Selama perjalanan berlangsung Kyora yang ketika itu sudah tidak sabar ingin menemui Rejho pun semakin membuat hatinya khawatir. Ia tidak bisa berhenti memikirkan para kaki tangannya yang sudah tertangkap itu."Kapan kamu melihat mereka tertangkap?" tanya Kyora dalam mobil."Sejam yang lalu."Kyora selain mempercepat kemudi mobilnya. Tetapi, ia juga sama sekali tidak tahu jika saat ini kedua pelaku tengah diinterogasi oleh polisi dan Endrick yang memberikan kesaksian langsung bersama Zsalsya dan salah seorang bagian keamanan di department store tersebut."Saya tidak melakukan apa-apa! Itu sama sekali bukan salah saya! Lagian Anda juga tidak tahu 'kan kalau sebenarnya dia ini anak saya!" ungkap Rejho sambil menunjuk ke arah Endrick dengan kedua tangannya yang diborgol saat itu.Endrick hanya terdiam. Ia bingung antara harus mengakui atau mengenalnya. Dirinya teringat pada kejadian masa lalu kala dirinya masih sangat kecil ketika berusia enam tahun. Ia ingin bagaimana ia ditelantarkan ol
"Baik, Pak. Terima kasih atas kerja samanya. Saya serahkan semuanya kepada Anda, mohon urus dengan baik!" ucap Endrick sembari menjulurkan tangannya.Lantas, polisi pun bangkit dari duduknya dan membalas uluran tangan itu. Lalu, kedua tangan itu berjabat tangan erat dengan senyum tipis yang terbingkai di bibir Endrick dan polisi yang menjabat tangannya saat itu."Baik. Selanjutnya biar kami yang mengurus. Terima kasih juga karena sudah membantu kami.""Sama-sama, Pak!" balas Endrick.Jabat tangan itu pun usai. Endrick menoleh sedikit ke arah Ayahnya, lalu ia pun melangkah pergi dari tempat itu dengan Zsalsya di sampingnya yang ia genggam.Langkah demi langkah terus berlanjut. Rejho yang ditinggal di tempat sempit dan sesak dengan orang-orang yang bermasalah itu harus tersiksa.Penyesalan dalam dada pun muncul kala teringat pada masa lalu dimana dirinya dahulu mengabaikan keluarga dan memilih hobinya sendiri sampai akhirnya ia hancur dan terlilit banyak utang. "Sekarang kamu jangan pi
Pada malam harinya, tepatnya ketika akan makan malam ...."Nak, tadi kamu habis dari mall, 'kan?" tanya Rosmala dengan antusias.Sontak, Endrick yang tengah memegang air minum yang baru ia tuangkan itu pun menjawab. "Iya, Ma. Memangnya kenapa?"Dengan santai, Endrick lanjut meneguk air minum yang ada di gelas dalam genggaman tangannya. "Kamu sudah dengar berita pagi ini, belum?" tanyanya lagi.Endrick yang belum cek ponsel dan juga belum menonton berita apapun membuatnya bingung. 'Memangnya ada berita apalagi yang membuat Mama tampak antusias?' Itulah yang ada dalam pikiran Endrick saat itu.Setelah meneguk air minum, ia pun duduk di meja makannya sembari mendengarkan Rosmala berbicara."Belum. Memangnya ada berita apa?""Katanya ada petugas keamanan yang hilang begitu saja tanpa jejak.""Petugas keamanan hilang?" ucap Endrick dengan salah satu alis terangkat ke atas.Endrick merasa heran karena sebelumnya ia melihat semua petugas keamanan di sana dan sama sekali belum ada kabar hila
Esok harinya. "Nak, kamu mau pergi ke mana hari ini?""Menemui Zsalsya, Ma.""Nak, sebaiknya kamu jangan dulu menemui calon istri kamu," kata Rosmala dengan wajah khawatir.Berhubung 3 hari lagi mereka akan menikah, Rosmala berpikir bahwa sebaiknya keduanya untuk tidak bertemu dahulu."Kenapa, Ma? Persiapan untuk pernikahan 'kan belum semua!" jelas Endrick.Rosmala mendekat. "Kalau mau kerja, kamu fokus kerja saja. Untuk urusan persiapan pernikahan, biar Mama saja yang mengurus semuanya.""Tapi aku juga harus ke tempat fitting baju pengantin, Ma.""Biar Mama saja yang menemani Zsalsya. Baju buat pengantin pria tidak merepotkan seperti perempuan, 'kan? Jadi bisa urus masing-masing dahulu.""Mama di rumah saja.""Di rumah juga tidak ada kegiatan penting. Lebih baik Mama pergi menemani Zsalsya, sekaligus Mama juga mau belanja sesuatu buat persiapan nanti."Endrick merasa tidak enak karena dirinya tahu bahwa keadaan di luar kadang membahayakan. Ia sebagai laki-laki bisa menjaga, tetapi j
Priyatna melihat ke pintu rumah. Tetapi, pintu rumah itu terus ditutup. Bahkan, ketika ia menekan bel pintu dengan ketukan pun masih tak kunjung dibuka."Apa di rumah ini tidak ada orang sama sekali? Tapi ... aku mendengar suara berisik kemarin," gumamnya. Kala itu, sebagai sopir yang menjadi kepercayaan Endrick menjadi bingung. Ia berpikir sejenak, antara harus tetap menunggu Zsalsya di sana atau pergi menyusul Zsalsya yang mana pikirnya mungkin saja calon istri Endrick itu sedang tidak di rumahnya.Setelah beberapa saat berpikir, ia pun memasuki mobil, menyalakannya, lalu tancap gas pergi dari sana."Mungkin saja Non Zsalsya ada di rumah sakit itu," gumamnya. Ia sudah menduga demikian karena sebelumnya Zsalsya pergi ke rumah sakit.Sementara itu, Zsalsya tengah menikmati bubur ayam yang sedikit demi sedikit masuk ke mulutnya. Namun tatapannya kosong. Tampak sekali bahwa ia sedang melakukan sesuatu di dalam pikirannya."Bagaimana, ya? Apa sebaiknya aku telepon saja?" batin Zsalsya.
Setelah mendapat kejelasan mengenai hal itu. Zsalsya tidak lagi memikirkan mengenai pernikahannya. Pikirannya teralihkan pada Mariana yang katanya akan menjemput. Sehingga, dengan cepat ia menghabiskan bubur ayamnya. Lalu, membayarnya kepada penjual tersebut."Kenapa cepat sekali? Apa pacarmu menjemput?" tanya penjual itu yang baru kenal tetapi tampak sangat ingin tahu mengenai Zsalsya.Zsalsya tidak menjawab banyak, ia hanya berbicara seperlunya saja. "Tidak, kok," jawabnya sembari tersenyum tipis.Kemudian, Zsalsya mengayunkan langkah kakinya dari sana menuju rumah sakit dengan berjalan kaki. Ia pikir bahwa jarak dari sana menuju rumah sakit tidak terlalu jauh, sehingga hanya akan membuang-buang pengeluaran saja jika naik angkutan umum.Terlebih lagi, saat itu sedang tidak ada taksi ataupun angkutan umum yang lewat. Sedangkan dirinya harus segera sampai di rumah sakit sana."Ada apa, ya, tiba-tiba Mamanya datang untuk menjemput? Apa ada sesuatu hal yang sangat penting?" gumam Zsalsy
"Kenapa kamu berbohong sama Papa?" tanya Firman yang geram dengan cara Zsalsya menyembunyikan sesuatu dari dirinya.Ketika itu, Firman tidak tahu jika Zsalsya sangat mengkhawatirkan kondisinya. Ia tidak mau jika Firman terus menerus sakit bahkan terpikirkan akan persiapan pernikahannya yang belum selesai hingga membuat kesehatannya kembali menurun. Sedangkan Zsalsya hanya ingin agar Firman segera sembuh, supaya bisa hadir di acara pernikahannya nanti."Pa, aku tidak bermaksud membohongi Papa. Tapi--...."Belum selesai Zsalsya bicara, Firman langsung memotong kalimatnya. "Tapi apa? Kenapa kamu harus berbohong segala?!" balas Firman dengan nada ketus karena kesal kepada Anaknya yang berbohong."Dengarkan dulu penjelasan aku, Pa!" ujar Zsalsya. Ia mengangkat wajahnya dan mulai memberanikan diri menatap Firman meski malu.Namun, kini ia tahu dan sadar betul bahwa alasannya berbohong demi kebaikan Firman itu sendiri."Ya sudah, jelaskan!"Zsalsya terdiam sejenak, ia mengambil nafas beberap
"Kita berangkat sekarang!" ajaknya."Oh, ya!"Priyatna yang kala itu dalam keadaan bingung pun kemudian bertanya. "Nyonya, saya bagaimana? Apa Non Zsalsya biar di mobil dengan saya saja?" Namun, karena saat itu Rosmala pun membawa mobil, sehingga ia pun memilih untuk menyetir mobilnya sendiri saja."Biar dengan saya saja. Kamu juga di belakang dengan mobil yang kamu kemudikan.""Baik, Nyonya."Walaupun sebenarnya lebih nyaman jika mereka pergi bersama-sama dalam satu mobil, tetapi jika Rosmala memilih untuk menyetir sendiri tanpa sopir, Priyatna yang merupakan sebagai sopir pun tidak bisa berbuat apapun lagi selain menurut saja dengan keinginan Rosmala.Tanpa berkomentar, Zsalsya memasuki mobil Rosmala, begitu pula dengan Rosmala. Dan Priyatna -- sopir Endrick pun memasuki mobil, ia menyalakan mesin mobil dan tinggal tancap gas pergi mengikuti mobil Rosmala.Sementara di tempat lain, kejadian yang aneh membuat semua orang bertanya-tanya. Terutama pemilik mall yang mulai mempertanyaka