Saat memikirkan Wira, Farrel tersenyum dengan tatapan berbinar. Sigra juga mengangguk saat mendengar penilaian Farrel. "Baguslah kalau memang begitu. Wira bisa menangani Prabu, kebetulan kita juga bisa turun tangan untuk melawan Keluarga Juwanto."Farrel terkejut saat mendengar ucapan ayahnya. "Maksudnya, Ayah mau menyuruh Kakak untuk turun tangan?"Sigra menggelengkan kepala. "Nggak perlu, aku masih nggak ingin menunjukkan kekuatan kakakmu. Masih ada Wira yang bisa menghadapi Prabu, nggak ada orang lain yang patut ditakuti di wilayah tiga provinsi milik Keluarga Juwanto. Hanya dengan 50 ribu pasukan saja kita sudah bisa menghancurkan Keluarga Juwanto. Hubungi bibimu, suruh dia perintahkan Yudha untuk membantu sekuat tenaga. Jalankan misi ini secara rahasia. Dengan dikepung oleh dua pihak, Keluarga Juwanto pasti akan hancur kali ini!"Sigra mendengus dengan kilatan dingin dalam tatapannya. Kumar juga pasti tidak akan menduga rencana mereka ini!Pada saat bersamaan, Wira juga sudah tiba
Prabu benar-benar keterlaluan. Orang yang paling dibenci Taufik adalah Keluarga Juwanto! Jika bukan karena ingin merebut kekuasaan, Taufik mungkin sudah memimpin pasukannya untuk menghabisi semua Keluarga Juwanto."Sampaikan perintahku, suruh Harnold untuk melakukan penyergapan bersama 50 ribu pasukan di perbatasan dan kerja sama dengan Wira!" Setelah perintah Taufik disampaikan, 50 ribu pasukan Monoma pun mulai bergerak menuju perbatasan Provinsi Suntra. Namun, kabar ini langsung diketahui oleh Prabu."Tuan, pasukan Monoma sudah bergerak. Mereka mengerahkan 50 ribu pasukan untuk menyerang Provinsi Suntra!" Begitu pesan ini dilaporkan oleh mata-matanya, semua orang dalam tenda militer milik Prabu langsung gusar."Tuan, Taufik benar-benar tidak menyerah. Dia bahkan masih ingin menyerang Provinsi Suntra!""Tuan, 30 ribu pasukan kita pasti bisa mengalahkan semua 50 ribu pasukannya!"Para jenderal mulai bersahut-sahutan, tidak ada yang merasa gentar sama sekali. Sebaliknya, mereka justru m
Di perbatasan Provinsi Suntra, Prabu memimpin 30 ribu pasukannya untuk mendirikan tenda dan berkemah di tempat ini. Pada saat ini, Harnold juga sudah mendapat kabar bahwa Prabu mendirikan tenda di dekat sana.Dengan wajah muram, wakil jenderal Harnold berkata dengan suara berat, "Prabu malah benar-benar mendirikan tenda di sini!" Dia menatap Harnold dengan panik dan cemas, lalu melanjutkan, "Lalu kita harus bagaimana sekarang? Prabu membawa 30 ribu pasukan, jumlah mereka sangat banyak, kita tidak mungkin bisa melawan mereka ...."Melihat wakil jenderal yang tampak panik dan tak berdaya itu, Harnold hanya tersenyum tipis, lalu melambaikan tangannya saat berkata, "Hehe, nggak apa-apa! Kalau Prabu berani datang, dia hanya akan mati!""Hah?" Wakil jenderal Harnold keheranan. Dia bertanya dengan ragu-ragu, "Kenapa begitu?"Harnold menjawab dengan tenang dan sambil terkekeh, "Tujuanku memang untuk menarik perhatian mereka ke sini. Kalau mereka berani datang, tamatlah riwayat mereka!""Tapi .
Prabu langsung tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Harnold. Dengan tatapan angkuh, dia berkata, "Hehe, kamu berani bicara seperti itu padaku? Sepertinya aku benar-benar nggak mengerti bagaimana pemikiranmu." Selanjutnya, Prabu kembali menyindir, "Apa kamu sudah lupa bagaimana aku mengalahkanmu sebelumnya?"Mendengar Prabu mengungkit masalah sebelumnya, ekspresi Harnold langsung menjadi sangat muram. Dengan kebencian yang terlintas pada matanya, Harnold berkata dengan suara berat, "Sebelumnya itu kamu cuma beruntung. Kamu kira kamu akan bisa beruntung setiap kalinya?"Prabu menatapnya dengan tatapan kejam, dia mengepalkan kedua tangannya dengan erat dan berkata, "Aku hanya berbaik hati membebaskanmu saat itu. Kamu malah berani datang ke sini untuk memprovokasiku sekarang? Sepertinya kamu sudah bosan hidup. Kalau kamu nggak sabar mau mati, jangan salahkan aku bersikap kejam!"Sorot mata Prabu semakin beringas saat melihat Harnold, seolah-olah dia ingin menguliti semua pasukannya h
Prabu hanya merasa emosinya sudah meledak dibuat oleh Harnold. Dia bahkan ingin sekali menangkapnya sekarang dan langsung membunuhnya dengan sadis.Wajah Harnold juga tampak serius, dia mengernyit sambil bergumam, "Memangnya kenapa kalau mau bertarung? Lagi pula, kamu nggak akan bisa menang melawanku, kamu hanya cari mati saja. Asal tahu saja, jangankan 50 ribu pasukan, bahkan kalau ditambah 50 ribu lagi pun kamu bukan lawanku. Kalau mau membunuhmu, itu hanya semudah membalikkan telapak tangan!"Seketika, Prabu tampak sangat kesal. "Bocah, jangan-jangan kamu cuma bisa berkoar-koar di sini ya? Apa kamu nggak tahu kemampuanmu sendiri? Apa gunanya membual di sini?" Selanjutnya, Prabu menambahkan, "Kalau memang berani, kita bertarung saja di sini. Kita lihat saja, kalau nanti kamu menang, masih belum terlambat bagimu untuk omong besar seperti ini!"Tebersit kilatan dingin dalam sorot mata Harnold. Sambil menahan amarah dalam hatinya, dia membalas, "Hehe ... boleh saja!"Harnold melambaikan
Setelah itu, Prabu membawa pasukannya kembali ke tenda militer. Rencana Prabu telah gagal, dia tidak berhasil memenggal kepala Harnold sehingga amarahnya sangat membeludak saat ini.Prabu tiba di tenda militernya dengan hati yang dipenuhi dengan kemarahan. Tiba-tiba, Prabu memukul mejanya dengan marah, "Harnold sialan! Seharusnya aku nggak boleh percaya pada ucapannya! Si berengsek itu selalu saja berbohong!"Setelah memaki-maki Harnold, amarah Prabu tetap saja masih belum mereda. Namun pada saat ini, seorang prajurit berlari masuk ke tenda dengan cemas. Dia menyibakkan tirai tenda dan langsung buru-buru berlutut di hadapan Prabu. Prabu tentu saja terkejut melihat adegan ini.Dengan ekspresi serius, Prabu bertanya dengan suara berat, "Ada apa lagi?"Wajah prajurit itu langsung menjadi pucat. Dia berkata dengan terbata-bata, "Tuan Prabu, Harnold kembali dengan membawa pasukannya."Saat mendengar laporan tersebut, tatapan Prabu menjadi sangat serius. Dia berkata dengan nada mengejek, "He
Sambil mengibaskan mantelnya, Prabu membalikkan badan dan bergegas keluar dari tenda. Dia memimpin sekelompok orang untuk pergi ke depan tenda. Sesuai dugaan, saat melihat Harnold, wajah pria itu terlihat sangat bangga saat berkata, "Hehehe .... Prabu, kamu ini benar-benar pengecut! Bisa-bisanya kamu kembali ke markasmu sendiri. Entah apa yang kamu pikirkan sebenarnya. Apakah ini yang disebut dengan pandai membual tapi tidak punya kemampuan? Dasar pengecut, ayo keluar untuk bertarung kalau kamu berani?"Begitu ucapan itu dilontarkan, wajah muram Prabu tiba-tiba terlihat kejam. Dia mengepalkan tangan dengan erat dan menggertakkan giginya dengan kesal. Berani-beraninya si berengsek ini memakinya seperti itu! Seorang pria sejati tidak akan membiarkan dirinya dihina-hina!Namun, di saat Prabu baru saja mempersiapkan pasukannya untuk bertarung dengan Harnold, Harnold malah kembali berbalik dan melarikan diri bersama para pasukannya. Adegan ini membuat Prabu kesal bukan main! Dia tidak bisa
Sebelum sempat melihat jelas benda apa itu, Prabu sudah mendengar suara ledakan yang dahsyat. Dia pun membelalakkan mata sembari berseru dengan tidak percaya, "Apa yang meledak? Berengsek! Berani sekali mereka menggunakan senjata rahasia!""Tuan Prabu, cepat kabur!" teriak seorang prajurit yang sontak menjatuhkan Prabu ke tanah. Tebersit kepanikan di wajahnya. Dia meneruskan dengan ketakutan, "Ada senjata rahasia!"Saat berikutnya, keduanya sama-sama bertiarap di tanah. Begitu terdengar suara ledakan, gelombang udara yang panas pun menyebar ke sekeliling.Prabu merasa punggungnya seperti terbakar. Dia menengadah sambil memandang ke sekitar dengan ketakutan. Selanjutnya, dia langsung melihat mayat berserakan di mana-mana. Sungguh adegan yang menyedihkan!Kini, ekspresi Prabu tampak kewalahan. Dia merasa dirinya telah gagal. Sementara itu, Harnold yang kabur barusan juga mendengar suara ledakan dari markas Prabu. Dia tentu tahu bahwa Wira sudah beraksi.Harnold tersenyum, lalu menarik ta
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m