Share

Bab 1057

Author: Arif
Terlebih lagi, Jihan dibesarkan di Keluarga Barus, bagaimana dia bisa setega itu?

Jihan tersenyum sambil meneteskan air mata. "Aku juga tidak ingin mengambil keputusan ini, tapi apakah kamu menyuruhku menyerahkan Kerajaan Nuala begitu saja? Aku memang bisa saja melakukan hal seperti itu. Paling-paling aku hanya akan dianggap tidak berguna, aku tidak keberatan. Setidaknya dengan menyerahkannya pada Keluarga Barus, aku dan Jefry akan aman seumur hidup."

"Tapi aku sudah berjanji pada mendiang Raja untuk menjaga Kerajaan Nuala demi Keluarga Larasati, aku tidak bisa mengingkar janji! Kalau kamu bersedia membantuku, aku akan berterima kasih padamu terlebih dahulu. Kalau kamu tidak bersedia, aku juga tidak menyesal," tanya Jihan pada Yudha.

Yudha hanya menghela napas. Setelah itu, dia merenung cukup lama sebelum mengangguk menyetujuinya. "Baiklah ... aku akan melaksanakannya," jawab Yudha pada akhirnya. Dia tidak punya alasan untuk menolak. Baik ini adalah demi kestabilan negara ataupun pesan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1058

    Saat memikirkan Wira, Farrel tersenyum dengan tatapan berbinar. Sigra juga mengangguk saat mendengar penilaian Farrel. "Baguslah kalau memang begitu. Wira bisa menangani Prabu, kebetulan kita juga bisa turun tangan untuk melawan Keluarga Juwanto."Farrel terkejut saat mendengar ucapan ayahnya. "Maksudnya, Ayah mau menyuruh Kakak untuk turun tangan?"Sigra menggelengkan kepala. "Nggak perlu, aku masih nggak ingin menunjukkan kekuatan kakakmu. Masih ada Wira yang bisa menghadapi Prabu, nggak ada orang lain yang patut ditakuti di wilayah tiga provinsi milik Keluarga Juwanto. Hanya dengan 50 ribu pasukan saja kita sudah bisa menghancurkan Keluarga Juwanto. Hubungi bibimu, suruh dia perintahkan Yudha untuk membantu sekuat tenaga. Jalankan misi ini secara rahasia. Dengan dikepung oleh dua pihak, Keluarga Juwanto pasti akan hancur kali ini!"Sigra mendengus dengan kilatan dingin dalam tatapannya. Kumar juga pasti tidak akan menduga rencana mereka ini!Pada saat bersamaan, Wira juga sudah tiba

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1059

    Prabu benar-benar keterlaluan. Orang yang paling dibenci Taufik adalah Keluarga Juwanto! Jika bukan karena ingin merebut kekuasaan, Taufik mungkin sudah memimpin pasukannya untuk menghabisi semua Keluarga Juwanto."Sampaikan perintahku, suruh Harnold untuk melakukan penyergapan bersama 50 ribu pasukan di perbatasan dan kerja sama dengan Wira!" Setelah perintah Taufik disampaikan, 50 ribu pasukan Monoma pun mulai bergerak menuju perbatasan Provinsi Suntra. Namun, kabar ini langsung diketahui oleh Prabu."Tuan, pasukan Monoma sudah bergerak. Mereka mengerahkan 50 ribu pasukan untuk menyerang Provinsi Suntra!" Begitu pesan ini dilaporkan oleh mata-matanya, semua orang dalam tenda militer milik Prabu langsung gusar."Tuan, Taufik benar-benar tidak menyerah. Dia bahkan masih ingin menyerang Provinsi Suntra!""Tuan, 30 ribu pasukan kita pasti bisa mengalahkan semua 50 ribu pasukannya!"Para jenderal mulai bersahut-sahutan, tidak ada yang merasa gentar sama sekali. Sebaliknya, mereka justru m

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1060

    Di perbatasan Provinsi Suntra, Prabu memimpin 30 ribu pasukannya untuk mendirikan tenda dan berkemah di tempat ini. Pada saat ini, Harnold juga sudah mendapat kabar bahwa Prabu mendirikan tenda di dekat sana.Dengan wajah muram, wakil jenderal Harnold berkata dengan suara berat, "Prabu malah benar-benar mendirikan tenda di sini!" Dia menatap Harnold dengan panik dan cemas, lalu melanjutkan, "Lalu kita harus bagaimana sekarang? Prabu membawa 30 ribu pasukan, jumlah mereka sangat banyak, kita tidak mungkin bisa melawan mereka ...."Melihat wakil jenderal yang tampak panik dan tak berdaya itu, Harnold hanya tersenyum tipis, lalu melambaikan tangannya saat berkata, "Hehe, nggak apa-apa! Kalau Prabu berani datang, dia hanya akan mati!""Hah?" Wakil jenderal Harnold keheranan. Dia bertanya dengan ragu-ragu, "Kenapa begitu?"Harnold menjawab dengan tenang dan sambil terkekeh, "Tujuanku memang untuk menarik perhatian mereka ke sini. Kalau mereka berani datang, tamatlah riwayat mereka!""Tapi .

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1061

    Prabu langsung tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Harnold. Dengan tatapan angkuh, dia berkata, "Hehe, kamu berani bicara seperti itu padaku? Sepertinya aku benar-benar nggak mengerti bagaimana pemikiranmu." Selanjutnya, Prabu kembali menyindir, "Apa kamu sudah lupa bagaimana aku mengalahkanmu sebelumnya?"Mendengar Prabu mengungkit masalah sebelumnya, ekspresi Harnold langsung menjadi sangat muram. Dengan kebencian yang terlintas pada matanya, Harnold berkata dengan suara berat, "Sebelumnya itu kamu cuma beruntung. Kamu kira kamu akan bisa beruntung setiap kalinya?"Prabu menatapnya dengan tatapan kejam, dia mengepalkan kedua tangannya dengan erat dan berkata, "Aku hanya berbaik hati membebaskanmu saat itu. Kamu malah berani datang ke sini untuk memprovokasiku sekarang? Sepertinya kamu sudah bosan hidup. Kalau kamu nggak sabar mau mati, jangan salahkan aku bersikap kejam!"Sorot mata Prabu semakin beringas saat melihat Harnold, seolah-olah dia ingin menguliti semua pasukannya h

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1062

    Prabu hanya merasa emosinya sudah meledak dibuat oleh Harnold. Dia bahkan ingin sekali menangkapnya sekarang dan langsung membunuhnya dengan sadis.Wajah Harnold juga tampak serius, dia mengernyit sambil bergumam, "Memangnya kenapa kalau mau bertarung? Lagi pula, kamu nggak akan bisa menang melawanku, kamu hanya cari mati saja. Asal tahu saja, jangankan 50 ribu pasukan, bahkan kalau ditambah 50 ribu lagi pun kamu bukan lawanku. Kalau mau membunuhmu, itu hanya semudah membalikkan telapak tangan!"Seketika, Prabu tampak sangat kesal. "Bocah, jangan-jangan kamu cuma bisa berkoar-koar di sini ya? Apa kamu nggak tahu kemampuanmu sendiri? Apa gunanya membual di sini?" Selanjutnya, Prabu menambahkan, "Kalau memang berani, kita bertarung saja di sini. Kita lihat saja, kalau nanti kamu menang, masih belum terlambat bagimu untuk omong besar seperti ini!"Tebersit kilatan dingin dalam sorot mata Harnold. Sambil menahan amarah dalam hatinya, dia membalas, "Hehe ... boleh saja!"Harnold melambaikan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1063

    Setelah itu, Prabu membawa pasukannya kembali ke tenda militer. Rencana Prabu telah gagal, dia tidak berhasil memenggal kepala Harnold sehingga amarahnya sangat membeludak saat ini.Prabu tiba di tenda militernya dengan hati yang dipenuhi dengan kemarahan. Tiba-tiba, Prabu memukul mejanya dengan marah, "Harnold sialan! Seharusnya aku nggak boleh percaya pada ucapannya! Si berengsek itu selalu saja berbohong!"Setelah memaki-maki Harnold, amarah Prabu tetap saja masih belum mereda. Namun pada saat ini, seorang prajurit berlari masuk ke tenda dengan cemas. Dia menyibakkan tirai tenda dan langsung buru-buru berlutut di hadapan Prabu. Prabu tentu saja terkejut melihat adegan ini.Dengan ekspresi serius, Prabu bertanya dengan suara berat, "Ada apa lagi?"Wajah prajurit itu langsung menjadi pucat. Dia berkata dengan terbata-bata, "Tuan Prabu, Harnold kembali dengan membawa pasukannya."Saat mendengar laporan tersebut, tatapan Prabu menjadi sangat serius. Dia berkata dengan nada mengejek, "He

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1064

    Sambil mengibaskan mantelnya, Prabu membalikkan badan dan bergegas keluar dari tenda. Dia memimpin sekelompok orang untuk pergi ke depan tenda. Sesuai dugaan, saat melihat Harnold, wajah pria itu terlihat sangat bangga saat berkata, "Hehehe .... Prabu, kamu ini benar-benar pengecut! Bisa-bisanya kamu kembali ke markasmu sendiri. Entah apa yang kamu pikirkan sebenarnya. Apakah ini yang disebut dengan pandai membual tapi tidak punya kemampuan? Dasar pengecut, ayo keluar untuk bertarung kalau kamu berani?"Begitu ucapan itu dilontarkan, wajah muram Prabu tiba-tiba terlihat kejam. Dia mengepalkan tangan dengan erat dan menggertakkan giginya dengan kesal. Berani-beraninya si berengsek ini memakinya seperti itu! Seorang pria sejati tidak akan membiarkan dirinya dihina-hina!Namun, di saat Prabu baru saja mempersiapkan pasukannya untuk bertarung dengan Harnold, Harnold malah kembali berbalik dan melarikan diri bersama para pasukannya. Adegan ini membuat Prabu kesal bukan main! Dia tidak bisa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1065

    Sebelum sempat melihat jelas benda apa itu, Prabu sudah mendengar suara ledakan yang dahsyat. Dia pun membelalakkan mata sembari berseru dengan tidak percaya, "Apa yang meledak? Berengsek! Berani sekali mereka menggunakan senjata rahasia!""Tuan Prabu, cepat kabur!" teriak seorang prajurit yang sontak menjatuhkan Prabu ke tanah. Tebersit kepanikan di wajahnya. Dia meneruskan dengan ketakutan, "Ada senjata rahasia!"Saat berikutnya, keduanya sama-sama bertiarap di tanah. Begitu terdengar suara ledakan, gelombang udara yang panas pun menyebar ke sekeliling.Prabu merasa punggungnya seperti terbakar. Dia menengadah sambil memandang ke sekitar dengan ketakutan. Selanjutnya, dia langsung melihat mayat berserakan di mana-mana. Sungguh adegan yang menyedihkan!Kini, ekspresi Prabu tampak kewalahan. Dia merasa dirinya telah gagal. Sementara itu, Harnold yang kabur barusan juga mendengar suara ledakan dari markas Prabu. Dia tentu tahu bahwa Wira sudah beraksi.Harnold tersenyum, lalu menarik ta

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3152

    Mendengar itu, Enji mengangguk pelan. Setelah beberapa saat, dia menatap mereka dan tertawa. "Sebelumnya aku memang nggak terpikirkan. Kalau berita ini benar, ini adalah kabar baik."Desa Riwut terletak cukup dekat dengan Pulau Hulu. Jadi, bagi Enji, jika Wira benar-benar membawa orang untuk merebut Pulau Hulu, segalanya akan jauh lebih mudah.Memikirkan hal ini, dia mengernyit dan bertanya, "Baiklah. Kalau begitu, jangan terburu-buru. Ini adalah urusan besar. Setidaknya biarkan kami menyelidikinya terlebih dahulu, 'kan?"Mendengar itu, Adjie tersenyum tipis. Setelah beberapa saat, dia mengangguk dan berujar, "Tentu saja bisa, tapi kita harus bergerak cepat. Kalau sampai melewatkan kesempatan ini, semua akan sia-sia.""Paham! Paham!" Adjie memberi hormat dengan mengepalkan tangan, lalu berbalik dan pergi.Setelah Adjie pergi, Enji dan Guntur berpandangan. Enji berkata, "Sebelumnya aku nggak terlalu memikirkan ini, tapi sekarang aku merasa ini memang peluang yang nyata. Yang paling pent

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3151

    Mendengar ucapan itu, keduanya sontak termangu. Adjie ini benar-benar berani, sampai berniat merebut Pulau Hulu pada saat seperti ini!Setelah beberapa saat, Enji dan Guntur berpandangan. Meskipun mereka ingin bergabung dengan Wira, kesetiaan mereka masih dipertanyakan.Alasan utama mereka ingin bergabung adalah karena melihat kemungkinan besar pasukan utara akan dihancurkan oleh Wira. Makanya, mereka ingin mengambil kesempatan untuk membelot.Namun, jika harus benar-benar berperang dan merebut Pulau Hulu sebagai hadiah untuk Wira, mereka masih ragu.Setelah berpikir beberapa saat, Enji mengernyit dan berkata, "Adjie, kami harus mempertimbangkan ini dengan matang. Ini bukan perkara kecil. Memang kami merasa ini kesempatan bagus, tapi kita nggak boleh gegabah."Mendengar itu, Adjie terdiam sejenak. Sesaat kemudian, dia tersenyum sambil mengejek, "Jangan-jangan kamu takut?"Mendengar dirinya diragukan, ekspresi Enji langsung berubah. Memang ada sedikit ketakutan dalam hatinya, tetapi dia

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3150

    Setelah berpikir sejenak, mereka yakin Adjie memang berasal dari selatan. Sebagian besar pengungsi saat ini juga berasal dari selatan, jadi masuk akal jika dia mengetahui banyak hal.Menyadari hal ini, Enji melambaikan tangan dan bertanya, "Adjie, apa yang sebenarnya terjadi di selatan? Apa kamu tahu?"Adjie maju, memberi hormat dengan tangan terkatup, lalu menyahut, "Sebenarnya aku nggak tahu terlalu banyak. Aku cuma dengar Tuan Wira tampaknya muncul di selatan dan berencana untuk melakukan serangan balasan. Tapi, itu cuma desas-desus.""Apa? Tuan Wira benar-benar sudah datang?" Guntur terkejut, menoleh ke arah Enji. Jelas, mereka mengetahui sesuatu.Melihat reaksi mereka, Adjie sedikit terkejut. Perkembangan situasi ini tampaknya di luar dugaannya. Jangan-jangan ada sesuatu yang bahkan dia sendiri enggan untuk membicarakannya?Sesaat kemudian, Enji berkata dengan penuh semangat, "Bagus kalau itu benar! Semua orang tahu Tuan Wira adalah orang yang sangat setia dan berprinsip. Kalau ki

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3149

    Mendengar ini, Adjie berpura-pura bodoh dan bertanya dengan ekspresi terkejut, "Apa maksudmu? Sekarat gimana? Jangan bilang dia sudah mati?"Guntur menghela napas. Sepertinya menjelaskan semuanya sekarang akan terlalu panjang, jadi dia hanya menyahut dengan suara rendah, "Sepertinya kamu belum tahu, Zaki mengalami kekalahan besar beberapa waktu lalu dan sekarang mundur ke Pulau Hulu dalam kondisi sekarat. Kalau kita menyerangnya sekarang, bukankah ini akan menjadi kemenangan yang mudah?"Adjie berpura-pura terkejut, menatap Guntur dengan ekspresi penuh kebingungan. Setelah beberapa saat, seolah-olah menyadari sesuatu, dia berujar, "Kalau memang begitu, bisa jadi ini kesempatan bagus. Tapi, aku pernah dengar kalau Zaki sangat kuat."Tak disangka, Guntur malah tertawa dan menimpali, "Kenapa kalau kuat? Kak, kamu mungkin belum tahu, wilayah utara ini dulunya adalah daerah kekuasaan Bobby."Mendengar nama Bobby disebut, Adjie sebenarnya ingin mencari tahu lebih banyak tentang keadaannya sa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3148

    Melihat situasi ini, Adjie langsung berseru. Guntur pun termangu, tetapi dia langsung memahami maksud Adjie. Jelas, ini adalah cara untuk menunjukkan statusnya.Mau tak mau, Guntur memaksakan senyuman dan menyapa, "Hehe, Kak Adjie? Mau ke mana?"Adjie melambaikan tangan dan menoleh menatap Tora dan Bajra. Dengan nada tenang, dia berkata, "Kalian berdua pergi dulu, ini bukan urusan kalian. Guntur, temani aku jalan-jalan."Guntur tertegun sesaat. Sebenarnya, dia tidak terlalu ingin mengikuti Adjie. Kemarin, cara Adjie bersikap benar-benar membuatnya merasa tertekan. Namun, melihat wajah Adjie yang tegas, Guntur hanya bisa menghela napas dan mengikutinya keluar.Begitu mereka tiba di tempat yang lebih sepi, Adjie bertanya dengan pelan, "Jadi, aku dengar kamu punya hubungan yang cukup baik dengan Kunaf? Apa itu benar?"Guntur tertegun lagi. Reaksi pertamanya adalah mengira Adjie mendengar percakapan mereka kemarin.Namun, setelah beberapa saat, Adjie melanjutkan dengan suara ringan, "Saat

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3147

    Mendengar kata-kata Enji, Guntur tersenyum tipis. Setelah beberapa saat, dia berkata, "Boleh dicoba. Tapi, saat ini yang paling penting adalah memastikan agar dia nggak tahu rencana ini. Selebihnya, kita bisa merencanakan dengan matang."Enji mengangguk serius. Setelah memastikan semuanya, dia berujar, "Baiklah. Kalau begitu, besok aku akan mengurus hal ini. Kamu rahasiakan dulu, besok kita buat keputusan akhir.""Baik!" Guntur tersenyum mendengarnya. Menurutnya, jika semua berjalan sesuai rencana, ini adalah kesempatan bagus. Yang harus dipastikan pertama adalah kekuatan mereka saat ini. Begitu waktunya tiba besok, dia bisa langsung menyingkirkan Adjie.Di luar, Adjie yang mendengar percakapan itu ikut tersenyum. Setelah beberapa saat, melihat Guntur hendak keluar, dia segera berdiri dan pergi lebih dulu.....Keesokan harinya, Adjie sudah lebih dulu tiba di aula utama Desa Riwut. Dalam perjalanannya, banyak orang menyapanya dengan ramah. Jelas, mereka benar-benar menganggap Adjie seb

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3146

    Mendengar hal itu, Guntur tertegun sejenak, agak bingung dengan perkataan Enji. Beberapa saat kemudian, Enji berkata, "Hehe, tak disangka kita mendapatkan harta kali ini. Bukankah saudara yang kamu sebut sebelumnya juga bekerja di pasukan utara?"Guntur tersenyum tipis mendengar itu. Setelah beberapa saat, dia perlahan menyahut, "Jangan dibahas lagi. Aku sudah lama nggak bisa menghubunginya. Entah apa yang terjadi. Terakhir kali pasukan utara berencana menuju perbatasan kota, tapi mereka dijebak. Sekarang mereka semua mundur ke daerah Pulau Hulu."Enji mengangguk. Dalam hatinya, dia mulai menebak identitas Adjie. Setelah beberapa saat, seolah-olah terpikirkan sesuatu, dia berkata pelan, "Apa kamu memperhatikannya? Kemampuan Adjie cukup luar biasa. Aku sampai merasa dia mungkin pernah menjadi tentara."Enji mengangguk lagi, merasa semakin yakin. Tidak berselang lama, Guntur yang berdiri di samping tiba-tiba juga mengangguk seperti teringat sesuatu.Dia mendongak menatap Enji dan berkata

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3145

    Melihat pemandangan itu, Enji tersenyum dan berkata, "Sebelumnya aku masih nggak yakin. Tapi, dilihat dari situasi sekarang, kamu memang bisa diandalkan. Semuanya, cepat beri hormat pada Kak Adjie kalian ini"Adjie juga terkejut saat mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka orang-orang ini begitu sopan sampai memberi hormat padanya.Melihat ekspresi Adjie yang terlihat canggung, Enji tertawa dan berkata, "Hehe. Kamu nggak perlu gugup, ini memang tradisi di tempat kita. Lagi pula, ini juga penting untukmu."Mendengar perkataan itu, semua orang menganggukkan kepala. Bagi mereka, ini memang hal yang wajar dan harus dilakukan.Guntur juga segera bangkit dan berkata, "Semuanya, jangan basa-basi lagi. Cepat maju dan bersujud pada Kak Adjie."Mengingat adegan sebelumnya di mana Adjie membunuh orang dengan begitu tegas, Guntur benar-benar merasa trauma. Dia merasa dirinya sudah cukup kejam, ternyata Adjie malah lebih kejam lagi.Beberapa saat kemudian, Adjie akhirnya berkata, "

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3144

    Mendengar perkataan itu, semua orang tertegun sejenak. Mereka benar-benar tidak tahu masalah apa yang dimaksud Enji.Pada saat itu, Guntur yang duduk di bawah berkata, "Bos, langsung katakan saja."Melihat Guntur berkata seperti itu, Enji tersenyum. Dia menunjuk ke arah Adjie dan berkata sambil tersenyum, "Semuanya, mulai sekarang Adjie ini akan menjadi wakil pertama kita. Jadi, kalau kelak kalian bertemu dengannya, jangan lupa memberi hormat."Begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang duduk di bawah langsung mulai berdiskusi. Mereka benar-benar tidak menyangka Adjie akan menjadi wakil pertama.Namun, dua anak buah yang sebelumnya membawa Adjie ke sini, saling memandang dengan ekspresi gembira. Menurut mereka, kesempatan mereka akhirnya datang juga. Saat ini, mereka berada di posisi terbawah di Desa Riwut ini. Oleh karena itu, mereka merasa sangat senang karena merasa mulai sekarang kehidupan mereka akan menjadi lebih baik.Pada saat itu, salah seorang di antara kerumunan tiba-t

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status