah. Inilah situasi yang paling tidak ingin dilihat oleh Kresna."Siapa yang bilang kita harus membawa keluarga besar?" balas Ararya. "Yang perlu kita lakukan sekarang cuma mengikuti instruksinya, membawa beberapa orang, dan pergi ke lokasi yang telah diberikan untuk mengejar Wira.""Begitu bertemu dengan Wira, kita bisa
"Kalaupun Wira menolak kita, dengan begitu banyak kekayaan yang kita miliki, kita bisa pergi ke mana saja dan tetap akan hidup dalam kemewahan, 'kan?"Uang bisa menggerakkan segalanya. Tidak peduli di mana pun, itu adalah aturan yang berlaku!Semua ini terdengar masuk akal. Namun, Kresna tetap menghela napas dan berkata, "Membawa keluarga besar meninggalkan Kerajaan Agrel ya? Menurutmu ini realistis?""Jangan lupa, Ratu punya puluhan ribu pasukan, sementara kita cuma punya 10.000 tentara kalau digabungkan. Kalau benar-benar terjadi perang, siapa yang akan rugi kalau bukan kita?""Lagi pula, kalau orang sebanyak itu mencoba meninggalkan Kerajaan Agrel, informasi itu pasti akan sampai ke telinga Kaisar. Begitu dia tahu, mungkin kita akan mati di perjalanan sebelum sempat kabur."Kresna tampaknya semakin pengecut. Ini karena dia telah mengalami terlalu banyak hal menyakitkan dalam hidupnya.Bertahun-tahun lalu, anaknya mati di tangan Senia. Terakhir kali, dia hampir kehilangan keluarganya
"Baik." Kresna segera menyetujui dengan tegas, lalu mengantar Dahlan keluar. Jika Dahlan terus berada di sini, takutnya umurnya akan menjadi pendek.Namun, setelah Dahlan pergi, kondisi Kresna tetap terlihat buruk. Wajahnya masih suram. Saat ini, dia duduk di aula besar dan terus menghela napas. Dia benar-benar berada dalam dilema. Lantas, apa yang harus dilakukan selanjutnya?Dari luar, terdengar suara langkah kaki mendekat. Tidak lama kemudian, Ararya muncul, diikuti oleh Dwipangga di belakangnya.Kini, Dwipangga telah memegang kekuasaan penuh atas pasukan Kerajaan Agrel dan memiliki posisi yang sangat tinggi. Selain itu, di wilayah timur, dia memiliki status absolut. Semua orang telah menganggapnya sebagai pewaris. Kelak, posisi Ararya akan diwariskan kepada Dwipangga.Melihat orang yang dikenalnya datang, Kresna segera berdiri dan berjalan mendekat sambil berkata, "Akhirnya kamu tiba! Aku baru saja mengantar Dahlan pergi. Tujuan kedatangannya ke sini benar-benar buat aku bingung da
Kresna telah mendengar tentang tindakan Senia sebelumnya. Senia telah berulang kali mencoba membunuh Wira secara diam-diam, tetapi setiap kali hasilnya selalu nihil. Bahkan, semua usahanya berakhir dengan kegagalan total.Senia bahkan hampir mengorbankan putranya sendiri dalam proses itu. Jika Senia sendiri tidak mampu melakukannya, bagaimana mungkin dia mengharapkan dirinya dan Ararya untuk membunuh Wira?Atau mungkin ... Senia sebenarnya berniat membunuh dirinya dan Ararya? Hanya saja, dia berencana menggunakan tangan Wira untuk melakukannya?Kresna tak kuasa merinding. Di satu sisi ada serigala, di sisi lain ada harimau. Dia merasa seperti orang yang berdiri di jembatan rapuh, tidak tahu harus melangkah ke mana dan tidak berani bergerak sembarangan.Apa pun keputusan yang diambilnya, itu bisa membawa kehancuran pada dirinya sendiri dan tidak ada jalan kembali. Menyesal pun tidak akan ada gunanya!Setelah hal ini disampaikan kepada Ararya, Ararya pasti juga akan secemas dirinya."Dar