Yudha semakin bingung setelah mendengar reaksi Jihan. Apa maksudnya semua yang dikatakan Ratu? Apa maksudnya Yudha tidak membuatnya kecewa? Jangan-jangan Ratu hanya mengetesnya?"Ratu, apa maksud Anda?" tanya Yudha dengan ragu-ragu. Mendengar perkataan ini, Jihan hanya menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Yudha, aku nggak pernah mengkhianati Kerajaan Nuala ataupun mendiang Raja. Baik itu dulu ataupun kelak ... aku membutuhkan bantuanmu!"Yudha hanya terdiam dengan kebingungan mendengarnya. "Yang Mulia, aku tetap tidak mengerti.Jihan kembali menjelaskan, "Aku sudah diam-diam menemui kakakku dan mencapai kesepakatan dengannya. Aku meminta bantuannya, lalu setelah negara ini aman, aku akan membiarkannya mengambil alih Kerajaan Nuala. Ini adalah janjiku. Tapi ... aku hanya pura-pura menyetujuinya, apa kamu mengerti?"Mendengar penjelasannya, Yudha terkejut. "Bukankah ini ... sama saja dengan mengundang penjahat? Kalau Keluarga Barus ikut campur tangan dalam pemerintahan, takutnya kita
Terlebih lagi, Jihan dibesarkan di Keluarga Barus, bagaimana dia bisa setega itu?Jihan tersenyum sambil meneteskan air mata. "Aku juga tidak ingin mengambil keputusan ini, tapi apakah kamu menyuruhku menyerahkan Kerajaan Nuala begitu saja? Aku memang bisa saja melakukan hal seperti itu. Paling-paling aku hanya akan dianggap tidak berguna, aku tidak keberatan. Setidaknya dengan menyerahkannya pada Keluarga Barus, aku dan Jefry akan aman seumur hidup.""Tapi aku sudah berjanji pada mendiang Raja untuk menjaga Kerajaan Nuala demi Keluarga Larasati, aku tidak bisa mengingkar janji! Kalau kamu bersedia membantuku, aku akan berterima kasih padamu terlebih dahulu. Kalau kamu tidak bersedia, aku juga tidak menyesal," tanya Jihan pada Yudha.Yudha hanya menghela napas. Setelah itu, dia merenung cukup lama sebelum mengangguk menyetujuinya. "Baiklah ... aku akan melaksanakannya," jawab Yudha pada akhirnya. Dia tidak punya alasan untuk menolak. Baik ini adalah demi kestabilan negara ataupun pesan
Saat memikirkan Wira, Farrel tersenyum dengan tatapan berbinar. Sigra juga mengangguk saat mendengar penilaian Farrel. "Baguslah kalau memang begitu. Wira bisa menangani Prabu, kebetulan kita juga bisa turun tangan untuk melawan Keluarga Juwanto."Farrel terkejut saat mendengar ucapan ayahnya. "Maksudnya, Ayah mau menyuruh Kakak untuk turun tangan?"Sigra menggelengkan kepala. "Nggak perlu, aku masih nggak ingin menunjukkan kekuatan kakakmu. Masih ada Wira yang bisa menghadapi Prabu, nggak ada orang lain yang patut ditakuti di wilayah tiga provinsi milik Keluarga Juwanto. Hanya dengan 50 ribu pasukan saja kita sudah bisa menghancurkan Keluarga Juwanto. Hubungi bibimu, suruh dia perintahkan Yudha untuk membantu sekuat tenaga. Jalankan misi ini secara rahasia. Dengan dikepung oleh dua pihak, Keluarga Juwanto pasti akan hancur kali ini!"Sigra mendengus dengan kilatan dingin dalam tatapannya. Kumar juga pasti tidak akan menduga rencana mereka ini!Pada saat bersamaan, Wira juga sudah tiba
Prabu benar-benar keterlaluan. Orang yang paling dibenci Taufik adalah Keluarga Juwanto! Jika bukan karena ingin merebut kekuasaan, Taufik mungkin sudah memimpin pasukannya untuk menghabisi semua Keluarga Juwanto."Sampaikan perintahku, suruh Harnold untuk melakukan penyergapan bersama 50 ribu pasukan di perbatasan dan kerja sama dengan Wira!" Setelah perintah Taufik disampaikan, 50 ribu pasukan Monoma pun mulai bergerak menuju perbatasan Provinsi Suntra. Namun, kabar ini langsung diketahui oleh Prabu."Tuan, pasukan Monoma sudah bergerak. Mereka mengerahkan 50 ribu pasukan untuk menyerang Provinsi Suntra!" Begitu pesan ini dilaporkan oleh mata-matanya, semua orang dalam tenda militer milik Prabu langsung gusar."Tuan, Taufik benar-benar tidak menyerah. Dia bahkan masih ingin menyerang Provinsi Suntra!""Tuan, 30 ribu pasukan kita pasti bisa mengalahkan semua 50 ribu pasukannya!"Para jenderal mulai bersahut-sahutan, tidak ada yang merasa gentar sama sekali. Sebaliknya, mereka justru m
Di perbatasan Provinsi Suntra, Prabu memimpin 30 ribu pasukannya untuk mendirikan tenda dan berkemah di tempat ini. Pada saat ini, Harnold juga sudah mendapat kabar bahwa Prabu mendirikan tenda di dekat sana.Dengan wajah muram, wakil jenderal Harnold berkata dengan suara berat, "Prabu malah benar-benar mendirikan tenda di sini!" Dia menatap Harnold dengan panik dan cemas, lalu melanjutkan, "Lalu kita harus bagaimana sekarang? Prabu membawa 30 ribu pasukan, jumlah mereka sangat banyak, kita tidak mungkin bisa melawan mereka ...."Melihat wakil jenderal yang tampak panik dan tak berdaya itu, Harnold hanya tersenyum tipis, lalu melambaikan tangannya saat berkata, "Hehe, nggak apa-apa! Kalau Prabu berani datang, dia hanya akan mati!""Hah?" Wakil jenderal Harnold keheranan. Dia bertanya dengan ragu-ragu, "Kenapa begitu?"Harnold menjawab dengan tenang dan sambil terkekeh, "Tujuanku memang untuk menarik perhatian mereka ke sini. Kalau mereka berani datang, tamatlah riwayat mereka!""Tapi .
Prabu langsung tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Harnold. Dengan tatapan angkuh, dia berkata, "Hehe, kamu berani bicara seperti itu padaku? Sepertinya aku benar-benar nggak mengerti bagaimana pemikiranmu." Selanjutnya, Prabu kembali menyindir, "Apa kamu sudah lupa bagaimana aku mengalahkanmu sebelumnya?"Mendengar Prabu mengungkit masalah sebelumnya, ekspresi Harnold langsung menjadi sangat muram. Dengan kebencian yang terlintas pada matanya, Harnold berkata dengan suara berat, "Sebelumnya itu kamu cuma beruntung. Kamu kira kamu akan bisa beruntung setiap kalinya?"Prabu menatapnya dengan tatapan kejam, dia mengepalkan kedua tangannya dengan erat dan berkata, "Aku hanya berbaik hati membebaskanmu saat itu. Kamu malah berani datang ke sini untuk memprovokasiku sekarang? Sepertinya kamu sudah bosan hidup. Kalau kamu nggak sabar mau mati, jangan salahkan aku bersikap kejam!"Sorot mata Prabu semakin beringas saat melihat Harnold, seolah-olah dia ingin menguliti semua pasukannya h
Prabu hanya merasa emosinya sudah meledak dibuat oleh Harnold. Dia bahkan ingin sekali menangkapnya sekarang dan langsung membunuhnya dengan sadis.Wajah Harnold juga tampak serius, dia mengernyit sambil bergumam, "Memangnya kenapa kalau mau bertarung? Lagi pula, kamu nggak akan bisa menang melawanku, kamu hanya cari mati saja. Asal tahu saja, jangankan 50 ribu pasukan, bahkan kalau ditambah 50 ribu lagi pun kamu bukan lawanku. Kalau mau membunuhmu, itu hanya semudah membalikkan telapak tangan!"Seketika, Prabu tampak sangat kesal. "Bocah, jangan-jangan kamu cuma bisa berkoar-koar di sini ya? Apa kamu nggak tahu kemampuanmu sendiri? Apa gunanya membual di sini?" Selanjutnya, Prabu menambahkan, "Kalau memang berani, kita bertarung saja di sini. Kita lihat saja, kalau nanti kamu menang, masih belum terlambat bagimu untuk omong besar seperti ini!"Tebersit kilatan dingin dalam sorot mata Harnold. Sambil menahan amarah dalam hatinya, dia membalas, "Hehe ... boleh saja!"Harnold melambaikan
Setelah itu, Prabu membawa pasukannya kembali ke tenda militer. Rencana Prabu telah gagal, dia tidak berhasil memenggal kepala Harnold sehingga amarahnya sangat membeludak saat ini.Prabu tiba di tenda militernya dengan hati yang dipenuhi dengan kemarahan. Tiba-tiba, Prabu memukul mejanya dengan marah, "Harnold sialan! Seharusnya aku nggak boleh percaya pada ucapannya! Si berengsek itu selalu saja berbohong!"Setelah memaki-maki Harnold, amarah Prabu tetap saja masih belum mereda. Namun pada saat ini, seorang prajurit berlari masuk ke tenda dengan cemas. Dia menyibakkan tirai tenda dan langsung buru-buru berlutut di hadapan Prabu. Prabu tentu saja terkejut melihat adegan ini.Dengan ekspresi serius, Prabu bertanya dengan suara berat, "Ada apa lagi?"Wajah prajurit itu langsung menjadi pucat. Dia berkata dengan terbata-bata, "Tuan Prabu, Harnold kembali dengan membawa pasukannya."Saat mendengar laporan tersebut, tatapan Prabu menjadi sangat serius. Dia berkata dengan nada mengejek, "He
Prajurit itu memberi hormat dan berkata dengan pelan, "Saat kami tiba di tempat itu, semua kudanya sudah hilang. Kami juga sudah mencari di segala arah, kami curiga semua kuda itu sudah dibawa pergi orang-orang Wira."Mendengar laporan itu, Zaki marah sampai hampir memuntahkan darah. Dia akhirnya yakin serangan mendadak sebelumnya pasti ulah dari Wira, sekarang orang-orang Wira bahkan mencuri kuda mereka. Ini benar-benar keterlaluan. Kekuatan utama dari pasukan utara adalah kavaleri. Jika tidak ada kuda, mereka tidak bisa dibilang sebagai kavaleri lagi.Sementara itu, Darsa dan Joko yang berada di dalam tenda juga mendengar Zaki yang sedang memaki prajurit di luar.Darsa pun tersenyum dan berkata, "Zaki ini memang begini, kamu juga tahu temperamennya itu buruk. Ayo kita keluar dan lihat apa yang sudah terjadi."Joko hanya tersenyum, lalu berjalan keluar bersama Darsa. Namun, begitu mereka melihat wajah Zaki yang memerah karena marah, mereka sangat terkejut.Darsa segera maju dan bertan
Semua orang sangat mengagumi Adjie.Namun, di mata Adjie, semua orang memiliki niat mereka masing-masing. Dia sendiri menyusun rencana ini juga untuk mengalihkan perhatian mereka saja. Dia tahu mereka ini adalah mata-mata yang dikirim Guntur, sehingga cara terbaik untuk menangani masalah ini adalah menjauhkan mereka.Melihat semua orang tidak keberatan dengan rencananya, Adjie berkata dengan pelan, "Kalau nggak ada yang keberatan, kita langsung jalankan rencana ini sekarang juga. Makin cepat, makin baik. Lagi pula, saluran air itu juga membutuhkan banyak tenaga kerja. Makin banyak yang bekerja, makin cepat selesai. Kita harus cepat."Orang-orang itu tidak menyangka situasinya akan berubah menjadi seperti ini, tetapi mereka tetap menganggukkan kepala.Namun, orang-orang ini tidak menyadari Adjie sebenarnya memiliki maksud tersembunyi. Setelah mereka pergi, dia tersenyum dan berkata, "Mereka pikir mereka ini cerdas, sekarang kelihatannya mereka ternyata hanya begitu."Adjie berbicara den
Adjie tersenyum, lalu perlahan-lahan berkata, "Hehe. Hal ini sebenarnya mudah saja, selama kita bisa menyelesaikannya dengan baik. Pulau Hulu ini memang punya banyak jalan keluar, tapi kalian nggak menyadari ada sebuah sungai di sebelah timur, 'kan?"Mendengar perkataan itu, semua orang langsung tertegun sejenak. Mereka sebenarnya sudah menyadari keberadaan sungai ini sejak tadi, tetapi mereka mengira sungai ini tidak berguna sebelum mendengar perkataan Adjie.Beberapa saat kemudian, ekspresi anak buah itu tiba-tiba terlihat gembira. Seolah-olah teringat sesuatu, dia menatap Adjie dan berkata, "Jangan-jangan maksud Bos adalah mengalirkan semua air sungai ini ke Pulau Hulu?"Adjie tersenyum dan berpikir orang-orang ini memang sangat cerdas. Pulau Hulu ini memiliki banyak jalur keluar, tetapi letak pulau ini sangat rendah. Jika mereka berhasil, air sungai ini pasti akan membanjiri seluruh pulau ini. Pada saat itu, mereka bisa menenggelamkan seluruh pasukan musuh di dalam pulau itu, tidak
Sebelumnya, Adjie bisa meminta anak buah itu untuk mengumpulkan beberapa orang karena dia merasa pasti ada mata-mata yang ditempatkan Guntur di kelompoknya. Sekarang, sepertinya dugaannya memang benar.Setelah terdiam sejenak, anak buah yang tadinya pergi mengumpulkan orang-orang langsung tertegun sejenak. Beberapa saat kemudian, dia baru perlahan-lahan berkata, "Menurutku, sebaiknya kita menyusun ulang rencana kita. Kita setidaknya harus memastikan semuanya beres terlebih dahulu."Adjie menganggukkan kepala, lalu tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, coba katakan kita harus bagaimana menyelesaikan masalah ini?"Mendengar perkataan itu, semua orang menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, anak buah itu mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau begitu, kami menyarankan untuk langsung membakar kemah musuh malam ini. Dengan begitu, kita bisa langsung menghancurkan mereka dengan satu serangan."Yang lainnya juga menganggukkan kepala, jelas mereka sangat setuju dengan usulan anak buah itu
Melihat Adjie yang masih bisa tersenyum, Hayam tertegun dan bertanya dengan sangat penasaran, "Kenapa kamu tertawa? Apa informasi ini keliru?"Adjie berkata, "Hehe. Aku juga nggak yakin apa informasi ini keliru, tapi yang pastinya semua akan baik-baik saja kalau kita bisa menyelesaikan masalah ini. Tapi, kita harus memastikan hal ini terlebih dahulu baru bisa menyusun rencana selanjutnya. Sekarang yang paling mendesak adalah mencari solusi untuk masalah utama kita."Hayam tertegun sejenak, lalu mengernyitkan alis dan berkata, "Sebelumnya memang sulit untuk memahami situasi ini, tapi sekarang yang paling penting adalah mencari solusi untuk menyelesaikannya."Adjie menganggukkan kepala, setuju dengan pendapat Hayam. Melihat waktunya sudah tidak banyak lagi, dia berkata, "Baiklah, hari ini waktunya sudah hampir habis. Kalau Tuan sudah tiba, pastikan untuk segera laporkan pada Tuan bahwa malam ini mereka akan langsung menyerang dari selatan dan utara. Ingat, kita harus bersiap-siap."Hayam
Ternyata orang yang datang bertemu dengan Adjie adalah Hayam yang datang ke sini bersama Wira.Setelah turun dari kuda dan membalas salam, Hayam tersenyum dan berkata, "Setelah Tuan menyuruhku bertemu denganmu di sini, aku baru tahu ternyata kamu sudah masuk ke Desa Riwut. Kamu bahkan menjadi wakil pertama di sana."Adjie tertawa dan perlahan-lahan berkata, "Hehe. Aku hanya beruntung saja. Tuan sudah tiba di sini?"Hayam menggelengkan kepala dan berkata, "Belum, tapi Tuan mengutusku datang ke sini lebih dulu. Sekarang kami hanya membawa 500 pasukan saja, sedangkan Tuan memimpin 10 ribu pasukan sedang dalam perjalanan ke sini."Mendengar perkataan itu, Adjie menganggukkan kepala. Setelah memastikan tidak ada orang di sekitarnya, dia tersenyum dan berkata, "Baiklah, semuanya tetap seperti rencana sebelumnya. Malam ini kita akan menyerang dari utara dan selatan secara bersamaan, tapi Desa Riwut hanya mengirim seribu orang. Jadi, sisanya tergantung pada kalian."Hayam langsung terkejut saa
Darsa langsung tertegun sejenak, lalu perlahan-lahan bertanya, "Apa yang sebenarnya telah terjadi? Ceritakan dengan jelas. Apa pasukan dari Kerajaan Nuala ini benar-benar begitu hebat?"Setelah menghela napas, Zaki akhirnya mulai menceritakan seluruh kejadiannya dengan detail.....Di sisi lain, Adjie sudah membawa banyak orang keluar dari Desa Riwut. Setelah tiba di sekitar Pulau Hulu, mereka segera berpencar menjadi beberapa tim."Bos, Guntur, kita tetap jalankan rencana kita sebelumnya, tapi kita baru mulai menyerang di malam hari. Kalau kita menyerang sekarang, jumlah kita yang sedikit ini bukan tandingan mereka," kata Adjie.Mendengar perkataan itu, semua orang menganggukkan kepala. Menurut mereka, jika kali ini mereka berhasil merebut Pulau Hulu, tempat ini akan menjadi milik Desa Riwut. Oleh karena itu, mereka sangat berhati-hati dalam menjalankan rencana Adjie, tidak berani bertindak sembarangan.Enji juga memberi hormat dan berkata, "Tenang saja, kali ini kita pasti akan berti
Melihat ekspresi Zaki masih terlihat bingung, Darsa tersenyum. Dia tentu saja tahu Zaki masih belum mengerti maksudnya. Dia tersenyum dan perlahan-lahan berkata, "Lihat bagian ini dulu. Kalau Wira ingin menyerang kita dari selatan, dia pasti harus melewati Desa Riwut karena hanya ada satu jalur yang bisa dilewati."Setelah tertegun sejenak, Zaki baru mengamati peta di depannya. Saat melihat jalur yang ditunjukkan Darsa, dia menganggukkan kepala dan perlahan-lahan berkata, "Sepertinya memang begitu."Pada peta itu, terlihat sebuah jalur yang langsung melewati Desa Riwut dan mengarah ke kota di selatan. Zaki menyadari pasukan dari Kerajaan Nuala juga hanya bisa melewati jalur itu, yang berarti mereka tetap harus melewati Desa Riwut untuk sampai ke sini. Jika begitu, dia bisa langsung memasang jebakan.Namun, mengingat perkataan Darsa sebelumnya, Zaki merasa sangat ragu. Setelah terdiam sejenak, dia mengernyitkan alisnya dan berkata, "Kalau mengikuti rencana Tuan Darsa, tentu nggak akan a
Zaki langsung tertegun sejenak saat mendengar Darsa juga datang karena dia sangat mengenal sosok ini yang sebelumnya.Konon, Darsa pernah bersembunyi di lembah dan memiliki kemampuan meramal yang luar biasa. Namun, setelah ditemukan Bimala, dia langsung direkrut sebagai penasihat militer.Zaki benar-benar tidak menyangka kali ini Bimala bisa mengirim Darsa yang sangat berharga ke sini, sehingga dia pun langsung bangkit dan keluar dari tenda. Namun, begitu keluar, dia melihat sekelompok orang berjalan mendekat.Di antara kerumunan itu, ada seorang pemuda yang membawa pedang panjang di pinggangnya. Namun, tubuh mungilnya terlihat tidak serasi dengan zirahnya yang besar. Begitu melihatnya, ekspresi Zaki menjadi tidak ramah karena dia adalah Joko.Selain itu, ada seorang pria paruh baya yang berdiri di samping Joko. Pria ini mengenakan pakaian sederhana dari kain kasar tanpa membawa pedang, sepatunya bahkan hanya berupa sandal jerami. Siapa pun yang melihatnya akan mengira dia adalah rakya