Malam semakin larut, dessert terakhir yang ia pesan pun sudah habis ia santap sedikit demi sedikit dan secara perlahan. Para pelanggan yang berdatangan pun telah pergi. Kini, tinggal diri dengan para pramusaji yang berdiri menunggu Endrick pergi.Lalu, salah seorang pramusaji menghampirinya dengan sebuah kain kecil berbentuk persegi yang ada di bahu kanannya."Permisi. Cafenya sudah mau tutup."Pramusaji itu tidak berani mengusir. Ia hanya memberikan kalimat kode, berharap Endrick langsung mengerti."Tutup, ya? Kalau begitu, saya sewa tempat ini sampai pagi! Bagaimana?" tanya Endrick kepada pramusaji. Ia mencoba membuat kesepakatan. "Tapi, cafe ini ...."Endrick mengambil dompetnya. Ia mengambil lima sepuluh lembar uang berwarna merah muda, lalu langsung menyerahkannya kepada pramusaji yang berdiri di sampingnya itu.Pramusaji itu menoleh ke tempat di mana rekan kerjanya yang lain berdiri dan memperhatikannya dari sana. Mereka pun tidak bisa melihat dengan benar, karena agak terhalan
Di rumah Firman, Nana yang mengendap-endap untuk menuju kamarnya pun akhirnya ketahuan oleh Mariana yang ternyata terus menunggunya di ruang tamu. Sedangkan Zsalsya, ia tidak merasa khawatir dengan apapun, karena memang tidak ada yang peduli dengan dirinya. Entah akan pulang atau tidak, semuanya hening tanpa ada omelan apaun."Jadi kamu semalaman dan baru pulang larut malam begini ternyata main sama anak itu!" gerutu Mariana sembari menggertakkan gigi.Nana belum bisa tidur karena harus menerima ceramahan langsung dari Ibunya yang memang pergi tanpa izin.Zsalsya terus lanjut melangkahkan kakinya menuju kamar sembari membawa kantong plastik yang berisi makanan tersebut."Ma, aku ada urusan penting. Asal Mama tahu, aku sebenarnya sedang menjalankan rencana kita yang waktu itu. Karena sepertinya Mama sibuk terus, jadi biar aku saja yang melakukannya sama Arzov. Aku hebat, 'kan, Ma?" ungkap Nana dengan nada pelan. Ia celingak-celinguk, memastikan bahwa tidak ada yang menguping ia bicara.
Pada pagi harinya ....Dengan leher yang terasa sakit, Endrick bangun dari tidurnya. Semalam suntuk ia menunggu, sampai tak terasa dirinya tertidur di meja pelanggan itu.Perjalanan malam menuju memang tidak terasa dan berlalu sangat cepat sekali. "Aahh .... Leherku sakit sekali," ucapnya sembari menggerakkan perlahan lehernya ke kanan dan ke kiri. Tetapi, tetap saja terasa kaku dan sakit.Pramusaji yang sebelumnya menerima uang pun kemudian membuka pintu kaca cafe tersebut. Ia segera menghampiri Endrick."Mas, maaf kalau tempatnya kurang nyaman," katanya."Tidak masalah. Sekarang saya mau pulang, terima kasih karena telah mengizinkan saya tinggal di sini semalam," ucapnya sembari beranjak dari duduknya, lalu melangkah pergi keluar.Endrick menekan tombol pada kunci mobilnya. Lalu, ia pun membuka pintu tersebut. Perlahan tubuhnya memasuki mobil tersebut dan langsung duduk di kursi. Ia menoleh ke belakang ketika teringat pada pesanan Rosmala."Kuharap buah semangkanya tidak terlalu m
"Apa yang terjadi pada Papa, kenapa bisa begini?" tanya Zsalsya, panik."Mama juga tidak tahu, Zsa. Sejak tadi pagi, dia sudah begitu."Zsalsya pun berlari menuju nakas. Biasanya, Firman menyimpan obatnya di sana. Tetapi, ia langsung terdiam ketika menemukan obat, namun juga malah teringat pada Mariana. Ia curiga kepada Ibu tirinya itu."Pa, ayo kita ke rumah sakit sekarang, Pa!" ajak Zsalsya.Meskipun tubuhnya berat, tetapi ia merasa bahwa tidak ada pilihan lain lagi. Di rumah itu pun tidak ada sopir yang bisa diandalkan. Hanya ada dirinya, Nana, Mariana dan ...."Oh ya, ada Mbok Minah. Dia juga bisa membantu," batin Zsalsya.Sontak, Zsalsya pun keluar dari kamar itu. Di luar kamar, ia berteriak menyerukan nama asisten rumah tangga tersebut."Mbok Minaaah! Mbok cepat naik ke kamar Papa!" teriaknya. Ia merasa tidak boleh meninggalkan Firman sendirian di sana tanpa dirinya, sehingga ia pun memilih untuk berteriak.Minah yang merasa terpanggil pagi itu ketika tengah menyiapkan sarapan
Perjalanan menuju rumah sakit tidak ada istilah santai lagi. Arzov mengemudikan mobilnya dengan cepat, bahkan sesekali ia menyalip mobil lain agar segera sampai di rumah sakit.Tidak ada memilah dan memilih rumah sakit lagi. Sebab, yang Zsalsya inginkan hanyalah agar Firman segera mendapatkan perawatan atas penyakit yang dideritanya itu."Sabar, ya, Pa. Papa harus bertahan," kata Zsalsya sembari terus berusaha menguatkan. Ia memeluk Firman di sampingnya.Mariana tidak ikut. Ia memilih untuk menyusul, katanya harus mempersiapkan sesuatu. Firman tidak terlalu mempermasalahkan itu, ia memaklumi walau ada rasa kecewa yang menggores hatinya.Terlebih lagi Nana, ia yang baru bangun pun memberikan alasan itu untuk tidak pergi ke rumah sakit saat ini juga. Walaupun sebenarnya, Nana tidak mau menjenguk Ayah tirinya, yang mana baginya snagat tidak penting untuk hidupnya.Sampai akhirnya, setelah melewati perjalanan yang cukup menguras energi pun setengah berakhir. Mereka sampai di Rumah Sakit A
Kyora yang sejak semalaman ia tidak bisa tidur karena menunggu Rejho mewujudkan segala apa yang telah ia rencanakan sejak lama.Namun, ia harus menerima kenyataan bahwa ternyata Rejho bersama anak buahnya tidak berhasil membawa Endrick ke hadapannya. "KALIAN MEMBIARKAN AKU MENUNGGU, LALU KALIAN PULANG DENGAN TANGAN KOSONG!!! APA-APAAN INI, SIA-SIA AKU MEMBAYAR KALIAN SEMUA!" teriak Kyora sembari berkacak pinggang penuh amarah. Kala itu, amarah seolah telah menumpuk di kepala sampai menggunung, membuatnya tidak bisa menahan segala macam amarahnya itu. Kekecewaan terhadap para anak buahnya membuatnya muak."SEGERA OUT KALIAN DARI SINI! AKU TIDAK MAU MELIHAT MUKA KALIAN LAGI!" usirnya dengan teriakan yang begitu keras sampai terdengar ke luar. Semuanya menunduk. Mereka tidak sedikitpun berani membantah apa yang Kyora katakan. Memang benar, mereka pun sadar bahwa pekerjaan mereka tidak menghasilkan apa-apa bagi Kyora. Sedangkan, Kyora sangat mengharapkan itu dari mereka."Apa harus aku
"Siapa, sih?" Setelah melihat bahwa ternyata itu adalah telepon dari Mariana, ia terdiam sejenak memikirkan antara harus menjawab atau tidak. Tetapi ...."Ah repot amat! Sebaiknya aku jawab saja!" ucapnya. Ia pun menekan tombol hijau lalu menggesernya ke kiri.[Halo, Tante. Ada apa, ya, telepon aku pagi-pagi begini?][Tante cuma mau tanya. Rumah sakit tempat suamiku dirawat ada namanya apa, ya?]"Oh, ternyata cuma tanya soal itu saja," batinnya dengan perasaan tenang.[Rumah Sakit Aryaloka.][Oh. Baiklah. Aku ke sana sekarang!]Tuutt.Tanpa mengatakan apapun lagi, Mariana pun langsung mematikan sambungan teleponnya ketika pembicaraan lewat panggilan telepon telah berakhir."Jadi di mana katanya, Ma?" tanya Nana yang juga penasaran karena tidak mendengarnya dengan jelas, walaupun saat itu agak mendekatkan dirinya ke dekat Ibunya.Mariana menoleh ke arah Nana. "RS Aryaloka.""Bukannya itu rumah sakit biasa?""Iya. Tapi biarkan sajalah.""Ah, Mama, kenapa sih kita ini harus menjenguk
"Tapi saya belum selesai, Dok!" sergah Zsalsya. Ia merasa terbatasi dengan aturan itu. Ia yang memang anak kandung Firman, seharusnya lebih berhak membesuk lama.Tetapi, kemudian ia teringat pada beberapa minggu yang lalu, di mana para karyawan di kantor perusahaan milik Firman pun menganggap bahwa dirinya hanyalah anak tiri."Aku mengerti sekarang," batinnya. Ia menyeringai dengan rasa kecewa yang tertahan dalam dada.Untuk protes pun rasanya tidak mungkin. Terlebih lagi, sebelumnya ia mendengar sendiri secara langsung bahwa Firman lebih ingin bertemu Mariana dan Nana dibanding dirinya.Zsalsya pun akhirnya memilih untuk mengalah. Ia beranjak dari duduknya dan kemudian pergi dari ruangan itu tanpa berkata apapun lagi. Ia sungguh kecewa berat, namun yang paling berat dan menyakitkan adalah bahwa ia hanya bisa memendamnya. Tidak ada orang yang memahami, bahkan bercerita pun seakan tidak boleh."Aku tahu, tapi .... Aku tidak bisa pergi juga dari sini. Kakiku seakan terasa berat untuk me
Karena kecelakaan terjadi saat Firman sudah tancap gas pergi, sehingga ia tidak tahu bahwa di sana telah terjadi kecelakaan. Ia juga tidak tahu jika yang mengalami itu adalah Mariana.Firman hanya fokus untuk pulang ke rumah tanpa berpikir apapun. Zsalsya yang kala itu tengah memasak pun mendadak ingat kepada Ayahnya, yang membuatnya langsung menghentikan tangannya. Ia melamun, hingga percikan minyak itu membuatnya langsung terhenyak kaget dan menjauh dari wajan tersebut.Endrick yang melihat itu langsung meniupi tangan Zsalsya yang terkena percikan minyak. "Biar pelayan kita saja yang melakukannya!"Endrick menoleh ke samping -- tepatnya ke arah pelayan yang ada di sana. "Tolong kamu lanjutkan!""Baik!" sahut salah seorang pelayan yang saat itu tengah berdiri di sana. Tetapi begitu mendapat perintah, ia pun langsung menuju wajan yang ada di sana.Endrick mengajak Zsalsya pergi menuju kursi yang ada di sana. "Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Endrick yang melihat Zsalsya dengan tata
"Baik, biar saya periksa dulu," ujar dokter itu yang kemudian melakukan pemeriksaan terhadap Firman.Sementara di sana, Mariana mengintip dan kini tengah bersembunyi. Ia terus memperhatikan Firman yang saat ini tengah diperiksa oleh dokter tersebut. "Mana obatnya?" gumamnya.Selang lima menit, pemeriksaan selesai. Dokter itu pun kemudian pergi sebentar untuk mengambil obat untuk Firman.Di kala dokter itu mengambilkan obat, Mariana yang sudah sejak tadi menunggu saat itu tiba pun membuatnya langsung bergegas pergi sejenak mengikuti kemanapun dokter itu pergi.Mariana menghampiri dokter itu ketika obat pada sebuah kotak kecil itu tergeletak di meja."Dok, saya mau memeriksa jantung saya yang sedang kurang baik. Dokter mana, ya, yang suka memeriksanya?" tanya Mariana seraya mengenakan maskernya. Ia bertingkah seolah tidak tahu apa-apa.Dengan santainya, dokter itu pun kemudian menyahut. "Saya dokter jantung. Kalau mau, bisa saya periksa, tapi biarkan saya melayani pasien yang lain dul
Rosmala yang belum mendapat kabar apapun, baik itu dari Endrick maupun dari Priyatna -- sopir pribadi Endrick, membuatnya mondar-mandir karena khawatir."Kenapa belum juga ada kabar apapun?" gumam Rosmala yang saat itu dalam kebingungan. Meskipun begitu, ia merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja.Tak lama dari itu, sebuah mobil memasuki halaman rumah dan kemudian mobil itu menepi.Rosmala yang terus mondar-mandir di teras pun langsung menghentikan langkah kakinya. Segera saja ia menuruni sedikit tangga dan langsung menghampiri mobil tersebut yang mana ia pikir bahwa itu adalah Endrick dan seharusnya bersama Zsalsya.Begitu pintu mobil terbuka, langsung terlihatlah kaki Endrick yang keluar dari sana."Nak, akhirnya kamu kembali! Mana Zsalsya?" tanya Rosmala. Ia melihat ke dalam mobil dan saat itu Zsalsya pun memang hendak keluar dari mobil tersebut.Begitu Zsalsya turun, Rosmala langsung memeluk menantunya. "Akhirnya kamu kembali juga. Mama khawatir dengan keadaan kalian. Mengingat
Telepon Endrick yang saat itu sudah terhubung dengan Piryatna yang merupakan sopir kepercayaannya membuatnya bisa tahu kapan ia akan bergerak melakukan tugasnya. Setelah tahu bahwa Zsalsya ditemukan di lantai dua, sopir pribadi itu pun langsung mengajak kepada para bodyguard untuk mengikuti Endrick ke lantai atas sana. Sedangkan polisi, pada saat yang sama mereka juga masuk dan langsung menyergap. Sontak saja, semua preman yang ada di sana pun langsung berusaha kabur, termasuk Arzov. Namun sayangnya, polisi yang datang jauh lebih banyak dibanding para preman itu sendiri. "Jangan bergerak!" ujar salah seorang polisi sembari menembakkan pistol ke atas. Preman yang saat itu masih berada di sana pun langsung angkat tangan kala para polisi yang sejak awal sudah siap sedia untuk menangkap mereka kini memperlihatkan diri mereka. "Sialan! Kenapa harus ada banyak polisi!" gumam Arzov dengan kedok yang masih terpasang di kepala hingga menutup wajahnya. Namun, polisi yang bertugas la
DOORR!!!Endrick melesatkan peluru dari pistol yang dipegangnya. Sontak, polisi yang sudah bersiap pun langsung turun dari mobil dan mengepung rumah itu. Kyora tidak tahu jika rumahnya telah terkepung dan tidak memiliki jalan lagi untuk keluar.Sekalipun polisi yang mengepung, tetapi mereka tidak langsung masuk ke dalam. Para bodyguard Endrick hanya bersiap siaga di luar rumah."Serahkan Zsalsya padaku sekarang juga!" pinta Endrick. Namun, preman yang ada di sana seolah langsung siap siaga untuk menyerang Endrick. Para saat yang sama, ketika mereka hendak menyerang, Endrick melesatkan peluru ke sebuah botol kaca yang ada di sana, hingga tercipta suara berisik yang membuat para bodyguard Endrick keluar. Ketika para preman lengah karena fokusnya teralihkan kepada para bodyguard Endrick. Lada saat itulah Endrick pergi untuk mencari keberadaan Zsalsya. Endrick memplintir tangan Kyora ke belakang dan langsung menodongnya. "Cepat tunjukkan padaku di mana Zsalsya sekarang berada!" perint
"Ma, aku pergi sekarang!" pamit Endrick ketika dirinya sudah menambahkan jaket pada pakaian atasnya. "Iya, Nak!" sahut Rosmala.Mereka yang telah mengatur rencana untuk segala sesuatunya pun kemudian berangkat dari rumah itu untuk kemudian pergi menuju lokasi alamat yang ia dapatkan sebelumnya.Endrick memasuki sebuah mobil. Ia kembali mengemudi sendiri. Kali ini, ia menggunakan mobil yang lain dengan warna putih. Rosmala yang saat itu melihat Anaknya berangkat untuk menyelamatkan Zsalsya pun hanya berdo'a agar selamat dan mereka menjalankan rencana dengan baik dan berhasil, agar bisa membawa Zsalsya kembali.Setelah Endrick pergi, di belakang itu, mobil yang dikemudikan oleh para bodyguardnya ada di belakang mobil Endrick. Hanya saja, saat itu cukup berjarak. Sebab, Endrick tidak mau jika lawan menganggap bahwa Endrick datang bersama orang lain."Zsa, tunggu aku, aku datang untuk menyelamatkanmu sekarang! Kita pasti akan bersama lagi!" ujar Endrick sembari mengemudi. Pandangannya f
"Tidak tahu terima kasih! Disuapin malah dimuntahin! Makan saja sendiri, terserah kalau kamu lapar juga!" sentak Arzov. Ia menaruh piring itu di meja dan kemudian melangkah pergi dari tempat itu.Arzov segera menemui Kyora, yang mana ada janji yang belum ia tagih sekaligus belum ia dapatkan pula uang yang dijanjikannya.Zsalsya berusaha untuk melepaskan dirinya, tetapi masih susah. "Aku mau buang air! Tolong lepaskan ikatan tanganku!" pinta Zsalsya dengan tegasnya.Namun, kedua preman itu hanya saling memandang satu sama lain. Mereka seolah tengah saling melempar kode melalui pandangan mata. Memutuskan apakah harus melepaskan ikatan tangan Zsalsya atau malah mengabaikannya.Mereka juga takut jika Zsalsya ternyata membohongi mereka, untuk itulah kedua preman itu tidak mau langsung percaya begitu saja."Apa kalian mau melihat aku buang air di sini?!" tambah Zsalsya dengan sedikit ancaman halus yang membuat kedua preman itu bingung dalam memilih. Namun, tak lama setelahnya, Arzov kembal
Dalam kesendiriannya, Zsalsya hanya harus menahan rasa takut dalam dirinya kala di tempat yang gelap itu ia sendirian. Namun, kemudian sebuah pikiran berlarian di kepala."Tapi waktu itu saja aku bisa melarikan diri. Bagaimana kalau sekarang aku juga mencobanya?" batin Zsalsya dalam diamnya. Ia terus memikirkan hal itu.Zsalsya melihat ke sekeliling. Ia berusaha melepaskan tali yang mengikat erat di pergelangan tangan dan kakinya itu. Tetapi, rupanya di tempat itu terdapat cctv tersembunyi. Kyora dan anak buahnya terus memantau sampai mendapat kabar dari Endrick bahwa pria itu datang ke tempat tersebut untuk menjemput Zsalsya.Semalaman Zsalsya tidak bisa tidur. Ia berusaha untuk melepaskan diri, tetapi dirinya tidak bisa membuka ikatan itu.Kyora yang memperhatikan setiap gerak-gerik Zsalsya itu hanya diam seraya menopang dagu. Sesekali ia menyungging licik dengan apa yang dilihatnya saat itu."Sekarang kamu tidak akan bisa kabur atau melepaskan diri dariku lagi. Aku tidak akan sebod
Sampai di dalam kamar, para pelayan yang ada di sana sontak mengambil kotak P3K untuk merawat luka Endrick. Lukanya sangat parah dan saking khawarisnya, Rosmala langsung memanggil dokter.Rosmala duduk di samping Endrick seraya membelai rambutnya. "Nak, kenapa ada orang jahat yang berani melakukan hal ini sama kamu?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.Ibu mana yang tidak bersedih saat anak semata wayangnya terluka parah. "Mama tidak akan pernah memaafkan kesalahan orang yang tega melakukan semua ini!" ucapnya.Tak perlu menunggu waktu lama, dokter yang dipanggil oleh Rosmala beberapa saat yang lalu pun kemudian datang. Ia membawa alat untuk memeriksa kondisi pasiennya tersebut."Dok, tolong periksa. Saya tidak mau sesuatu terjadi pada tubuhnya!" pinta Rosmala kepada dokter itu.Dokter itu tersenyum seraya mengeluarkan alat untuk memeriksa. "Baik, biar saya periksa dulu kondisinya, ya," sahut dokter itu.Mulai dari detak jantung dan semua luka yang ada pada tubuh Endrick, semuanya dipe