Bukan dua hari, Della sudah pergi dan belum kembali selama hampir satu minggu, membuat Dimas semakin khawatir.
"Dia belum kembali?" tanya Dimas ketika siang itu sengaja datang ke rumah Livia.
"Belum, padahal aku kangen Bagas. Aku coba telpon nomornya juga tidak bisa," jawab Livia yang juga merasa cemas, terutama dengan keadaan Bagas.
Livia menatap Dimas, melihat guratan kekhawatiran di wajah pemuda itu.
"Kamu, apa sebenarnya cuma teman saja? Atau kalian memiliki hubungan khusus?" tanya Livia yang merasa aneh.
Dimas sudah mendatangi rumah Livia lebih dari 4 kali, terus menanyakan keberadaan Della.
Dimas terkejut dengan pertanyaan Livia, haruskah dirinya jujur dengan mengatakan kalau mereka sempat menjalin hubungan, meski pada kenyataannya mereka sedang berhenti menjalin hubungan itu.
"Ya, kami memang menjalin hubungan khusus. Bahkan saya sudah sering mengajak Bagas main. Namun, karena kesalahpahaman, membuat hubungan kami terhenti. Ked
Della menyerahkan lagi Bagas pada Livia, karena sudah berjanji bahwa akan tetap membiarkan wanita itu merawat putranya."Eh, Del. Kamu kenal dengan pemuda bernama Dimas?" tanya Livia memastikan meskipun Dimas sudah menjelaskan.Della terdiam, memilih menurunkan perlahan Dimas yang ada di gendongan ke baby stroller."Kalian pacaran?" tanya Livia lagi karena sepertinya bisa menebak jawaban dari ekspresi wajah Della. "Bukannya mau ikut campur, tapi kamu sudah aku anggap sebagai anak sendiri, karena itu aku peduli," ujar Livia yang tak ingin Della beranggapan kalau dirinya terlalu banyak bicara."Ya, udah lama. Tepatnya setelah aku kerja di resto," jawab Della mencoba jujur. Della membungkuk, lantas mencium wajah Bagas yang kini tentu saja sudah berumur satu setengah tahun. "Tapi, aku memilih pisah. Kenyataannya, dunia kami beda," imbuhnya.Livia cukup terkejut dengan ucapan Della, hingga kemudian mencoba menasihati."Tapi aku lihat dia itu pemu
"Beri aku waktu meyakinkan orangtuaku. Akan aku buat mereka menerimamu bagaimanapun caranya," jawab Dimas mencoba membujuk Della.Della terkejut mendengar Dimas bicara hal itu, jadi dugaannya selama ini benar."Bagaimana jika orangtuamu masih tidak menerima?" tanya Della lagi. Sebagai wanita yang pernah gagal dalam berumah tangga, tentunya ia kini ingin sebuah kepastian agar kelak tak ada lagi yang akan membuat hidupnya hancur."Asal kamu bersedia menerimaku apa adanya, maka aku akan meninggalkan mereka jika menentang hubungan kita." Kini Dimas bicara begitu tegas, tak ada keraguan di wajah pemuda itu.Della tak menyangka Dimas akan mengatakan hal itu, seolah siap meninggalkan segalanya demi dirinya."Aku sudah terbiasa hidup miskin, memangnya apalagi yang akan aku harapkan darimu, hah? Apa aku tampak mata duitan?" Della tersenyum kecil menanggapi ucapan Dimas, perkataannya mengandung sebuah gurauan yang memecah ketegangan."Ja-jadi, kamu ti
Della menekan punggung tangan Dimas dengan washlap saat mengompres."Del! Sakit!" pekik Dimas."Makanya nggak usah bawel!" Della menahan tawa melihat Dimas yang mengerucutkan bibir karena dikerjai."Ada hubungan, bukan berarti hubungan asmara. Istrinya itu temanku, makanya aku juga akrab sama dia."Dimas memperhatikan Della yang sedang bercerita. Wanita itu bercerita siapa Ahsan, pria itu adalah suami teman Della yang ada di kampung. Saat ibunya meninggal, Della membawa ke kampung untuk dimakamkan. Keluarga Ahsan yang membantu pemakaman ibu Della."Karena itu kami dekat. Ahsan ngantar aku karena dia sekalian ngantar hasil buah dari perkebunannya ke toko langganan di kota. Karena aku juga sedikit repot kalau naik bus bersama Bagas, makanya aku terima tawaran dia saat ngajak bareng," ujar Della pada akhirnya."Kenapa tidak menghubungiku? Aku bisa menjemputmu," protes Dimas."Aku 'kan lagi marah sama kamu!" Della semakin gemas karena Dim
Setelah berbaikan dengan Della, Dimas pun terus berpikir dan mencari cara agar orangtuanya mau menerima Della, meski Dimas belum bicara secara gamblang dengan Salsa maupun Anggara.Siang itu Dimas duduk di sebuah kafe, di hadapannya ada Alena yang terlihat santai dan sedang menyedot jus pesanannya."Kenapa mencariku? Katanya nggak mau ketemu lagi! Kamu ini tidak tahu terima kasih, padahal aku sudah baik berbohong pada mama Salsa tentang hubungan kita," cerocos Alena yang kesal."Perjanjian itu, apa masih berlaku?" tanya Dimas yang tak menanggapi keluhan Alena.Memang sebenarnya Salsa sering menghubungi Alena, menanyakan perkembangan hubungan gadis itu dengan Dimas. Alena sendiri masih berbaik hati berbohong, mengatakan masih berkomunikasi dengan Dimas, meski jarang bertemu, Alena beralasan kalau baik dirinya dan Dimas sama-sama sibuk."Kenapa? Sekarang kamu mau?" Alena meledek Dimas, secara waktu itu menolak mentah-mentah perjanjian yang diajukan A
"Woi, kamu serius nyuruh aku pakai pakaian seperti ini?" tanya Alena."Seriuslah.""Memangnya mama Salsa akan percaya?" tanya Alena lagi. "Secara, mama Salsa tahu aku tuh gadis baik-baik," imbuh Alena."Heh, setiap orang pasti mempunyai sisi buruk, karena itu aku mau kamu pura-pura bersikap buruk. Siang ini mama pergi ke Mall untuk mengecek tokonya yang ada di sana, intinya aku mau kamu jadi gadis nakal. Soalnya mama memang tidak suka sama gadis nakal," ujar Dimas panjang lebar.Alena mencebik kesal, siang itu dirinya disuruh memakai dress sedikit minim dan ketat serta terbuka di bagian atas, lantas diminta memakai make up sedikit tebal."Oh ya, kamu mau akting sama siapa?" tanya Dimas kemudian.Mereka berencana membuat Salsa tak menyukai Alena, sehingga wanita itu membatalkan perjodohan mereka."Oh, ada dong. Bentar!" Alena terlihat mengedarkan pandangan, mencari seseorang yang sudah dihubungi sebelumnya.Seorang pria berkeban
Setelah mengerjai Salsa, kini gantian yang mengerjai ayah Alena. Alena meminta Dimas pura-pura mabuk dan berbuat rese, itu karena ayah Alena tidak suka pemuda mabuk. Dimas hanya minum sedikit dan selebihnya menuangcairan beralkohol itu di kemeja. Dimas mengantar pulang Alena, ayah gadis itu murka ketika melihta pakaian Alena sedikit minim dan mencium bau alkohol dari tubuh Dimas, hingga pria itu mengusir Dimas dan meminta tidak untuk mendekati putrinya lagi.Sepanjang pulang, Dimas menahan tawa karena berhasil membuat ayah Alena tidak menyukainya. Dimas mencium pakaiannya yang bau alkohol, hingga memilih berbelok ke toko untuk membeli pakaian dan berganti.TOK! TOK! TOK!Dimas pergi ke rumah Della setelah mengganti pakaian. Della yang memang baru saja pulang langsung membuka pintu dan melihat Dimas sudah tersenyum hangat ke arahnya."Kenapa malam-malam begini datang?" tanya Della keheranan."Rindu kamu," jawab Dimas jujur apa adanya.Della m
Dimas kembali ke rumah setelah bertemu Della, mendengar janji yang dibuat Della membuat Dimas sangat senang. Baru saja menginjakkan kaki di rumah, Dimas terkejut mendengar suara Salsa dan Anggara yang ternyata belum tidur meski sudah larut."Emangnya kamu sudah yakin?""Yakin, Pa. Mama tuh lihat dengan mata kepala sendiri, Alena jalan sama om-om.""Terus.""Ya, Mama omong sama Hardi. Eh, malah dia bilang putra kita mabuk dan berperilaku buruk."Seketika Dimas tersedak mendengar Salsa yang sedang mengadu masalah dirinya dan Alena, tapi bersyukur juga karena Salsa percaya."Pokoknya Mama nggak terima kalau Dimas dijelek-jelekkan. Masih banyak kok gadis lain yang lebih baik dari putrinya."Amarah Salsa tengah membumbung tinggi. Salsa tipe wanita yang mempercayai sesuatu yang dilihatnya sendiri, kalau sudah melihatnya sekali maka dia akan menilai dalam waktu itu juga."Malam, Ma, Pa!" sapa Dimas yang menghampiri setelah sebelumnya
Della tengah bersiap bekerja seperti biasa. Ini sudah beberapa minggu semenjak dirinya berjanji akan menemui orangtua Dimas. Della sudah memantapkan hati untuk memenuhi janji, karena dirinya sekarang juga sudah benar-benar sah jadi janda, setelah surat cerainya keluar.Della bersiap ke resto, hingga fokus teralihkan pada ponsel yang berdering."Halo, Tan.""Del, kamu udah mau berangkat ke resto? Kamu bisa nggak libur aja dulu, aku mau ke rumah sakit karena Susan mau melahirkan, dan Bagas nggak ada yang jagain." Suara Livia terdengar dari seberang panggilan."Kak Susan sudah melahirkan, syukurlah. Aku akan ke sana." Della terlihat bahagia mendengar kakak iparnya sudah melahirkan."Terima kasih."Della bergegas keluar dari rumah, hendak mencari taksi untuk pergi ke rumah Livia. Ia melihat mobil Dimas yang ternyata sudah di depan menunggunya."Sudah siap?" tanya Dimas."Aku tidak ke resto karena ambil libur," jawab Della yan