Pada saat Zsalsya tengah kebingungan karena tidak tahu siapa yang harus ia hubungi dan bagaimana cara menghubunginya, sedangkan ia sendiri tidak mengingat nomor orang-orang, termasuk Firman.Arzov datang dan langsung menanyakan. "Ada apa?" "Nona ini harus menyelesaikan biaya administrasi sesuai ketentuan rumah sakit. Apa Anda ini keluarganya?" tanya perawat itu setelah sedikit menjelaskan hal itu kepada Arzov."Ya, benar, saya keluarganya. Biar saya yang menanggung biaya rumah sakit ini!" kata Arzov antusias.Zsalsya melongo dibuatnya. "Apakah selama ini aku salah menilainya?" batin Zsalsya ketika melihat cara Arzov yang tampak sangat mempedulikan dirinya.Hatinya mulai tersentuh kembali. Ia merasa bahwa mungkin saja Arzov mencintai dirinya, hanya saja ia selalu abai dan terlalu cemburu. Sehingga, membuat Arzov sering menghilang dan terkadang sulit dihubungi."Baik, kalau begitu mari ikut saya~!" kata perawat itu seraya berjalan meninggalkan Zsalsya di sana.Arzov menaruh buket bunga
"Memangnya ada apa dengannya?" Zsalsya semakin penasaran dengan apa yang sebelumnya terucap dari mulut Arzov.Ia tidak mengenal Endrick lebih banyak, tetapi menurutnya Arzov mengetahui sesuatu."Tahu apa? Jangan berbohong!" Zsalsya menepis perkataan Arzov, sebab setahunya, selama ini Endrick juga baik kepada dirinya."Dia merencanakan sesuatu untuk membawamu ke dalam masalah besar."Zsalsya masih tidak paham. Besar seperti apa yang sebenarnya Arzov maksud. Selama ini, semuanya baik-baik saja dan tidak ada yang aneh sama sekali."Oh ya, kalau dia memang peduli padamu, kenapa bukan dia yang membawamu ke sini? Mana dia?" celetuk Arzov.Zsalsya sendiri tidak tahu siapa yang membawanya ke rumah sakit ini. Sebab, ketika bangun dari pingsan, hanya ada seorang perawat di sampingnya. Endrick tidak ada."Benar juga. Kalau dia memang peduli, kenapa dia tidak ada. Tapi saat itu dia juga tampak luka parah," batin Zsalsya."Sudah. Sekarang aku suapi kamu makan dulu. Jangan pikirkan itu, tidak pent
Endrick semakin bingung karena tidak tahu bagaimana dirinya untuk menemukan Zsalsya kembali. Ia khawatir seperti kala itu yang butuh berbulan-bulan sampai akhirnya bertemu Zsalsya."Kita kembali saja, yuk!" ajak Kyora. Diam-diam ia tersenyum senang karena rencananya berhasil. "Semakin berhasil setiap rencanaku, semakin mudah aku mendapatkanmu, En-drick!" batin Kyora dengan tatapan licik.Endrick tidak menyahut, ia melangkah pergi dari sana untuk kemudian kembali ke tempatnya dirawat.Sesampainya di sana, Rosmala tengah membereskan barangnya karena Endrick akan pindah ke ruang VVIP sesuai keinginan Rosmala."Ma, kita mau pindah sekarang?" tanya Endrick."Iya, Nak. Lebih cepat 'kan lebih baik, jadi ... untuk apa menunggu? Memangnya mau menunggu siapa?""Benar, juga."Mereka pun kemudian pergi dari tempat itu."Zsa, aku mau keluar sebentar. Kamu jangan ke mana-mana, ya!" pintanya."Oiya."Saat itu Zsalsya tidak tahu bahwa sebenarnya ia ingin memanfaatkan kesempatan itu untuk berbicara
"Ah, sudahlah. Kalau kamu mau sama Papa, kamu harus ikut. Kalau tidak mau ke rumah sakit, ya sudah, kamu naik taksi saja sana!" Firman yang sedang kesal pun membuatnya tidak bisa meredam emosi yang menggunung. Sedangkan Nana, ia tidak terbiasa dimarahi, karena memang tidak pernah sekalipun ditegur oleh Rosmala."Papa kenapa kasar banget. Apa karena aku ini anak tiri, jadi Papa begitu sama aku?" ucapnya dengan nada merajuk. Matanya melihat ke lantai dengan wajah yang memperlihatkan seolah dirinya sangat sedih. Sehingga, memancing simpati Firman dan membuat Firman merasa bersalah dengan apa yang telah dilakukannya.Firman menoleh ke samping, ia melihat wajah Nana yang tampak sedih. "Sekarang mau kamu bagaimana, terserah! Papa mau pergi sekarang!"Kali ini, rupanya cara Nana untuk meluluhkan hati Firman agar bersimpati kepadanya gagal. Ia tampak kesal. Tetapi, di sisi lain ia juga tidak ingin naik taksi. "Aku ikut, Pa ...!" Nana berjalan mengikuti Firman yang kini sudah agak jauh, kare
"Papa, terima kasih sudah mau datang!" Zsalsya mendekat ke arah Firman dan kemudian memeluknya. Ia merasa sudah begitu lama tidak memeluk sosok Ayah yang disayanginya, dirinya tidak mau melewatkan kesempatan ini."Papa bilang juga apa. Lebih baik kamu terima saja perjodohan ini dan menikah saja dengan Arzov. Dia ini anak yang baik. Sudah mau bawa kamu ke rumah sakit, sekarang pun masih mau menemani!"Arzov yang mendengar pujian itu semakin besar kepala. Ia merasa bahwa idenya kali ini memang cerdas. "HAHAHA! Benar, 'kan kataku, dia pasti langsung tergerak hatinya untuk segera menikahkan kami!" batin Arzov sembari tersenyum. Kala itu, Arzov tidak memikirkan persoalannya dengan Nana. Baginya, untuk saat ini ia ingin mendapatkan Zsalsya terlebih dahulu, lalu setelah menikmatinya ... barulah ia berniat untuk memberi kepastian kepada Nana. "Kalau bisa mendapatkan keduanya, kenapa harus salah satu!" batinnya.Tanpa sadar, Nana yang berdiam diri di sana tengah memendam rasa kesal terhad
Waktu terus berjalan, dan kini malam telah tiba. Endrick hanya berdiam diri di ranjang pasiennya. Tanpa ponsel dan tanpa Zsalsya yang kian jam selalu teringat di kepala."Nak, makan dulu! Sejak tadi kamu belum makan apa-apa," kata Rosmala. Ia merasa khawatir dengan kondisi Anaknya yang lebih banyak diam tanpa mempedulikan apapun."Aku belum lapar, Ma. Nanti saja aku makannya. Mama juga belum makan, 'kan?"Sebaliknya, Endrick pun tidak melihat Rosmala makan. Wanita itu hanya terus menemaninya tanpa pergi kemana-mana."Kamu tidak usah terlalu pedulikan Mama. Kalau lapar, Mama bisa makan sendiri. Tapi kamu, Mama belum tenang kalau kamu belum makan. Bagaimana kamu bisa cepat sembuh, kalau kamu membiarkan perut kosong terus begitu!" Rosmala terus bersungut-sungut. Sebagai seorang Ibu, Rosmala selalu khawatir dengan kondisi Endrick -- Anaknya. Terlebih lagi, ia tidak memiliki Anak lain selain Endrick saja."Tante, apa boleh saya yang suapi Endrick?" tanyanya.Rosmala tidak yakin. Tetapi,
"Setelah saya periksa. Saya menyimpulkan kalau Pak Endrick belum bisa pulang. Sekitar satu atau dua mingguan lagi baru boleh pulang. Perlu melakukan perawatan khusus, agar kondisi kaki kembali pulih!" jelas dokter itu."Tuh, 'kan, Mama bilang juga apa. Memang sebaiknya kamu ini istirahat saja."Malam semakin larut. Walaupun Kyora merasa ingin berdekatan dengan Endrick, tetapi dirinya berpikir masih ada yang perlu diurus."Tante, karena sudah malam, saya izin pulang. Besok saya ke sini lagi!" kata Kyora."Iya, silakan."Hanya itu yang Rosmala katakan. Sedangkan Endrick, ia tampak tidak peduli. Dirinya hanya fokus pada obrolannya dengan seorang dokter laki-laki yang ada di sampingnya, Dokter Denis.Kyora merasa kesal. Tetapi, menurutnya mematangkan strategi permainan juga perlu. "Tidak masalah. Sekarang kamu boleh saja mengabaikanku. Tapi nanti ... aku pasti akan membuatmu bertekuk lutut di hadapanku!" batin Kyora dengan penuh ambisi."Endrick, aku pergi, ya! Besok pagi aku akan ke si
Malam itu menjadi malam yang sepi, tanpa seseorang yang benar-benar menemani sampai rasa sepi itu hilang sendiri.Namun, yang didapat hanyalah segala kesedihan dan air mata yang membuat dadanya semakin sesak. Dan malamnya semakin gulita. Seperti di kegelapan tanpa cahaya.Arzov terus memandangi ponsel, ia pun kemudian bangkit dari duduknya. "Aku harus keluar sebentar. Ditinggal sendiri tidak apa-apa, 'kan?" "Ya, pergi saja."Zsalsya tahu bahwa dirinya memang sendiri. Terbiasa sendiri, bahkan membuatnya tidak lagi mengharapkan apapun. Segalanya tampak menyedihkan."Tidak akan kularang siapapun yang mau pergi dan tidak akan kucegah seseorang yang datang. Walau hatiku masih sulit percaya, apakah aku ini dicintai atau hanya dijadikan pelampiasan oleh seseorang?" Zsalsya berbicara kepada dirinya sendiri dalam hati.Ia mengambil air yang beberapa saat yang lalu diberikan oleh seorang perawat dengan makanan pada porsi kecil. Ada nasi dan sayur sup ayam.Apalah arti makanan enak jika tidak b
Karena kecelakaan terjadi saat Firman sudah tancap gas pergi, sehingga ia tidak tahu bahwa di sana telah terjadi kecelakaan. Ia juga tidak tahu jika yang mengalami itu adalah Mariana.Firman hanya fokus untuk pulang ke rumah tanpa berpikir apapun. Zsalsya yang kala itu tengah memasak pun mendadak ingat kepada Ayahnya, yang membuatnya langsung menghentikan tangannya. Ia melamun, hingga percikan minyak itu membuatnya langsung terhenyak kaget dan menjauh dari wajan tersebut.Endrick yang melihat itu langsung meniupi tangan Zsalsya yang terkena percikan minyak. "Biar pelayan kita saja yang melakukannya!"Endrick menoleh ke samping -- tepatnya ke arah pelayan yang ada di sana. "Tolong kamu lanjutkan!""Baik!" sahut salah seorang pelayan yang saat itu tengah berdiri di sana. Tetapi begitu mendapat perintah, ia pun langsung menuju wajan yang ada di sana.Endrick mengajak Zsalsya pergi menuju kursi yang ada di sana. "Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Endrick yang melihat Zsalsya dengan tata
"Baik, biar saya periksa dulu," ujar dokter itu yang kemudian melakukan pemeriksaan terhadap Firman.Sementara di sana, Mariana mengintip dan kini tengah bersembunyi. Ia terus memperhatikan Firman yang saat ini tengah diperiksa oleh dokter tersebut. "Mana obatnya?" gumamnya.Selang lima menit, pemeriksaan selesai. Dokter itu pun kemudian pergi sebentar untuk mengambil obat untuk Firman.Di kala dokter itu mengambilkan obat, Mariana yang sudah sejak tadi menunggu saat itu tiba pun membuatnya langsung bergegas pergi sejenak mengikuti kemanapun dokter itu pergi.Mariana menghampiri dokter itu ketika obat pada sebuah kotak kecil itu tergeletak di meja."Dok, saya mau memeriksa jantung saya yang sedang kurang baik. Dokter mana, ya, yang suka memeriksanya?" tanya Mariana seraya mengenakan maskernya. Ia bertingkah seolah tidak tahu apa-apa.Dengan santainya, dokter itu pun kemudian menyahut. "Saya dokter jantung. Kalau mau, bisa saya periksa, tapi biarkan saya melayani pasien yang lain dul
Rosmala yang belum mendapat kabar apapun, baik itu dari Endrick maupun dari Priyatna -- sopir pribadi Endrick, membuatnya mondar-mandir karena khawatir."Kenapa belum juga ada kabar apapun?" gumam Rosmala yang saat itu dalam kebingungan. Meskipun begitu, ia merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja.Tak lama dari itu, sebuah mobil memasuki halaman rumah dan kemudian mobil itu menepi.Rosmala yang terus mondar-mandir di teras pun langsung menghentikan langkah kakinya. Segera saja ia menuruni sedikit tangga dan langsung menghampiri mobil tersebut yang mana ia pikir bahwa itu adalah Endrick dan seharusnya bersama Zsalsya.Begitu pintu mobil terbuka, langsung terlihatlah kaki Endrick yang keluar dari sana."Nak, akhirnya kamu kembali! Mana Zsalsya?" tanya Rosmala. Ia melihat ke dalam mobil dan saat itu Zsalsya pun memang hendak keluar dari mobil tersebut.Begitu Zsalsya turun, Rosmala langsung memeluk menantunya. "Akhirnya kamu kembali juga. Mama khawatir dengan keadaan kalian. Mengingat
Telepon Endrick yang saat itu sudah terhubung dengan Piryatna yang merupakan sopir kepercayaannya membuatnya bisa tahu kapan ia akan bergerak melakukan tugasnya. Setelah tahu bahwa Zsalsya ditemukan di lantai dua, sopir pribadi itu pun langsung mengajak kepada para bodyguard untuk mengikuti Endrick ke lantai atas sana. Sedangkan polisi, pada saat yang sama mereka juga masuk dan langsung menyergap. Sontak saja, semua preman yang ada di sana pun langsung berusaha kabur, termasuk Arzov. Namun sayangnya, polisi yang datang jauh lebih banyak dibanding para preman itu sendiri. "Jangan bergerak!" ujar salah seorang polisi sembari menembakkan pistol ke atas. Preman yang saat itu masih berada di sana pun langsung angkat tangan kala para polisi yang sejak awal sudah siap sedia untuk menangkap mereka kini memperlihatkan diri mereka. "Sialan! Kenapa harus ada banyak polisi!" gumam Arzov dengan kedok yang masih terpasang di kepala hingga menutup wajahnya. Namun, polisi yang bertugas la
DOORR!!!Endrick melesatkan peluru dari pistol yang dipegangnya. Sontak, polisi yang sudah bersiap pun langsung turun dari mobil dan mengepung rumah itu. Kyora tidak tahu jika rumahnya telah terkepung dan tidak memiliki jalan lagi untuk keluar.Sekalipun polisi yang mengepung, tetapi mereka tidak langsung masuk ke dalam. Para bodyguard Endrick hanya bersiap siaga di luar rumah."Serahkan Zsalsya padaku sekarang juga!" pinta Endrick. Namun, preman yang ada di sana seolah langsung siap siaga untuk menyerang Endrick. Para saat yang sama, ketika mereka hendak menyerang, Endrick melesatkan peluru ke sebuah botol kaca yang ada di sana, hingga tercipta suara berisik yang membuat para bodyguard Endrick keluar. Ketika para preman lengah karena fokusnya teralihkan kepada para bodyguard Endrick. Lada saat itulah Endrick pergi untuk mencari keberadaan Zsalsya. Endrick memplintir tangan Kyora ke belakang dan langsung menodongnya. "Cepat tunjukkan padaku di mana Zsalsya sekarang berada!" perint
"Ma, aku pergi sekarang!" pamit Endrick ketika dirinya sudah menambahkan jaket pada pakaian atasnya. "Iya, Nak!" sahut Rosmala.Mereka yang telah mengatur rencana untuk segala sesuatunya pun kemudian berangkat dari rumah itu untuk kemudian pergi menuju lokasi alamat yang ia dapatkan sebelumnya.Endrick memasuki sebuah mobil. Ia kembali mengemudi sendiri. Kali ini, ia menggunakan mobil yang lain dengan warna putih. Rosmala yang saat itu melihat Anaknya berangkat untuk menyelamatkan Zsalsya pun hanya berdo'a agar selamat dan mereka menjalankan rencana dengan baik dan berhasil, agar bisa membawa Zsalsya kembali.Setelah Endrick pergi, di belakang itu, mobil yang dikemudikan oleh para bodyguardnya ada di belakang mobil Endrick. Hanya saja, saat itu cukup berjarak. Sebab, Endrick tidak mau jika lawan menganggap bahwa Endrick datang bersama orang lain."Zsa, tunggu aku, aku datang untuk menyelamatkanmu sekarang! Kita pasti akan bersama lagi!" ujar Endrick sembari mengemudi. Pandangannya f
"Tidak tahu terima kasih! Disuapin malah dimuntahin! Makan saja sendiri, terserah kalau kamu lapar juga!" sentak Arzov. Ia menaruh piring itu di meja dan kemudian melangkah pergi dari tempat itu.Arzov segera menemui Kyora, yang mana ada janji yang belum ia tagih sekaligus belum ia dapatkan pula uang yang dijanjikannya.Zsalsya berusaha untuk melepaskan dirinya, tetapi masih susah. "Aku mau buang air! Tolong lepaskan ikatan tanganku!" pinta Zsalsya dengan tegasnya.Namun, kedua preman itu hanya saling memandang satu sama lain. Mereka seolah tengah saling melempar kode melalui pandangan mata. Memutuskan apakah harus melepaskan ikatan tangan Zsalsya atau malah mengabaikannya.Mereka juga takut jika Zsalsya ternyata membohongi mereka, untuk itulah kedua preman itu tidak mau langsung percaya begitu saja."Apa kalian mau melihat aku buang air di sini?!" tambah Zsalsya dengan sedikit ancaman halus yang membuat kedua preman itu bingung dalam memilih. Namun, tak lama setelahnya, Arzov kembal
Dalam kesendiriannya, Zsalsya hanya harus menahan rasa takut dalam dirinya kala di tempat yang gelap itu ia sendirian. Namun, kemudian sebuah pikiran berlarian di kepala."Tapi waktu itu saja aku bisa melarikan diri. Bagaimana kalau sekarang aku juga mencobanya?" batin Zsalsya dalam diamnya. Ia terus memikirkan hal itu.Zsalsya melihat ke sekeliling. Ia berusaha melepaskan tali yang mengikat erat di pergelangan tangan dan kakinya itu. Tetapi, rupanya di tempat itu terdapat cctv tersembunyi. Kyora dan anak buahnya terus memantau sampai mendapat kabar dari Endrick bahwa pria itu datang ke tempat tersebut untuk menjemput Zsalsya.Semalaman Zsalsya tidak bisa tidur. Ia berusaha untuk melepaskan diri, tetapi dirinya tidak bisa membuka ikatan itu.Kyora yang memperhatikan setiap gerak-gerik Zsalsya itu hanya diam seraya menopang dagu. Sesekali ia menyungging licik dengan apa yang dilihatnya saat itu."Sekarang kamu tidak akan bisa kabur atau melepaskan diri dariku lagi. Aku tidak akan sebod
Sampai di dalam kamar, para pelayan yang ada di sana sontak mengambil kotak P3K untuk merawat luka Endrick. Lukanya sangat parah dan saking khawarisnya, Rosmala langsung memanggil dokter.Rosmala duduk di samping Endrick seraya membelai rambutnya. "Nak, kenapa ada orang jahat yang berani melakukan hal ini sama kamu?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.Ibu mana yang tidak bersedih saat anak semata wayangnya terluka parah. "Mama tidak akan pernah memaafkan kesalahan orang yang tega melakukan semua ini!" ucapnya.Tak perlu menunggu waktu lama, dokter yang dipanggil oleh Rosmala beberapa saat yang lalu pun kemudian datang. Ia membawa alat untuk memeriksa kondisi pasiennya tersebut."Dok, tolong periksa. Saya tidak mau sesuatu terjadi pada tubuhnya!" pinta Rosmala kepada dokter itu.Dokter itu tersenyum seraya mengeluarkan alat untuk memeriksa. "Baik, biar saya periksa dulu kondisinya, ya," sahut dokter itu.Mulai dari detak jantung dan semua luka yang ada pada tubuh Endrick, semuanya dipe