Pada pagi harinya ....Zsalsya menyibak selimut. Ia membuka matanya perlahan. Kala itu, matanya menyipit, ia melihat ke sekitar dan tubuhnya yang sudah terbaring di tempat tidur. Padahal, ia mengingat samar bahwa dirinya ada di sebuah restoran."Jam berapa ini?" Zsalsya meraba-raba ke tempat tidur untuk mengambil ponselnya, tetapi tidak ada di sana.Dengan kepala yang masih agak berat, Zsalsya menyibak selimut dan bangun. Ia melihat ke sekeliling, yang ternyata ponselnya ada di meja sebelah. Meja yang seperangkat dengan kursi santai di kamar itu.Ia turun dari tempat tidur, dirinya berjalan perlahan menuju meja dan mengambil ponselnya. Di layar terlihat jelas angka yang menunjukkan pukul 07.15 pagi. Zsalsya langsung membelalak, ia pun bersiap-siap. Tetapi saat hendak melangkah ....Tok Tok Tok!Suara ketukan pintu terdengar. Zsalsya langsung menoleh ke arah pintu. "Boleh saya masuk?" Suara lembut dibalik pintu yang terdengar nyaring di telinga."Masuk saja!" sahut Zsalsya dengan san
"Apa boleh saya masuk?" tanya Endrick sembari memegang gagang pintu. Kini, ia tidak langsung masuk begitu saja ke kamar itu. Meski di rumahnya, tetapi ia takut jika Zsalsya terganggu.Zsalsya menoleh kembali. Ia mendengar suara yang memang tidak asing baginya itu. Suara berat yang terdengar agak serak."Ya, masuk saja!" sahut Zsalsya.Endrick melangkah memasuki kamar itu, ia berjalan perlahan melihat-lihat ke sekeliling kamar. Lalu, dirinya berdiri di samping Zsalsya."Bagaimana dengan kondisimu?"Zsalsya agak menjauh, ia memutar tubuhnya, kemudian memicingkan kedua matanya seakan menaruh curiga kepada pria yang ada di sampingnya itu. Ting! Terdengar denting sebuah pesan dari ponsel.Sontak Zsalsya menoleh. Ia mengambil ponselnya untuk membuka pesan yang entah dari siapa itu. Namun, setelah dilihat rupanya ...."Siapa?" tanya Endrick."Mantan saya."Zsalsya menaruh ponselnya kembali dengan malas. Matanya mengerling kesal karena terus mengganggu. Tetapi lain dengan yang ada dalam piki
Arzov yang melihat kemesraan itu langsung mendengus kesal. Tetapi, teringat bahwa ia ada janji dengan Zsalsya malam ini, membuatnya berpikir bahwa ia bisa menghabiskan malam ini bersama dan menyingkirkan mereka berdua."Baiklah. Bersenang-senang saja kalian berdua sebelum Zsalsya kembali ke dalam pelukanku," batinnya sambil tersenyum.Nana yang melihat Arzov tersenyum pun malah membuatnya salah mengartikan. "Sepertinya kamu sudah dapat ide yang bagus," sindir Nana sembari melihat Zsalsya yang juga belum kunjung turun dari mobilnya."Tidak." Arzov menoleh ke arah Nana. Tangannya mulai berpetualang ke sekitar wajah dan bibir. "Aku membayangkan kita yang entah kapan akan seperti itu. Entah kapan kamu akan percaya dan menerima cintaku," ucapnya."Sabar, dong. Makanya kamu harus pintar-pintar cari cara supaya mereka pisah. Kamu nikahi Zsalsya dan siksa dia!"Jika sebelumnya Arzov sering merajuk sebab Nana yang terus meminta bantuannya tetapi tanpa ada kejelasan, kini ia tampak biasa saja k
"Begini .... Untuk masalah desain yang baru kamu presentasikan kemarin, klien kita mau ada sesuatu yang berbeda."Zsalsya melongo tak percaya. Ia tak mengerti dengan cara pandang klien yang awalnya sudah bilang setuju, lalu ...."Kenapa bisa berubah secepat ini? Memangnya apa yang mereka inginkan?"Firman menoleh ke arah sekretaris yang berdiri di sampingnya. "Tunjukkan padanya!"Sekretaris Firman pun langsung mendekat ke arah Zsalsya dan memperlihatkan contoh desain yang telah dibuat Zsalsya kemarinnya. "Mereka mau jika bagian dadanya terbuka tetapi ada brukat tipis yang menghalangi belahan dada tersebut!" jelasnya.Sembari mendengarkan, Zsalsya juga membayangkan apa yang diinginkan oleh klien mereka itu.Sebagai fashion stylish, dirinya berusaha memenuhi apa yang klien inginkan, tetapi tak lupa dirinya pun mengarahkan apa yang memang cocok bagi pemakainya. "Supaya jelas, apa boleh saya bertemu klien kita itu hari ini?!" Zsalsya tidak menyukai sesuatu yang bertele-tele, ia juga ti
Di lobi, para security dan empat orang yang memakai kedok menutupi yang wajahnya terus baku hantam. Darah yang berhamburan di lantai menciptakan kericuhan. Salah seorang di antaranya sudah terkapar. Tetapi, para pegawai yang mengetahui kejadian ini hanya diam menyaksikan hal itu. Mereka tidak berani melawan ataupun melakukan sesuatu. Terlebih lagi para wanita di sana, mereka hanya teriak histeris sembari berusaha melindungi diri mereka sendiri."Cepat bawa dia ke rumah sakit!" perintah Endrick kepada beberapa karyawan yang lain."Baik!" jawab salah seorang karyawan pria di sana. Meskipun ketakutan, tetapi mereka melakukan apa yang Endrick perintahkan."Jika kalian berani, hadapi saya!" teriak Endrick kepada empat orang yang terus baku hantam dengan para security yang menjaga kantor itu. Ke empat orang yang berkedok itu saling memandang satu sama lain. Dan, tanpa aba-aba mereka langsung menyerang Endrick. Endrick berlari sedikit dan kemudian menahan serta membalas serangan mereka ya
Di depan seorang wanita bertubuh seksi dan berisi, tetapi bertato. Ke empat preman dengan kedok hitam yang menghalangi wajahnya itu terdiam dengan kedua tangan di depan. Mereka menunduk ketakutan kala melihat sepasang mata wanita itu yang tampak merah menyala. Seperti api kemarahan yang kian berkobar."Mana Endrick?!" sentaknya.Mereka terhentak kaget, dengan mulut diam dan untuk sementara mencoba menyembunyikan kebenaran itu."KUTANYA SEKALI LAGI, MANA ENDRICK? KENAPA... KALIAN... TIDAK... MEMBAWANYA KE SINI?!!" Mereka hanya menggelengkan kepala. Sampai salah seorang dari preman itu angkat bicara. "Maafkan kami, Nyonya. Tapi, rupanya membawa pria itu tidak mudah! Ada seorang pria yang selalu berada di disisinya, pria itu selalu melindunginya, dia sampai relakan tubuhnya terluka demi melindungi Endrick!" jelasnya."Apa maksudnya ini?" Wanita itu tampak kesal sekaligus ingin penjelasan lebih lanjut mengenai apa yang telah mereka lakukan selama di kantor. Sampai pada akhirnya, salah
"Aku tidak punya waktu buat kamu! Lebih baik sekarang kamu pergi saja sana!" usir Zsalsya sembari berusaha melepaskan diri.Arzov celingak-celinguk melihat keadaan, memastikan bahwa tak ada orang yang melihat dirinya di sana. Ia mengeluarkan sapu tangan merah dan mengangkatnya menuju bagian hidung Zsalsya."Ugh! Lepaskan!" teriaknya sembari terus berontak.Di rumah sakit. Dengan tangan yang sudah diperban, ia duduk di kursi lalu berdiri. Ia terus mondar-mandir menunggu kabar keadaan asisten pribadinya yang kini sedang di ruang unit gawat darurat. Sampai seorang dokter datang, ia mengayunkan langkah kakinya pelahan. Membuka masker dan kemudian mendekat ke arah Endrick."Bagaimana keadaannya sekarang, Dok?" tanya Endrick yang berusaha tenang."Ada luka serius pada bagian perutnya. Mungkin, dia perlu menginap beberapa hari di sini sebelum akhirnya boleh pulang!" jelasnya."Saya sekarang saya sudah boleh menjenguknya ke dalam?" tanya Endrick."Boleh, silakan."Dokter yang mengenakan baj
Saat Arzov hendak melangkah ke semak-semak, tiba-tiba ponsel Arzov berbunyi. Ia pun memilih untuk membuka ponselnya sebentar. Dan pada saat yang sama, Zsalsya berjalan jauh dari semak-semak itu ke tempat yang lain."Ada apa lagi dia nelpon begini?" gumam Arzov yang tampak kesal.Arzov mematikan ponselnya. Ia lanjut melihat ke semak-semak yang belum ia periksa itu. Saat dirinya melihat ke arah sana, rupanya tidak ada apa-apa."Zsalsya! Di mana sekarang kamu? Keluarlah sebelum aku melakukan hal yang lebih buruk! Sekarang keluar dari tempat persembunyianmu mumpung aku masih berbaik hati dan mau mengampunimu!"Semakin mendengar Arzov bicara nekat, semakin membuat Zsalsya ketakutan. Ia merasa bahwa akan menjadi mimpi buruk baginya jika sampai menyerahkan dirinya kepada Arzov."Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah mau kembali padamu!" batin Zsalsya ketika berada di tempat persembunyian baru. Tetapi, Zsalsya tampak kebingungan. Entah ini saat yang tepat atau bukan, namun dirinya mulai ber
Karena kecelakaan terjadi saat Firman sudah tancap gas pergi, sehingga ia tidak tahu bahwa di sana telah terjadi kecelakaan. Ia juga tidak tahu jika yang mengalami itu adalah Mariana.Firman hanya fokus untuk pulang ke rumah tanpa berpikir apapun. Zsalsya yang kala itu tengah memasak pun mendadak ingat kepada Ayahnya, yang membuatnya langsung menghentikan tangannya. Ia melamun, hingga percikan minyak itu membuatnya langsung terhenyak kaget dan menjauh dari wajan tersebut.Endrick yang melihat itu langsung meniupi tangan Zsalsya yang terkena percikan minyak. "Biar pelayan kita saja yang melakukannya!"Endrick menoleh ke samping -- tepatnya ke arah pelayan yang ada di sana. "Tolong kamu lanjutkan!""Baik!" sahut salah seorang pelayan yang saat itu tengah berdiri di sana. Tetapi begitu mendapat perintah, ia pun langsung menuju wajan yang ada di sana.Endrick mengajak Zsalsya pergi menuju kursi yang ada di sana. "Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Endrick yang melihat Zsalsya dengan tata
"Baik, biar saya periksa dulu," ujar dokter itu yang kemudian melakukan pemeriksaan terhadap Firman.Sementara di sana, Mariana mengintip dan kini tengah bersembunyi. Ia terus memperhatikan Firman yang saat ini tengah diperiksa oleh dokter tersebut. "Mana obatnya?" gumamnya.Selang lima menit, pemeriksaan selesai. Dokter itu pun kemudian pergi sebentar untuk mengambil obat untuk Firman.Di kala dokter itu mengambilkan obat, Mariana yang sudah sejak tadi menunggu saat itu tiba pun membuatnya langsung bergegas pergi sejenak mengikuti kemanapun dokter itu pergi.Mariana menghampiri dokter itu ketika obat pada sebuah kotak kecil itu tergeletak di meja."Dok, saya mau memeriksa jantung saya yang sedang kurang baik. Dokter mana, ya, yang suka memeriksanya?" tanya Mariana seraya mengenakan maskernya. Ia bertingkah seolah tidak tahu apa-apa.Dengan santainya, dokter itu pun kemudian menyahut. "Saya dokter jantung. Kalau mau, bisa saya periksa, tapi biarkan saya melayani pasien yang lain dul
Rosmala yang belum mendapat kabar apapun, baik itu dari Endrick maupun dari Priyatna -- sopir pribadi Endrick, membuatnya mondar-mandir karena khawatir."Kenapa belum juga ada kabar apapun?" gumam Rosmala yang saat itu dalam kebingungan. Meskipun begitu, ia merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja.Tak lama dari itu, sebuah mobil memasuki halaman rumah dan kemudian mobil itu menepi.Rosmala yang terus mondar-mandir di teras pun langsung menghentikan langkah kakinya. Segera saja ia menuruni sedikit tangga dan langsung menghampiri mobil tersebut yang mana ia pikir bahwa itu adalah Endrick dan seharusnya bersama Zsalsya.Begitu pintu mobil terbuka, langsung terlihatlah kaki Endrick yang keluar dari sana."Nak, akhirnya kamu kembali! Mana Zsalsya?" tanya Rosmala. Ia melihat ke dalam mobil dan saat itu Zsalsya pun memang hendak keluar dari mobil tersebut.Begitu Zsalsya turun, Rosmala langsung memeluk menantunya. "Akhirnya kamu kembali juga. Mama khawatir dengan keadaan kalian. Mengingat
Telepon Endrick yang saat itu sudah terhubung dengan Piryatna yang merupakan sopir kepercayaannya membuatnya bisa tahu kapan ia akan bergerak melakukan tugasnya. Setelah tahu bahwa Zsalsya ditemukan di lantai dua, sopir pribadi itu pun langsung mengajak kepada para bodyguard untuk mengikuti Endrick ke lantai atas sana. Sedangkan polisi, pada saat yang sama mereka juga masuk dan langsung menyergap. Sontak saja, semua preman yang ada di sana pun langsung berusaha kabur, termasuk Arzov. Namun sayangnya, polisi yang datang jauh lebih banyak dibanding para preman itu sendiri. "Jangan bergerak!" ujar salah seorang polisi sembari menembakkan pistol ke atas. Preman yang saat itu masih berada di sana pun langsung angkat tangan kala para polisi yang sejak awal sudah siap sedia untuk menangkap mereka kini memperlihatkan diri mereka. "Sialan! Kenapa harus ada banyak polisi!" gumam Arzov dengan kedok yang masih terpasang di kepala hingga menutup wajahnya. Namun, polisi yang bertugas la
DOORR!!!Endrick melesatkan peluru dari pistol yang dipegangnya. Sontak, polisi yang sudah bersiap pun langsung turun dari mobil dan mengepung rumah itu. Kyora tidak tahu jika rumahnya telah terkepung dan tidak memiliki jalan lagi untuk keluar.Sekalipun polisi yang mengepung, tetapi mereka tidak langsung masuk ke dalam. Para bodyguard Endrick hanya bersiap siaga di luar rumah."Serahkan Zsalsya padaku sekarang juga!" pinta Endrick. Namun, preman yang ada di sana seolah langsung siap siaga untuk menyerang Endrick. Para saat yang sama, ketika mereka hendak menyerang, Endrick melesatkan peluru ke sebuah botol kaca yang ada di sana, hingga tercipta suara berisik yang membuat para bodyguard Endrick keluar. Ketika para preman lengah karena fokusnya teralihkan kepada para bodyguard Endrick. Lada saat itulah Endrick pergi untuk mencari keberadaan Zsalsya. Endrick memplintir tangan Kyora ke belakang dan langsung menodongnya. "Cepat tunjukkan padaku di mana Zsalsya sekarang berada!" perint
"Ma, aku pergi sekarang!" pamit Endrick ketika dirinya sudah menambahkan jaket pada pakaian atasnya. "Iya, Nak!" sahut Rosmala.Mereka yang telah mengatur rencana untuk segala sesuatunya pun kemudian berangkat dari rumah itu untuk kemudian pergi menuju lokasi alamat yang ia dapatkan sebelumnya.Endrick memasuki sebuah mobil. Ia kembali mengemudi sendiri. Kali ini, ia menggunakan mobil yang lain dengan warna putih. Rosmala yang saat itu melihat Anaknya berangkat untuk menyelamatkan Zsalsya pun hanya berdo'a agar selamat dan mereka menjalankan rencana dengan baik dan berhasil, agar bisa membawa Zsalsya kembali.Setelah Endrick pergi, di belakang itu, mobil yang dikemudikan oleh para bodyguardnya ada di belakang mobil Endrick. Hanya saja, saat itu cukup berjarak. Sebab, Endrick tidak mau jika lawan menganggap bahwa Endrick datang bersama orang lain."Zsa, tunggu aku, aku datang untuk menyelamatkanmu sekarang! Kita pasti akan bersama lagi!" ujar Endrick sembari mengemudi. Pandangannya f
"Tidak tahu terima kasih! Disuapin malah dimuntahin! Makan saja sendiri, terserah kalau kamu lapar juga!" sentak Arzov. Ia menaruh piring itu di meja dan kemudian melangkah pergi dari tempat itu.Arzov segera menemui Kyora, yang mana ada janji yang belum ia tagih sekaligus belum ia dapatkan pula uang yang dijanjikannya.Zsalsya berusaha untuk melepaskan dirinya, tetapi masih susah. "Aku mau buang air! Tolong lepaskan ikatan tanganku!" pinta Zsalsya dengan tegasnya.Namun, kedua preman itu hanya saling memandang satu sama lain. Mereka seolah tengah saling melempar kode melalui pandangan mata. Memutuskan apakah harus melepaskan ikatan tangan Zsalsya atau malah mengabaikannya.Mereka juga takut jika Zsalsya ternyata membohongi mereka, untuk itulah kedua preman itu tidak mau langsung percaya begitu saja."Apa kalian mau melihat aku buang air di sini?!" tambah Zsalsya dengan sedikit ancaman halus yang membuat kedua preman itu bingung dalam memilih. Namun, tak lama setelahnya, Arzov kembal
Dalam kesendiriannya, Zsalsya hanya harus menahan rasa takut dalam dirinya kala di tempat yang gelap itu ia sendirian. Namun, kemudian sebuah pikiran berlarian di kepala."Tapi waktu itu saja aku bisa melarikan diri. Bagaimana kalau sekarang aku juga mencobanya?" batin Zsalsya dalam diamnya. Ia terus memikirkan hal itu.Zsalsya melihat ke sekeliling. Ia berusaha melepaskan tali yang mengikat erat di pergelangan tangan dan kakinya itu. Tetapi, rupanya di tempat itu terdapat cctv tersembunyi. Kyora dan anak buahnya terus memantau sampai mendapat kabar dari Endrick bahwa pria itu datang ke tempat tersebut untuk menjemput Zsalsya.Semalaman Zsalsya tidak bisa tidur. Ia berusaha untuk melepaskan diri, tetapi dirinya tidak bisa membuka ikatan itu.Kyora yang memperhatikan setiap gerak-gerik Zsalsya itu hanya diam seraya menopang dagu. Sesekali ia menyungging licik dengan apa yang dilihatnya saat itu."Sekarang kamu tidak akan bisa kabur atau melepaskan diri dariku lagi. Aku tidak akan sebod
Sampai di dalam kamar, para pelayan yang ada di sana sontak mengambil kotak P3K untuk merawat luka Endrick. Lukanya sangat parah dan saking khawarisnya, Rosmala langsung memanggil dokter.Rosmala duduk di samping Endrick seraya membelai rambutnya. "Nak, kenapa ada orang jahat yang berani melakukan hal ini sama kamu?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.Ibu mana yang tidak bersedih saat anak semata wayangnya terluka parah. "Mama tidak akan pernah memaafkan kesalahan orang yang tega melakukan semua ini!" ucapnya.Tak perlu menunggu waktu lama, dokter yang dipanggil oleh Rosmala beberapa saat yang lalu pun kemudian datang. Ia membawa alat untuk memeriksa kondisi pasiennya tersebut."Dok, tolong periksa. Saya tidak mau sesuatu terjadi pada tubuhnya!" pinta Rosmala kepada dokter itu.Dokter itu tersenyum seraya mengeluarkan alat untuk memeriksa. "Baik, biar saya periksa dulu kondisinya, ya," sahut dokter itu.Mulai dari detak jantung dan semua luka yang ada pada tubuh Endrick, semuanya dipe