Malam itu menjadi malam yang sepi, tanpa seseorang yang benar-benar menemani sampai rasa sepi itu hilang sendiri.Namun, yang didapat hanyalah segala kesedihan dan air mata yang membuat dadanya semakin sesak. Dan malamnya semakin gulita. Seperti di kegelapan tanpa cahaya.Arzov terus memandangi ponsel, ia pun kemudian bangkit dari duduknya. "Aku harus keluar sebentar. Ditinggal sendiri tidak apa-apa, 'kan?" "Ya, pergi saja."Zsalsya tahu bahwa dirinya memang sendiri. Terbiasa sendiri, bahkan membuatnya tidak lagi mengharapkan apapun. Segalanya tampak menyedihkan."Tidak akan kularang siapapun yang mau pergi dan tidak akan kucegah seseorang yang datang. Walau hatiku masih sulit percaya, apakah aku ini dicintai atau hanya dijadikan pelampiasan oleh seseorang?" Zsalsya berbicara kepada dirinya sendiri dalam hati.Ia mengambil air yang beberapa saat yang lalu diberikan oleh seorang perawat dengan makanan pada porsi kecil. Ada nasi dan sayur sup ayam.Apalah arti makanan enak jika tidak b
Hari telah berganti. Dalam mengisi paginya, Endrick menunggu kedatangan kepala pelayan yang menurutnya pagi ini belum ada di sana.Kepalanya terus menoleh ke arah pintu, berharap kepala pelayan itu datang dengan lebih cepat dari perkiraannya.Kriieett! Sampai suara pintu terbuka. Endrick dengan semangat menunggu orang yang pikirnya sudah ada di depan pintu."Mungkin itu!"Tak lama setelah itu, tampak suara sepatu pantopel memasuki ruangan tersebut. "Tuan Endrick, bagaimana kondisimu sekarang?" tanya kepala pelayan rumah itu seraya menjinjing barang yang diinginkan Endrick sewaktu malam."Cukup baik!" jawab Endrick.Kepala pelayan berdiri di samping Endrick, ia membukakan sebuah kotak berbentuk persegi panjang yang di dalamnya ada sebuah ponsel tipis berwarna hitam."Tuan, ini ponsel yang Anda minta waktu itu!" ucap kepala pelayan seraya menyodorkan barang tersebut.Endrick pun langsung meraih ponsel itu. "Semuanya sudah lengkap!"Ia langsung paham dengan apa yang dimaksudkan oleh k
Keterikatan di antara keduanya membuat mereka dapat merasakan satu sama lain. Raga mereka memang jauh, namun pikiran mereka seperti ada kain yang mengikat hingga terhubung dan dapat mengingat satu sama lain sekalipun keduanya berjauhan."Tidak boleh. Untuk apa aku memikirkannya begitu. Lagi pula, dia juga belum tentu memikirkan keadaanku, buktinya saja sekarang dia tidak datang menjenguk!" gumamnya.Zsalsya berusaha menepis segala macam bayangan mengenai Endrick yang menghantui dirinya."Apa ini artinya kontrak itu juga berakhir? Dia tidak datang dan kami pun saling tidak tahu keberadaan masing-masing?"Zsalsya melamun dan ingatan tentang wajah Endrick kembali membayangi isi kepalanya. Ada rasa tidak rela ketika dirinya harus berpisah.Namun, meskipun begitu, ia mencoba membohongi perasaannya sendiri. Tetapi, perhatian dan kebaikan Endrick memang tidak bisa ia lupakan begitu saja."Kenapa aku ingat dia terus? Dia saja tidak mungkin mengingatku!" umpatnya kesal.Tanpa sepengetahuan Zsal
"Kamu ke mana saja selama ini? Tidak berkirim pesan, tidak menelepon, dan sekarang kamu datang pun tiba-tiba begini," gerutu Nana seraya memasang wajah dingin tetapi seolah ingin dimanja. Di ruang tamu itu, Nana mengatakan apa yang membuatnya kesal. Ia merasa bahwa Arzov mempermainkan perasaannya. Arzov memegang pundak Nana, ia menatap wajah wanita yang ada di sampingnya itu, "Kamu pasti rindu, ya?" kata Arzov. Ia memegang pipi Nana, berusaha membujuk wanita yang ada di sampingnya tersebut."Apaan sih, kamu merayu-rayu begini. Di rumah sakit juga kamu melakukan hal yang sama 'kan pada Zsalsya!" ucapnya kesal.Arzov melihat ke arah pintu. Ia khawatir jika Firman dan Mariana datang karena mendengar pertengkaran ringan mereka. Sebab, Arzov tidak ingin jika Firman sampai tahu mengenai apa yang mereka bicarakan saat itu."Kamu masih marah sama aku?"Arzov mendekatkaban wajahnya ke telinga Nana. "Yang aku lakukan pada Zsalsya waktu itu hanya gimik saja. Percayalah. Yang aku cuma kamu. S
Kriieett! Terdengar suara pintu terbuka dari arah luar. Sontak, Endrick dan Rosmala pun menoleh secara bersamaan ke arah pintu. Ada rasa penasaran dalam benak mereka. Namun, yang paling penasaran adalah Endrick, sebab ada orang yang memang tengah ia tunggu kehadirannya.Bukan Zsalaya. Tetapi orang lain yang memiliki misi. Orang yang merupakan pesuruhnya di tempat ini.Begitu memasuki ruangan tersebut, wanita yang mengenakan baju perawat itu tampak kaget karena ternyata ada Rosmala. Endrick berkedip, memberikan isyarat. Kedipan itu seolah mengatakan bahwa tidak apa-apa, masuk saja."Kamu?" kata Rosmala seraya menunjuk ke arah perawat tersebut. Kala itu, perawat tersebut telah membuka masker yang menutup wajahnya. Ia pikir, tidak perlu lagi memakainya ketika berhadapan langsung dengan Endrick.Wanita itu mengenakan masker karena ingin menyamarkan wajahnya, agar tidak dikenali oleh yang lain."Kenapa kamu pakai baju perawat begini?" Matanya memindai seluruh tubuh kepala pelayan itu.
Karena Arzov sudah tidak lagi berada di kediamannya, Firman pun akhirnya memilih untuk berangkat ke kantor. Tetapi, sepanjang perjalanan dalam mobil, Firman terus memikirkan apa saja yang akan ia bicarakan dengan Arzov,membuat kemudi mobilnya semakin lambat.Tanpa mempedulikan kondisi Zsalsya yang masih berada di rumah sakit. Ia hanya pedulikan pada pekerjaan yang katanya banyak."Nanti sajalah aku jenguk lagi dia. Percuma saja aku ke sana kalau untuk melihat dia marah-marah!" umpatnya.Sebetulnya, Zsalaya tidak ingin marah-marah. Ia hanya merasa tidak pedulikan dan Firman lebih mempedulikan Anak tiri dibandingkan dirinya yang merupakan Anak kandung. Seperti tidak adil, tetapi itulah kenyataannya.Ia ingin diperhatikan dan dicintai. Namun, dirinya tak lagi merasa dicintai. Sehingga, rasa kesal yang meluap itu kemudian tak terbendung lagi."Kenapa dia tidak kembali?" batin Zsalsya sembari melihat ke pintu. Dirinya yang diperhatikan oleh Arzov membuatnya kembali berharap. Ia mengharap
Memang benar. Sejak tadi, Endrick sudah ada janji dengan kepala pelayan yang mengenakan pakaian perawat itu. Seperti hal sebelumnya, Endrick dan Kepala pelayan itu memang sudah ada janji untuk bertemu. Membicarakan kepastian apa yang memang ingin Endrick ketahui.Endrick terus melangkah tanpa henti, dirinya terus berjalan pada sebuah kursi panjang tempat biasa dirinya bersantai di rumah sakit itu.Pada saat yang sama, Kyora yang kemarin berjanji akan datang kembali ke sana pun tiba-tiba saja ada. Ia menghentikan langkah kakinya dan langsung menghampiri."Endrick, kenapa kamu di luar tanpa aku. Kamu pasti berjalan sendiri ke sini!" katanya sembari memegang lengan Endrick dan duduk di sampingnya.Endrick segera menepis tangan Kyora itu. "Kamu jangan ganggu saya! Lebih baik kamu pulang saja!" Nadanya terdengar sangat dingin dan ketus."Kenapa kamu begitu? Padahal kemarin kamu baik-baik saja," ujar Kyora dengan nada manja. Seakan Kyora ingin jika Endrick hanya dekat dengan dirinya bukan d
Karena di sana ada Rosmala, Endrick tidak dapat berbicara banyak. Namun, kini ia memiliki ponsel yang bisa ia gunakan.Endrick menoleh ke arah kepala pelayan yang tengah berdiri. "Kamu belikan saya ponsel satu lagi!" pintanya.Rosmala merasa heran. "Buat apa kamu beli ponsel banyak-banyak? Bukannya itu sudah kamu punya?""Buat keperluan, Ma."Endrick pun melanjutkan langkah kakinya kembali, Rosmala menyusul, barulah kepala pelayan berjalan di belakang.***Suara ponsel berbunyi, Arzov yang kini tengah bersama Zsalsya pun segera menjawab teleponnya. "Aku mau jawab telepon dulu," begitu katanya sembari pergi meninggalkan Zsalsya di sana.Zsalsya hanya mengangguk sembari berharap Endrick datang menjemputnya. "Dia ke mana, ya? Aku butuh dia sekarang. Mau aku telepon, tapi aku tidak bisa mengingat berapa nomornya," gumamnya sembari membayangkan Endrick. Karena perjanjian yang terjadi itu, Zsalaya menjadi berharap bahwa Endrick mau datang ke sana. Menurutnya ada sesuatu yang belum selesa
Karena kecelakaan terjadi saat Firman sudah tancap gas pergi, sehingga ia tidak tahu bahwa di sana telah terjadi kecelakaan. Ia juga tidak tahu jika yang mengalami itu adalah Mariana.Firman hanya fokus untuk pulang ke rumah tanpa berpikir apapun. Zsalsya yang kala itu tengah memasak pun mendadak ingat kepada Ayahnya, yang membuatnya langsung menghentikan tangannya. Ia melamun, hingga percikan minyak itu membuatnya langsung terhenyak kaget dan menjauh dari wajan tersebut.Endrick yang melihat itu langsung meniupi tangan Zsalsya yang terkena percikan minyak. "Biar pelayan kita saja yang melakukannya!"Endrick menoleh ke samping -- tepatnya ke arah pelayan yang ada di sana. "Tolong kamu lanjutkan!""Baik!" sahut salah seorang pelayan yang saat itu tengah berdiri di sana. Tetapi begitu mendapat perintah, ia pun langsung menuju wajan yang ada di sana.Endrick mengajak Zsalsya pergi menuju kursi yang ada di sana. "Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Endrick yang melihat Zsalsya dengan tata
"Baik, biar saya periksa dulu," ujar dokter itu yang kemudian melakukan pemeriksaan terhadap Firman.Sementara di sana, Mariana mengintip dan kini tengah bersembunyi. Ia terus memperhatikan Firman yang saat ini tengah diperiksa oleh dokter tersebut. "Mana obatnya?" gumamnya.Selang lima menit, pemeriksaan selesai. Dokter itu pun kemudian pergi sebentar untuk mengambil obat untuk Firman.Di kala dokter itu mengambilkan obat, Mariana yang sudah sejak tadi menunggu saat itu tiba pun membuatnya langsung bergegas pergi sejenak mengikuti kemanapun dokter itu pergi.Mariana menghampiri dokter itu ketika obat pada sebuah kotak kecil itu tergeletak di meja."Dok, saya mau memeriksa jantung saya yang sedang kurang baik. Dokter mana, ya, yang suka memeriksanya?" tanya Mariana seraya mengenakan maskernya. Ia bertingkah seolah tidak tahu apa-apa.Dengan santainya, dokter itu pun kemudian menyahut. "Saya dokter jantung. Kalau mau, bisa saya periksa, tapi biarkan saya melayani pasien yang lain dul
Rosmala yang belum mendapat kabar apapun, baik itu dari Endrick maupun dari Priyatna -- sopir pribadi Endrick, membuatnya mondar-mandir karena khawatir."Kenapa belum juga ada kabar apapun?" gumam Rosmala yang saat itu dalam kebingungan. Meskipun begitu, ia merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja.Tak lama dari itu, sebuah mobil memasuki halaman rumah dan kemudian mobil itu menepi.Rosmala yang terus mondar-mandir di teras pun langsung menghentikan langkah kakinya. Segera saja ia menuruni sedikit tangga dan langsung menghampiri mobil tersebut yang mana ia pikir bahwa itu adalah Endrick dan seharusnya bersama Zsalsya.Begitu pintu mobil terbuka, langsung terlihatlah kaki Endrick yang keluar dari sana."Nak, akhirnya kamu kembali! Mana Zsalsya?" tanya Rosmala. Ia melihat ke dalam mobil dan saat itu Zsalsya pun memang hendak keluar dari mobil tersebut.Begitu Zsalsya turun, Rosmala langsung memeluk menantunya. "Akhirnya kamu kembali juga. Mama khawatir dengan keadaan kalian. Mengingat
Telepon Endrick yang saat itu sudah terhubung dengan Piryatna yang merupakan sopir kepercayaannya membuatnya bisa tahu kapan ia akan bergerak melakukan tugasnya. Setelah tahu bahwa Zsalsya ditemukan di lantai dua, sopir pribadi itu pun langsung mengajak kepada para bodyguard untuk mengikuti Endrick ke lantai atas sana. Sedangkan polisi, pada saat yang sama mereka juga masuk dan langsung menyergap. Sontak saja, semua preman yang ada di sana pun langsung berusaha kabur, termasuk Arzov. Namun sayangnya, polisi yang datang jauh lebih banyak dibanding para preman itu sendiri. "Jangan bergerak!" ujar salah seorang polisi sembari menembakkan pistol ke atas. Preman yang saat itu masih berada di sana pun langsung angkat tangan kala para polisi yang sejak awal sudah siap sedia untuk menangkap mereka kini memperlihatkan diri mereka. "Sialan! Kenapa harus ada banyak polisi!" gumam Arzov dengan kedok yang masih terpasang di kepala hingga menutup wajahnya. Namun, polisi yang bertugas la
DOORR!!!Endrick melesatkan peluru dari pistol yang dipegangnya. Sontak, polisi yang sudah bersiap pun langsung turun dari mobil dan mengepung rumah itu. Kyora tidak tahu jika rumahnya telah terkepung dan tidak memiliki jalan lagi untuk keluar.Sekalipun polisi yang mengepung, tetapi mereka tidak langsung masuk ke dalam. Para bodyguard Endrick hanya bersiap siaga di luar rumah."Serahkan Zsalsya padaku sekarang juga!" pinta Endrick. Namun, preman yang ada di sana seolah langsung siap siaga untuk menyerang Endrick. Para saat yang sama, ketika mereka hendak menyerang, Endrick melesatkan peluru ke sebuah botol kaca yang ada di sana, hingga tercipta suara berisik yang membuat para bodyguard Endrick keluar. Ketika para preman lengah karena fokusnya teralihkan kepada para bodyguard Endrick. Lada saat itulah Endrick pergi untuk mencari keberadaan Zsalsya. Endrick memplintir tangan Kyora ke belakang dan langsung menodongnya. "Cepat tunjukkan padaku di mana Zsalsya sekarang berada!" perint
"Ma, aku pergi sekarang!" pamit Endrick ketika dirinya sudah menambahkan jaket pada pakaian atasnya. "Iya, Nak!" sahut Rosmala.Mereka yang telah mengatur rencana untuk segala sesuatunya pun kemudian berangkat dari rumah itu untuk kemudian pergi menuju lokasi alamat yang ia dapatkan sebelumnya.Endrick memasuki sebuah mobil. Ia kembali mengemudi sendiri. Kali ini, ia menggunakan mobil yang lain dengan warna putih. Rosmala yang saat itu melihat Anaknya berangkat untuk menyelamatkan Zsalsya pun hanya berdo'a agar selamat dan mereka menjalankan rencana dengan baik dan berhasil, agar bisa membawa Zsalsya kembali.Setelah Endrick pergi, di belakang itu, mobil yang dikemudikan oleh para bodyguardnya ada di belakang mobil Endrick. Hanya saja, saat itu cukup berjarak. Sebab, Endrick tidak mau jika lawan menganggap bahwa Endrick datang bersama orang lain."Zsa, tunggu aku, aku datang untuk menyelamatkanmu sekarang! Kita pasti akan bersama lagi!" ujar Endrick sembari mengemudi. Pandangannya f
"Tidak tahu terima kasih! Disuapin malah dimuntahin! Makan saja sendiri, terserah kalau kamu lapar juga!" sentak Arzov. Ia menaruh piring itu di meja dan kemudian melangkah pergi dari tempat itu.Arzov segera menemui Kyora, yang mana ada janji yang belum ia tagih sekaligus belum ia dapatkan pula uang yang dijanjikannya.Zsalsya berusaha untuk melepaskan dirinya, tetapi masih susah. "Aku mau buang air! Tolong lepaskan ikatan tanganku!" pinta Zsalsya dengan tegasnya.Namun, kedua preman itu hanya saling memandang satu sama lain. Mereka seolah tengah saling melempar kode melalui pandangan mata. Memutuskan apakah harus melepaskan ikatan tangan Zsalsya atau malah mengabaikannya.Mereka juga takut jika Zsalsya ternyata membohongi mereka, untuk itulah kedua preman itu tidak mau langsung percaya begitu saja."Apa kalian mau melihat aku buang air di sini?!" tambah Zsalsya dengan sedikit ancaman halus yang membuat kedua preman itu bingung dalam memilih. Namun, tak lama setelahnya, Arzov kembal
Dalam kesendiriannya, Zsalsya hanya harus menahan rasa takut dalam dirinya kala di tempat yang gelap itu ia sendirian. Namun, kemudian sebuah pikiran berlarian di kepala."Tapi waktu itu saja aku bisa melarikan diri. Bagaimana kalau sekarang aku juga mencobanya?" batin Zsalsya dalam diamnya. Ia terus memikirkan hal itu.Zsalsya melihat ke sekeliling. Ia berusaha melepaskan tali yang mengikat erat di pergelangan tangan dan kakinya itu. Tetapi, rupanya di tempat itu terdapat cctv tersembunyi. Kyora dan anak buahnya terus memantau sampai mendapat kabar dari Endrick bahwa pria itu datang ke tempat tersebut untuk menjemput Zsalsya.Semalaman Zsalsya tidak bisa tidur. Ia berusaha untuk melepaskan diri, tetapi dirinya tidak bisa membuka ikatan itu.Kyora yang memperhatikan setiap gerak-gerik Zsalsya itu hanya diam seraya menopang dagu. Sesekali ia menyungging licik dengan apa yang dilihatnya saat itu."Sekarang kamu tidak akan bisa kabur atau melepaskan diri dariku lagi. Aku tidak akan sebod
Sampai di dalam kamar, para pelayan yang ada di sana sontak mengambil kotak P3K untuk merawat luka Endrick. Lukanya sangat parah dan saking khawarisnya, Rosmala langsung memanggil dokter.Rosmala duduk di samping Endrick seraya membelai rambutnya. "Nak, kenapa ada orang jahat yang berani melakukan hal ini sama kamu?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.Ibu mana yang tidak bersedih saat anak semata wayangnya terluka parah. "Mama tidak akan pernah memaafkan kesalahan orang yang tega melakukan semua ini!" ucapnya.Tak perlu menunggu waktu lama, dokter yang dipanggil oleh Rosmala beberapa saat yang lalu pun kemudian datang. Ia membawa alat untuk memeriksa kondisi pasiennya tersebut."Dok, tolong periksa. Saya tidak mau sesuatu terjadi pada tubuhnya!" pinta Rosmala kepada dokter itu.Dokter itu tersenyum seraya mengeluarkan alat untuk memeriksa. "Baik, biar saya periksa dulu kondisinya, ya," sahut dokter itu.Mulai dari detak jantung dan semua luka yang ada pada tubuh Endrick, semuanya dipe