"Kenapa lama sekali, apa jangan-jangan dia salah jalan?" gumam Zsalsya.Lalu, tiba-tiba tangan yang berukuran besar dan hangat menyentuh bahunya. Zsalsya membelalak kala meeasakannya. Ia tidak langsung menoleh, tetapi dirinya malah diam mematung seraya menelan ludah ketakutan."Jangan-jangan ini ...!" batinnya. Ia tak kuasa menoleh karena masih khawatir jika ternyata itu adalah Arzov yang menemukan dirinya.Meskipun ia ketakutan, dirinya mencoba menoleh ke belakang secara perlahan. Kini, kalaupun ini Arzov, maka dirinya mungkin tamat dan tidak tahu harus bagaimana untuk menyelamatkan dirinya. Karena, akan sangat tidak mungkin jika Arzov membiarkannya lepas begitu saja.Setelah benar-benar melihat ke belakang ternyata ....Zsalsya langsung mengusap dada. Perasaan tegang itu pun langsung berubah seketika menjadi tenang. "Aaahh, syukurlah ternyata kamu. Kenapa tidak bilang kalau kamu sudah sampai ke sini?" tanyanya.Wanita itu pun bangkit dari tempat persembunyiannya. Tetapi, ketika meli
"Kita ke rumah sakit dulu, setelah itu baru saya akan mengantarkanmu pulang!" kata Endrick sembari membelokkan mobilnya."Memangnya siapa yang dirawat, Mas?" Zsalsya tidak tahu apa-apa. Walaupun ia sempat melihat darah di lantai yang menandakan bahwa telah terjadi hal buruk yang begitu melukai. Tetapi, ia tidak mengetahui detail pastinya. Terlebih lagi, ia tidak melihatnya secara langsung."Ibram. Dia terkena tusukan pisau karena berusaha menyelamatkan saya. Kalau saja tidak ada dia, mungkin sekarang saya terbaring tak berdaya seperti itu!" jelasnya.Zsalsya mengangguk-angguk. Matanya melihat ke arah tangan Endrick yang terbalut kain perban. "Mas, mau gantian tidak nyetirnya?" tanya Zsalsya.Melihat kondisi Endrick yang juga dalam keadaan buruk membuatnya tidak tega jika terus menyetir, sedangkan Endrick terluka. "Tidak apa-apa. Duduk dan diam saja. Jangan banyak tanya."Endrick melirik ke arah Zsalsya. "Bukannya kamu tidak bisa menyetir."Sebetulnya, Zsalsya bisa menyetir. Ia hany
Langkah kaki terus mengayun, hingga sampai pada sebuah ruangan yang tak begitu luas, tetapi juga tidak sempit.Namun, begitu sampai di sana, Ibram sudah tidak ada di ruangan sebelumnya."Lho, ke mana dia? Kenapa ruangannya kosong?" gumam Endrick keheranan. Sampai seorang perawat memasuki ruangan itu untuk membereskan ruang gawat darurat yang sempat digunakan sebelumnya.Endrick pun langsung bertanya. "Sus, pasien atas nama Ibram ke mana, ya? Kenapa ruangannya kosong?"Perawat itu pun menjelaskannya secara singkat. "Oh, kalau itu dipindahkan ke ruang perawatan intensif.""Bisa saya tunjukkan ruangannya!"Perawat itu pun berjalan keluar dari ruangan tersebut. "Baiklah, mari ikut saya!" ujarnya berjalan di depan mereka.Jaraknya cukup jauh dan memang harus menaiki sedikit anak tangga yang ada di sana.Setelah hampir lima menit, mereka pun berhenti di depan sebuah pintu ruangan. Perawat itu membukakan pintu ruangan tersebut dan ...."Silakan, pasien atas nama Ibram ada di sana!" ujar pe
"Aku tidak akan membiarkan kalian terus bahagia!" ucap wanita yang mengenakan kacamata hitam dengan sweater hoodie itu. Dirinya memerintahkan kepada Rejho untuk menjalankan rencana yang sempat ia beritahukan. Sementara wanita itu memperhatikan dari jarak jauh.Rejho berjalan menuju mobil tersebut. Ia membuka bagian depan mobil dengan membawa sebuah alat di tangannya. Sebelum melakukan itu, ia bersikap seolah-olah dirinya pemilik mobil tersebut. Mengelabui siapapun yang melihat, agar tidak ada yang curiga kepadanya. Setelah Rejho melakukan tugasnya, ia pun menutup kembali bagian depan mobil tersebut. Pada saat tidak ada siapapun yang melihat ke arah sana, dirinya kemudian berlari ke arah mobil lain dan memasukinya."Bagaimana?" Rejho mengacungkan jempolnya. "Aman! Lihat saja, rencanaku tidak akan gagal!" jawab Rejho dengan bangga.Wanita itu tertawa. "Apa? Rencanamu?! Kau itu hanya pesuruhku!" ejeknya kepada Rejho yang awalnya bangga dengan apa yang ia lakukan, tetapi kemudian malu
Mobil terus melaju kencang tanpa kendali. Berkali-kali Endrick menginjak pedal rem, namun sepertinya tidak berpengaruh apa-apa. Sampai dirinya nyaris menabrak mobil yang sedang melaju kencang. Dengan cepat, ia membelokkan mobil yang dikemudikannya tersebut hingga menabrak sebuah pohon besar.Karena itu, kepala Endrick membentur setir, sedangkan kepala Zsalsya membentur bagian pintu karena saat itu ia sedang berpegangan sembari menoleh ke samping.Mobil mengepul dan beberapa warga yang melihat hal itu pun langsung menolong mereka di sana."Cepat keluar, Zsalsya, sebelum mobil ini meledak!"Kala itu, tubuh Endrick tampak lemas, darah keluar deras dari kepala. "Kita keluar sama-sama!" sahut Zsalsya yang nyaris pingsan melihat darah yang tampak jelas di kepala Endrick. Ia memegang kepalanya yang terasa pusing. Begitu terasa basah, Zsalsya lekas melihatnya. Rupanya, ia pun berdarah dan ....Secara mendadak Zsalsya pingsan setelah melihat darah yang mengucur dan basah di pelipis kirinya.
Zsalsya dan Endrick terbaring pada sebuah ruangan yang sama. Mereka terbaring dengan masing-masing ada perban di kepala mereka. Endrick ditemani Rosmala di sampingnya, sedangkan Zsalsya hanya sendirian.Ketika itu kedua mata mereka sudah terbuka, beberapa saat yang lalu mereka sudah sadar. Tetapi, hanya Zsalsya yang belum mampu bangkit dari baringnya."Aarghh!" Zsalsya meringis kesakitan kala berusaha menggerakkan badannya.Tangannya merasa ke samping, ia berusaha mencari keberadaan ponsel dan tasnya. "Di mana tasku sekarang?" ucapnya pelan.Namun, ia tidak sadar bahwa sebenarnya tas dan ponselnya ikut terbakar bersama mobil Endrick yang kala itu menabrak pohon besar."Permisi, apa ada keluarga yang bisa menghadap ke ruang administrasi," ujar seorang perawat yang melihat Zsalsya sudah sadar dari pingsannya."Keluarga?" Zsalsya tampak kebingungan karena dirinya tidak memiliki keluarga yang peduli. Jangankan menemani di rumah sakit, dirinya sakit saja tidak ada yang peduli. Ia merasa t
Pada saat Zsalsya tengah kebingungan karena tidak tahu siapa yang harus ia hubungi dan bagaimana cara menghubunginya, sedangkan ia sendiri tidak mengingat nomor orang-orang, termasuk Firman.Arzov datang dan langsung menanyakan. "Ada apa?" "Nona ini harus menyelesaikan biaya administrasi sesuai ketentuan rumah sakit. Apa Anda ini keluarganya?" tanya perawat itu setelah sedikit menjelaskan hal itu kepada Arzov."Ya, benar, saya keluarganya. Biar saya yang menanggung biaya rumah sakit ini!" kata Arzov antusias.Zsalsya melongo dibuatnya. "Apakah selama ini aku salah menilainya?" batin Zsalsya ketika melihat cara Arzov yang tampak sangat mempedulikan dirinya.Hatinya mulai tersentuh kembali. Ia merasa bahwa mungkin saja Arzov mencintai dirinya, hanya saja ia selalu abai dan terlalu cemburu. Sehingga, membuat Arzov sering menghilang dan terkadang sulit dihubungi."Baik, kalau begitu mari ikut saya~!" kata perawat itu seraya berjalan meninggalkan Zsalsya di sana.Arzov menaruh buket bunga
"Memangnya ada apa dengannya?" Zsalsya semakin penasaran dengan apa yang sebelumnya terucap dari mulut Arzov.Ia tidak mengenal Endrick lebih banyak, tetapi menurutnya Arzov mengetahui sesuatu."Tahu apa? Jangan berbohong!" Zsalsya menepis perkataan Arzov, sebab setahunya, selama ini Endrick juga baik kepada dirinya."Dia merencanakan sesuatu untuk membawamu ke dalam masalah besar."Zsalsya masih tidak paham. Besar seperti apa yang sebenarnya Arzov maksud. Selama ini, semuanya baik-baik saja dan tidak ada yang aneh sama sekali."Oh ya, kalau dia memang peduli padamu, kenapa bukan dia yang membawamu ke sini? Mana dia?" celetuk Arzov.Zsalsya sendiri tidak tahu siapa yang membawanya ke rumah sakit ini. Sebab, ketika bangun dari pingsan, hanya ada seorang perawat di sampingnya. Endrick tidak ada."Benar juga. Kalau dia memang peduli, kenapa dia tidak ada. Tapi saat itu dia juga tampak luka parah," batin Zsalsya."Sudah. Sekarang aku suapi kamu makan dulu. Jangan pikirkan itu, tidak pent
Karena kecelakaan terjadi saat Firman sudah tancap gas pergi, sehingga ia tidak tahu bahwa di sana telah terjadi kecelakaan. Ia juga tidak tahu jika yang mengalami itu adalah Mariana.Firman hanya fokus untuk pulang ke rumah tanpa berpikir apapun. Zsalsya yang kala itu tengah memasak pun mendadak ingat kepada Ayahnya, yang membuatnya langsung menghentikan tangannya. Ia melamun, hingga percikan minyak itu membuatnya langsung terhenyak kaget dan menjauh dari wajan tersebut.Endrick yang melihat itu langsung meniupi tangan Zsalsya yang terkena percikan minyak. "Biar pelayan kita saja yang melakukannya!"Endrick menoleh ke samping -- tepatnya ke arah pelayan yang ada di sana. "Tolong kamu lanjutkan!""Baik!" sahut salah seorang pelayan yang saat itu tengah berdiri di sana. Tetapi begitu mendapat perintah, ia pun langsung menuju wajan yang ada di sana.Endrick mengajak Zsalsya pergi menuju kursi yang ada di sana. "Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Endrick yang melihat Zsalsya dengan tata
"Baik, biar saya periksa dulu," ujar dokter itu yang kemudian melakukan pemeriksaan terhadap Firman.Sementara di sana, Mariana mengintip dan kini tengah bersembunyi. Ia terus memperhatikan Firman yang saat ini tengah diperiksa oleh dokter tersebut. "Mana obatnya?" gumamnya.Selang lima menit, pemeriksaan selesai. Dokter itu pun kemudian pergi sebentar untuk mengambil obat untuk Firman.Di kala dokter itu mengambilkan obat, Mariana yang sudah sejak tadi menunggu saat itu tiba pun membuatnya langsung bergegas pergi sejenak mengikuti kemanapun dokter itu pergi.Mariana menghampiri dokter itu ketika obat pada sebuah kotak kecil itu tergeletak di meja."Dok, saya mau memeriksa jantung saya yang sedang kurang baik. Dokter mana, ya, yang suka memeriksanya?" tanya Mariana seraya mengenakan maskernya. Ia bertingkah seolah tidak tahu apa-apa.Dengan santainya, dokter itu pun kemudian menyahut. "Saya dokter jantung. Kalau mau, bisa saya periksa, tapi biarkan saya melayani pasien yang lain dul
Rosmala yang belum mendapat kabar apapun, baik itu dari Endrick maupun dari Priyatna -- sopir pribadi Endrick, membuatnya mondar-mandir karena khawatir."Kenapa belum juga ada kabar apapun?" gumam Rosmala yang saat itu dalam kebingungan. Meskipun begitu, ia merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja.Tak lama dari itu, sebuah mobil memasuki halaman rumah dan kemudian mobil itu menepi.Rosmala yang terus mondar-mandir di teras pun langsung menghentikan langkah kakinya. Segera saja ia menuruni sedikit tangga dan langsung menghampiri mobil tersebut yang mana ia pikir bahwa itu adalah Endrick dan seharusnya bersama Zsalsya.Begitu pintu mobil terbuka, langsung terlihatlah kaki Endrick yang keluar dari sana."Nak, akhirnya kamu kembali! Mana Zsalsya?" tanya Rosmala. Ia melihat ke dalam mobil dan saat itu Zsalsya pun memang hendak keluar dari mobil tersebut.Begitu Zsalsya turun, Rosmala langsung memeluk menantunya. "Akhirnya kamu kembali juga. Mama khawatir dengan keadaan kalian. Mengingat
Telepon Endrick yang saat itu sudah terhubung dengan Piryatna yang merupakan sopir kepercayaannya membuatnya bisa tahu kapan ia akan bergerak melakukan tugasnya. Setelah tahu bahwa Zsalsya ditemukan di lantai dua, sopir pribadi itu pun langsung mengajak kepada para bodyguard untuk mengikuti Endrick ke lantai atas sana. Sedangkan polisi, pada saat yang sama mereka juga masuk dan langsung menyergap. Sontak saja, semua preman yang ada di sana pun langsung berusaha kabur, termasuk Arzov. Namun sayangnya, polisi yang datang jauh lebih banyak dibanding para preman itu sendiri. "Jangan bergerak!" ujar salah seorang polisi sembari menembakkan pistol ke atas. Preman yang saat itu masih berada di sana pun langsung angkat tangan kala para polisi yang sejak awal sudah siap sedia untuk menangkap mereka kini memperlihatkan diri mereka. "Sialan! Kenapa harus ada banyak polisi!" gumam Arzov dengan kedok yang masih terpasang di kepala hingga menutup wajahnya. Namun, polisi yang bertugas la
DOORR!!!Endrick melesatkan peluru dari pistol yang dipegangnya. Sontak, polisi yang sudah bersiap pun langsung turun dari mobil dan mengepung rumah itu. Kyora tidak tahu jika rumahnya telah terkepung dan tidak memiliki jalan lagi untuk keluar.Sekalipun polisi yang mengepung, tetapi mereka tidak langsung masuk ke dalam. Para bodyguard Endrick hanya bersiap siaga di luar rumah."Serahkan Zsalsya padaku sekarang juga!" pinta Endrick. Namun, preman yang ada di sana seolah langsung siap siaga untuk menyerang Endrick. Para saat yang sama, ketika mereka hendak menyerang, Endrick melesatkan peluru ke sebuah botol kaca yang ada di sana, hingga tercipta suara berisik yang membuat para bodyguard Endrick keluar. Ketika para preman lengah karena fokusnya teralihkan kepada para bodyguard Endrick. Lada saat itulah Endrick pergi untuk mencari keberadaan Zsalsya. Endrick memplintir tangan Kyora ke belakang dan langsung menodongnya. "Cepat tunjukkan padaku di mana Zsalsya sekarang berada!" perint
"Ma, aku pergi sekarang!" pamit Endrick ketika dirinya sudah menambahkan jaket pada pakaian atasnya. "Iya, Nak!" sahut Rosmala.Mereka yang telah mengatur rencana untuk segala sesuatunya pun kemudian berangkat dari rumah itu untuk kemudian pergi menuju lokasi alamat yang ia dapatkan sebelumnya.Endrick memasuki sebuah mobil. Ia kembali mengemudi sendiri. Kali ini, ia menggunakan mobil yang lain dengan warna putih. Rosmala yang saat itu melihat Anaknya berangkat untuk menyelamatkan Zsalsya pun hanya berdo'a agar selamat dan mereka menjalankan rencana dengan baik dan berhasil, agar bisa membawa Zsalsya kembali.Setelah Endrick pergi, di belakang itu, mobil yang dikemudikan oleh para bodyguardnya ada di belakang mobil Endrick. Hanya saja, saat itu cukup berjarak. Sebab, Endrick tidak mau jika lawan menganggap bahwa Endrick datang bersama orang lain."Zsa, tunggu aku, aku datang untuk menyelamatkanmu sekarang! Kita pasti akan bersama lagi!" ujar Endrick sembari mengemudi. Pandangannya f
"Tidak tahu terima kasih! Disuapin malah dimuntahin! Makan saja sendiri, terserah kalau kamu lapar juga!" sentak Arzov. Ia menaruh piring itu di meja dan kemudian melangkah pergi dari tempat itu.Arzov segera menemui Kyora, yang mana ada janji yang belum ia tagih sekaligus belum ia dapatkan pula uang yang dijanjikannya.Zsalsya berusaha untuk melepaskan dirinya, tetapi masih susah. "Aku mau buang air! Tolong lepaskan ikatan tanganku!" pinta Zsalsya dengan tegasnya.Namun, kedua preman itu hanya saling memandang satu sama lain. Mereka seolah tengah saling melempar kode melalui pandangan mata. Memutuskan apakah harus melepaskan ikatan tangan Zsalsya atau malah mengabaikannya.Mereka juga takut jika Zsalsya ternyata membohongi mereka, untuk itulah kedua preman itu tidak mau langsung percaya begitu saja."Apa kalian mau melihat aku buang air di sini?!" tambah Zsalsya dengan sedikit ancaman halus yang membuat kedua preman itu bingung dalam memilih. Namun, tak lama setelahnya, Arzov kembal
Dalam kesendiriannya, Zsalsya hanya harus menahan rasa takut dalam dirinya kala di tempat yang gelap itu ia sendirian. Namun, kemudian sebuah pikiran berlarian di kepala."Tapi waktu itu saja aku bisa melarikan diri. Bagaimana kalau sekarang aku juga mencobanya?" batin Zsalsya dalam diamnya. Ia terus memikirkan hal itu.Zsalsya melihat ke sekeliling. Ia berusaha melepaskan tali yang mengikat erat di pergelangan tangan dan kakinya itu. Tetapi, rupanya di tempat itu terdapat cctv tersembunyi. Kyora dan anak buahnya terus memantau sampai mendapat kabar dari Endrick bahwa pria itu datang ke tempat tersebut untuk menjemput Zsalsya.Semalaman Zsalsya tidak bisa tidur. Ia berusaha untuk melepaskan diri, tetapi dirinya tidak bisa membuka ikatan itu.Kyora yang memperhatikan setiap gerak-gerik Zsalsya itu hanya diam seraya menopang dagu. Sesekali ia menyungging licik dengan apa yang dilihatnya saat itu."Sekarang kamu tidak akan bisa kabur atau melepaskan diri dariku lagi. Aku tidak akan sebod
Sampai di dalam kamar, para pelayan yang ada di sana sontak mengambil kotak P3K untuk merawat luka Endrick. Lukanya sangat parah dan saking khawarisnya, Rosmala langsung memanggil dokter.Rosmala duduk di samping Endrick seraya membelai rambutnya. "Nak, kenapa ada orang jahat yang berani melakukan hal ini sama kamu?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.Ibu mana yang tidak bersedih saat anak semata wayangnya terluka parah. "Mama tidak akan pernah memaafkan kesalahan orang yang tega melakukan semua ini!" ucapnya.Tak perlu menunggu waktu lama, dokter yang dipanggil oleh Rosmala beberapa saat yang lalu pun kemudian datang. Ia membawa alat untuk memeriksa kondisi pasiennya tersebut."Dok, tolong periksa. Saya tidak mau sesuatu terjadi pada tubuhnya!" pinta Rosmala kepada dokter itu.Dokter itu tersenyum seraya mengeluarkan alat untuk memeriksa. "Baik, biar saya periksa dulu kondisinya, ya," sahut dokter itu.Mulai dari detak jantung dan semua luka yang ada pada tubuh Endrick, semuanya dipe