"Kamu ke mana saja selama ini? Tidak berkirim pesan, tidak menelepon, dan sekarang kamu datang pun tiba-tiba begini," gerutu Nana seraya memasang wajah dingin tetapi seolah ingin dimanja. Di ruang tamu itu, Nana mengatakan apa yang membuatnya kesal. Ia merasa bahwa Arzov mempermainkan perasaannya. Arzov memegang pundak Nana, ia menatap wajah wanita yang ada di sampingnya itu, "Kamu pasti rindu, ya?" kata Arzov. Ia memegang pipi Nana, berusaha membujuk wanita yang ada di sampingnya tersebut."Apaan sih, kamu merayu-rayu begini. Di rumah sakit juga kamu melakukan hal yang sama 'kan pada Zsalsya!" ucapnya kesal.Arzov melihat ke arah pintu. Ia khawatir jika Firman dan Mariana datang karena mendengar pertengkaran ringan mereka. Sebab, Arzov tidak ingin jika Firman sampai tahu mengenai apa yang mereka bicarakan saat itu."Kamu masih marah sama aku?"Arzov mendekatkaban wajahnya ke telinga Nana. "Yang aku lakukan pada Zsalsya waktu itu hanya gimik saja. Percayalah. Yang aku cuma kamu. S
Kriieett! Terdengar suara pintu terbuka dari arah luar. Sontak, Endrick dan Rosmala pun menoleh secara bersamaan ke arah pintu. Ada rasa penasaran dalam benak mereka. Namun, yang paling penasaran adalah Endrick, sebab ada orang yang memang tengah ia tunggu kehadirannya.Bukan Zsalaya. Tetapi orang lain yang memiliki misi. Orang yang merupakan pesuruhnya di tempat ini.Begitu memasuki ruangan tersebut, wanita yang mengenakan baju perawat itu tampak kaget karena ternyata ada Rosmala. Endrick berkedip, memberikan isyarat. Kedipan itu seolah mengatakan bahwa tidak apa-apa, masuk saja."Kamu?" kata Rosmala seraya menunjuk ke arah perawat tersebut. Kala itu, perawat tersebut telah membuka masker yang menutup wajahnya. Ia pikir, tidak perlu lagi memakainya ketika berhadapan langsung dengan Endrick.Wanita itu mengenakan masker karena ingin menyamarkan wajahnya, agar tidak dikenali oleh yang lain."Kenapa kamu pakai baju perawat begini?" Matanya memindai seluruh tubuh kepala pelayan itu.
Karena Arzov sudah tidak lagi berada di kediamannya, Firman pun akhirnya memilih untuk berangkat ke kantor. Tetapi, sepanjang perjalanan dalam mobil, Firman terus memikirkan apa saja yang akan ia bicarakan dengan Arzov,membuat kemudi mobilnya semakin lambat.Tanpa mempedulikan kondisi Zsalsya yang masih berada di rumah sakit. Ia hanya pedulikan pada pekerjaan yang katanya banyak."Nanti sajalah aku jenguk lagi dia. Percuma saja aku ke sana kalau untuk melihat dia marah-marah!" umpatnya.Sebetulnya, Zsalaya tidak ingin marah-marah. Ia hanya merasa tidak pedulikan dan Firman lebih mempedulikan Anak tiri dibandingkan dirinya yang merupakan Anak kandung. Seperti tidak adil, tetapi itulah kenyataannya.Ia ingin diperhatikan dan dicintai. Namun, dirinya tak lagi merasa dicintai. Sehingga, rasa kesal yang meluap itu kemudian tak terbendung lagi."Kenapa dia tidak kembali?" batin Zsalsya sembari melihat ke pintu. Dirinya yang diperhatikan oleh Arzov membuatnya kembali berharap. Ia mengharap
Memang benar. Sejak tadi, Endrick sudah ada janji dengan kepala pelayan yang mengenakan pakaian perawat itu. Seperti hal sebelumnya, Endrick dan Kepala pelayan itu memang sudah ada janji untuk bertemu. Membicarakan kepastian apa yang memang ingin Endrick ketahui.Endrick terus melangkah tanpa henti, dirinya terus berjalan pada sebuah kursi panjang tempat biasa dirinya bersantai di rumah sakit itu.Pada saat yang sama, Kyora yang kemarin berjanji akan datang kembali ke sana pun tiba-tiba saja ada. Ia menghentikan langkah kakinya dan langsung menghampiri."Endrick, kenapa kamu di luar tanpa aku. Kamu pasti berjalan sendiri ke sini!" katanya sembari memegang lengan Endrick dan duduk di sampingnya.Endrick segera menepis tangan Kyora itu. "Kamu jangan ganggu saya! Lebih baik kamu pulang saja!" Nadanya terdengar sangat dingin dan ketus."Kenapa kamu begitu? Padahal kemarin kamu baik-baik saja," ujar Kyora dengan nada manja. Seakan Kyora ingin jika Endrick hanya dekat dengan dirinya bukan d
Karena di sana ada Rosmala, Endrick tidak dapat berbicara banyak. Namun, kini ia memiliki ponsel yang bisa ia gunakan.Endrick menoleh ke arah kepala pelayan yang tengah berdiri. "Kamu belikan saya ponsel satu lagi!" pintanya.Rosmala merasa heran. "Buat apa kamu beli ponsel banyak-banyak? Bukannya itu sudah kamu punya?""Buat keperluan, Ma."Endrick pun melanjutkan langkah kakinya kembali, Rosmala menyusul, barulah kepala pelayan berjalan di belakang.***Suara ponsel berbunyi, Arzov yang kini tengah bersama Zsalsya pun segera menjawab teleponnya. "Aku mau jawab telepon dulu," begitu katanya sembari pergi meninggalkan Zsalsya di sana.Zsalsya hanya mengangguk sembari berharap Endrick datang menjemputnya. "Dia ke mana, ya? Aku butuh dia sekarang. Mau aku telepon, tapi aku tidak bisa mengingat berapa nomornya," gumamnya sembari membayangkan Endrick. Karena perjanjian yang terjadi itu, Zsalaya menjadi berharap bahwa Endrick mau datang ke sana. Menurutnya ada sesuatu yang belum selesa
"Ketika kecelakaan, mungkin ponsel saya ikut rusak dengan mobil waktu itu. Jadi, bagaimana cara saya menghubunginya?" tanya Zsalsya yang juga sedikit mengeluh akan kejadian itu. "Andai saja waktu itu tidak terjadi hal demikian ...."".... Ah, tapi ya sudahlah, mau bagaimana lagi," tambahnya sembari menghela nafas berat.Kepala pelayan itu pun membuka kantong plastik yang berisi ponsel dalam sebuah kotak. Ia membukanya dan menyodorkan barang tersebut ke hadapan Zsalsya. Zsalsya yang awalnya berputus asa pun kembali ceria. Ia bersemangat menjalani hari yang awalnya membosankan. "Ini untuk saya?" tanya Zsalsya.Zsalaya sedikit merasa aneh. Kepala pelayan itu tiba-tiba saja memberikannya ponsel. Matanya terus tertuju pada ponsel yang kini tepat berada di hadapannya tersebut. Ia tidak dapat menolaknya, terlebih lagi rasa penasaran yang kian menggebu."Dari siapa?" tanya Zsalsya. Walaupun perasaannya mengatakan bahwa itu pasti dari Endrick. Tetapi, dirinya tidak bisa memastikan itu. "D
[Iya, nanti saya datang ke sana.][Jangan sampai tidak datang! Pokoknya kamu harus ke ruangan Saya!][Lagi pula, siapa suruh kamu menyetir ngebut begitu. Saya 'kan sudah ngasih tahu kamu kalau ada mobil besar dan supaya berhati-hati juga!]Zsalsya yang merasa bahwa Endrick terlalu ingin memamerkan kemampuan drift-nya, membuat berpikir jika kejadian ini atas kesalahan Endrick."Kalau bukan karena kamu yang mengemudi terlalu cepat, mungkin tidak ada kejadian semacam ini," gumamnya dengan nada mengeluh.Endrick mendengarnya, tetapi ia berusaha menghiraukan hal itu.[Pokoknya hari ini kamu harus menemani saya. Lagi pula, kamu harus ingat kalau kita ini suami-istri!] Nadanya terdengar sangat tegas sampai membuat Kyora semakin panas saat mendengarnya.Sengaja Endrick mengatakan hal itu langsung di depan Kyora, agar wanita yang saban hari datang ke ruangannya itu segera pergi dan tidak mendekatinya lagi. Namun, begitu selesai mengatakan itu, ia langsung mengecilkan volume suara ponselnya ka
Kyora membalikkan badan dan langsung kembali duduk di tempat yang sebelumnya ia duduk, yang mana bersebelahan langsung dengan Endrick.Tak lama setelah kedatangan Kyora ke ruangan itu, suara pintu kembali terdengar dibuka. Endrick menoleh dengan antusias. Pada saat yang sama, Kyora berdiri ia pura-pura keseleo sampai menjatuhkan dirinya kepada Endrick, hingga posisi keduanya saling memeluk. Endrick tertindih tubuh Kyora.Zsalsya memasuki ruangan dan langkah kakinya langsung terhenti. Ia diam mematung dengan wajah datar memperhatikan Endrick dan Kyora yang saling menindih. Terlebih lagi, saat itu ia melihat tangan Endrick yang menyentuh pinggang Kyora."Zsalsya," gumam Endrick. Ia melepaskan tangannya dari Kyora.Kyora menoleh ke arah pintu dan langsung berdiri. "Maaf," katanya. Namun, jauh dari lubuk hati, ia merasa senang karena sudah membuat kacau suasana hati Zsalsya. "Aku yakin dia pasti marah kepada Endrick. Bagus. Dengan begini, akan terjadi kesalahpahaman besar di antara mere