Home / Pernikahan / Perginya Istriku / Season 2 Bab 115

Share

Season 2 Bab 115

Author: Goresan Pena93
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Mobil mewah berwarna hitam itu memasuki sebuah halaman bersih dan tampak hijau. Gapura putih nan tinggi dilewati dengan penjagaan dua satpam. Davin membuka pintu mobil dan membenahi kancing jasnya. Diikuti oleh seorang gadis yang sudah disulap bak bidadari jelita.

Davin mengangkat lengannya. Bermaksud agar gadis itu memegang dan melangkah bersama. Namun, yang ada Fia hanya diam saja. Gadis itu masih memasang wajah kesal dan enggan. Karena merasa Fia masih belum juga mengerti aturan yang ia buat, akhirnya Davin memutar badannya dengan perlahan.

"Ingat perjanjian kita! Jangan coba macam-macam." Davin kembali menegakkan badannya dan melangkah bersama Fia.

Sampai di dalam, rumah tampak sepi. Davin pikir, kedua orangtuanya sudah masuk ke dalam kamar. Namun, ini belum jam makan malam. Pria tegas dengan badan proposional itu meminta Fia untuk menunggu di ruang tamu.

Gadis itu mengangguk dan duduk di sana. Sementara, Davin pergi mengetuk pintu kamar kedua orangtuanya.

"Pa, Ma?" Suara ketuk
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 116

    "Pak, saya turun di sini saja." Davin segera menekan rem di kakinya. Ia sendiri yang mengantar gadis bergaun indah itu sampai di dekat gang masuk rumah Fia. "Rumah kamu bukannya masih di depan sana?" tanya Davin tanpa menoleh."Saya ingin bicara sebentar, Pak. Kenapa tadi Pak Davin berbohong? Rumah saya, kan, ada di pinggiran kali begini. Mana jelek lagi. Gimana nanti kalau ....""CK, enggak usah banyak bicara! Nanti saya yang kasih kamu rumah baru di dekat rumah Oma. Bilang sama Ibu kamu kalau besok kalian akan pindah. Kalian enggak perlu lagi ngontrak di tempat sempit itu.""Enggak, Pak. Saya tidak mau bergantung sama siapapun. Saya bisa, kok, kerja sendiri dan menghasilkan buat bayar kontrakan," bantah Fia dengan wajah menatap penuh pada Davin. "Kamu orangnya selain cerewet, keras kepala banget, ya? Di dalam perjanjian yang kamu tandatangani, pihak pertama bebas mau ngasih tempat tinggal atau tidak sama pihak kedua. Dan kamu harus mematuhinya. Jangan buat saya malu di depan kedu

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 117

    Sampai di depan gang tempat Fia tinggal, Davin mencoba mencari gadis itu. Setelah bertanya pada salah seorang warga, akhirnya ia menjumpai juga sebuah rumah paling pojok dengan pintu warna coklat. Masih terlihat tertutup, tetapi ia yakin ada penghuninya di sana. Ada dua pasang sandal di lantai depan pintu. Davin pun bergegas mengetuk dan memberi salam. Ada yang membuka pintu dan itu gadis yang ia cari. "Eh." Fia terkejut. Ingin menutup pintu lagi tetapi Davin segera mencegah dengan tangan dan kakinya. "Biarkan aku masuk, Fia!"Terpaksa, Fia membuka pintu lebar-lebar. Ia bertanya, "Ada apa, Pak?" Davin masih menghela napas sambil melihat seisi rumah dengan kedua bola matanya. Ruangan sempit itu terdapat satu kamar saja. "Ayo, ke kantor. Kita bareng.""Maaf, Pak, makasih banyak. Tapi, saya sudah izin mau resign. Besok saya kemasi semua barang.""Perjanjian kita belum selesai. Kamu mau kabur?" Fia mendelik. Ia makin kesal saja dengan pria itu. "Siapa yang mau kabur? Orang Ibu saya l

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 118

    "Bu, gimana rasanya? Apa kepalanya masih sakit?" tanya gadis itu saat Ibunya sudah tampak membuka mata. Semua alat kesehatan masih terhubung dengan tubuh wanita tua yang telah lanjut usianya. "Sudah mendingan. Kamu kenapa bawa Ibu ke sini, Fia? Pasti mahal nanti biayanya. Ibu mau pulang saja." Wanita tua itu hendak bangun, tetapi Davin segera mencegah."Ibu istirahat saja. Tidak perlu memikirkan biaya. Semua yang akan menanggung saya." Wanita tua itu mengerutkan keningnya. Menatap Davin dengan mata menyipit. Lalu, beralih pada putrinya yang tersenyum tipis. "Fia, siapa lelaki ini?" Sambil terbatuk-batuk, wanita tua itu menatap Fia lagi. "Beliau atasan Fia, Bu. Baik sekali, kan, orangnya?" Senyum manis sang gadis membuat Davin tak mampu menatap lama-lama. Sungguh, degup jantungnya sangat kencang dan bisa membuatnya gemetaran. "Terima kasih banyak, Pak. Apakah Fia kalau di kantor sering melakukan kesalahan? Tolong maafkan dia. Dia belum banyak pengalaman," terang wanita tua itu.

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 119

    "Ini rumah kamu sama Ibu kamu sekarang. Jangan protes!" Davin segera menutup mulut Fia dengan telunjuknya. Mereka telah berdiri di depan rumah minimalis modern. Tak jauh dari tempat Davin tinggal. Entah ada maksud apa, lelaki itu sejak tadi menahan senyuman."Pak, saya enggak enak jadinya." Fia yang masih berdiri di dekat mobil, kini tertinggal Davin yang sudah lebih dulu melangkah ke depan dan membuka pintu.Fia menenteng banyak plastik berisi bahan makanan dan Davin memerintahkan untuk segera memasukkan ke dalam kulkas di dapur. Seharian itu, mereka sibuk berbenah sebelum Ibunya Fia keluar dari rumah sakit.Saat hendak membuka laci atas di dapur, tak sengaja tangan mereka bersamaan. Alhasil, tertumpuk dan terlihat seperti saling berpegangan. Wajah mereka saling terpaku dan menatap penuh arti. Jadi telunjuk Davin terulur, lalu ia letakkan pada kening Fia. Detik berikutnya, kening gadis itu didorong ke belakang. "Minggir!" Fia pun terkejut dan segera menyadarkan diri. Ada kedipan d

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 120

    "Davin, benar kamu serius dengan gadis itu? Mama mau, dong, ketemu sama keluarganya. Iya, kan, Pa?" Indri meminta persetujuan Dave saat mereka bertiga berkumpul di meja makan."Iya," jawab Dave singkat. Lantas melanjutkan makannya. Davin agak kebingungan. Ia masih mencari jawaban dan rencana ke depan. "Davin, Sayang, kamu dengar Mama?" Indri menyentuh tangan putranya. Davin yang merasa ada sentuhan lembut itupun lantas tersadar dari lamunan. Ia mengulas senyum tipis dan membalas, "Iya, Ma. Nanti Davin aja Mama ke sana." Bahkan kedua orangtua lelaki itu tak tahu kalau dirinya telah memberikan sebuah tempat tinggal pada Fia dan Ibunya.Davin telah menyelesaikan sarapannya, ia berpamitan pada mereka untuk ke kantor. Namun, saat sampai di depan pintu. Indri kembali memanggil putra kesayangannya. "Sayang, tunggu!" Davin membalik badannya lagi. "Davin, siang ini Mama tidak ada jadwal keluar. Papa juga ke kantor. Bagaimana kalau kamu jemput Mama atau kita janjian buat ke rumah gadis it

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 121

    Setelah merek sampai di dekat Indri, Ibunya Fia juga tampak terkejut. Dua wanita tua itu sama-sama saling kenal. Sekian lama tak berjumpa, tak membuat mereka saling melupakan kejadian yang pernah terlewat."Fitria?" lirih Indri. Tatapannya masih lekat pada sosok lemah yang kini telah berubah rata. Wanita tua yang tangannya digandeng oleh Fia itu tetap bungkam. Ia menahan sakit yang dahulu ia rasakan selama di penjara. Dalam kegamangan itu, ia tampak masih memendam rasa yang tak mungkin bisa dihaluskan."Apakah, kalian saling kenal?" celetuk Davin. Ia membalas tatapan Fia yang juga sepertinya tak tahu apa-apa."Bu, ayo, kita duduk dulu," ajak Fia pada Ibunya. Akan tetapi, wanita tua itu tidak mau. Dia membalik badan dengan perlahan dan meninggalkan mereka semua."Sebenarnya ada apa ini, Ma?" Davin mulai tak sabar. Apalagi saat dia melihat Mamanya juga membalik badan dengan cepat dan keluar dari rumah itu. Indri memendam rasa yang tak biasa dalam dadanya. Sesaak terasa mengimpit dan m

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 122

    "Davin, kamu harus ambil keputusan, Nak. Lepaskan dia, please, Mama mohon." Indri menatap sendu pada putra semata wayangnya. Sementara, Davin hanya menunduk saja. "Benar, Davin. Ikuti apa kata Mama kamu. Jangan lanjutkan hubungan dengan anak wanita itu. Nyawa kami semua taruhannya sebelum kamu ada di dunia ini." Dave menghela napas panjang. Duduk sambil menggenggam tangan sang istri yang terasa dingin. "Tapi, Ma, Pa ... itu, kan, Ibunya. Bukan Fia yang melakukan pada kalian dan semua itu masa lalu. Bisa saja Bu Fitria sudah taubat dan berubah." Davin tetap bersikeras. "Pokoknya, Davin, kamu harus putuskan dia. Kalau tidak, biar Mama saja yang temui gadis itu secara baik-baik. Masih banyak gadis lain yang jauh lebih baik. Kita tidak mau mengambil resiko, Sayang." Kali ini, Indri mendekati Davin dan mengelus pundak kekarnya. Davin berdiri sembari membuang rasa kecewa dalam hatinya. Lewat aliran napas yang begitu berat, ia meminta izin untuk memikirkan langkah selanjutnya. Jujur, tat

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 123

    Davin dengan langkah panjangnya menuju ke rumah. Ia melewati kedua orangtuanya di ruang tamu tanpa menoleh sama sekali. Kakinya menghentak bumi dengan keras. Lalu, pintu kamar tertutup dengan kencang. Indir menatap suaminya. Sebagai orangtua, mereka juga pernah muda dan merasakan apa yang putranya rasakan. "Menurut kamu gimana?" Dave menyentuh tangan istrinya. "Maafkan aku. Aku terlalu trauma untuk menerima gadis itu sebagai menantu. Bagaimanapun juga, Anda pernah menjadi korban kekejaman mereka. Bahkan sekarang, kudengar dari teman kalau Mas Rasya sudah keluar dari penjara. Aku makin tak bisa tenang.""Sayang, jangan pikirkan hal-hal yang buruk. Tatap mata aku." Dave membingkai wajah istrinya. "Tidak akan terjadi apapun, oke?" Indri mengangguk."Apapun keputusan kamu, aku setuju. Pelan-pelan saja nasihatin Davin. Apalagi, dia seorang pria yang punya prinsip. Aku akan coba bicara sama dia nanti.""Makasih, Pa." Mentari menyinari dari ufuk timur, sorot mata tajam tengah menatap te

Latest chapter

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 205

    "Tapi nggak siang bolong begini juga Mas, nggak enak dengan tamu undangan juga keluarga yang lain. Pak penghulu aja belum pulang lo," elak Anggi beralasan yang sebenarnya dirinya masih grogi dan malu harus sekamar kembali dengan Reno."Berarti kalau sudah nggak siang boleh dong," goda Reno sambil menaik turunkan kedua alisnya."Ish ... Apaan sih, minggir mau keluar." Anggi menggeser tubuh tegap suaminya."Cium dulu," pinta Reno sambil mendekatkan bibirnya yang sengaja dimonyongkan."Mas ... Jangan ngadi-ngadi deh, minggir mau keluar dulu." Anggi kembali mendorong dada sang suami yang semakin mendekat pada dirinya."Cium dulu sekali ajaz habis itu kita keluar bareng, biar enak kalau keluarnya bareng," jawab Reno sambil tersenyum manis."Mesum ....""Eh, siapa ya mesum, kamu kali yang pikirannya udah traveling ke mana-mana. Maksudku kalau kita keluar kamar bareng kan enak dilihatnya. Masak pengantin baru keluar kamar sendiri-sendiri, apa kata mereka coba?" Reno menyentil ujung hi

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 204

    "Terima kasih sudah mau menerimaku kembali, juga sudah memberikan Rea, hingga hidupku kembali berwarna." Ungkapan tulus Reno begitu tangannya menyambut tangan Anggi untuk diajak duduk di bangku sebelahnya.Rea yang tak mau lepas dari papanya malah memeluk leher Reno dengan posesif. Mau tidak mau, acara penyematan cincin nikah yang dilanjutkan penandatanganan buku nikah, dilakukan dengan Rea tetap di gendongan sang papa. Tamu undangan, keluarga juga semua yang menyaksikan merasa terharu juga geli, baru kali ini menyaksikan acara ijab qobul dengan membawa anak mereka. Apapun keadaan mempelai, yang pasti doa restu terucap tulus dari setiap hati yang hadir dan menyaksikan bersatunya kembali orang tua Rea tersebut.Cincin berlian berwarna pink sengaja dipesan khusus oleh Reno untuk Anggi. Eternal pink, berlian langka dan termahal di dunia, menjadi simbol bersatunya kembali rumah tangga Reno dan Anggi. Cincin dengan harga lebih dari lima puluh milyar itu tersemat dengan cantik di jari Mas

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 203

    "Iya Mbak, tanpa pakai make up berlebih, wajah Mbak Anggi sudah tampak cantik dan mangglingi ," jawab perias yang masih menyapukan kuas di wajah Anggi.Rea menatap mamanya dari balik pintu. Gadis kecil yang baru sempurna berjalan sendiri itu menatap takjub pada wanita yang melahirkannya, entah apa yang dipikirkan anak anak sekecil itu. Kepalanya beberapa kali juga menoleh, memperhatikan lalu lalang orang yang mempersiapkan acara akad nikah kedua orang tuanya. Rumah yang biasanya sepi, kini terasa ramai. Anggi yang sempat melirik bayangan putri kecilnya langsung meminta perias menghentikan aktivitasnya, lalu dirinya beranjak menghampiri malaikat kecil yang garis wajahnya seperti pinang dibelah dua dengan Reno."Sayang, kenapa di sini? Nenek mana?" Anggi mengangkat tubuh Rea dalam gendongannya lalu membawanya masuk ke dalam kamar."Mbak, maaf sambil pangku anak saya nggak pa-pa kan?" Anggi meminta izin pada perias yang akan melanjutkan pekerjaannya."Nggak pa-pa Mbak, yang penting a

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 202

    Anggi yang biasanya cuek, jutek, wajahnya menghangat dan terlihat memerah. Dia tahu kalau ayah dari anaknya itu memang lelaki romantis tapi, tidak pernah menyangkan kalau akan diperlakukan seromantis ini, ya walau hanya dalam butik, bukan di suasanya makan malam yang sangat romantis tapi, cukuplan untuk bisa membuat hati Anggi semakin berbunga-bunga.Pemilik juga karyawan butik sampai menutup mulut mereka, takjub dengan keromantisan calon pengantin pria. Baru kali ini mendapatkan klien yang unik dan cukup menarik. Seorang pegawai butik, mungkin bagian marketing langsung merekam agedan tanpa rencana itu. "Jangan sembarangan rekam, nanti kalau mereka tahu bisa runyam urusannya," tergur pemilik butik sambil berbisik."Yang penting rekam dulu Bu, nanti baru minta izin pada mereka. Kalau diizinkan lumayan buat konten marketing butik. Kalau nggak diizinkan ya simpan saja dulu. Siapa tahu lain waktu mereka berubah pikiran," balas si pegawai sambil terus melanjutkan aksinya."Semoga saja

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 201

    "Sayang, aku sudah di jalan. Kamu berangkat sendiri atau sekalian aku jemput?" Reno menghubungi Anggi begitu selesai meting dengan klien. Hari ini keduanya ada janji untuk fithing baju pengantin."Aku sudah di butik, baru saja sampai," balas Anggi dengan senyum menghias wajahn cantiknya.Semenjak Anggi jujur pada Reno kalau Rea adalah darah daging mantan suaminya. Akhirnya mereka memutuskan untuk rujuk kembali, mungkin sebuah alasan klise demi anak tapi, jika ditelisik lebih dalam lagi. Orang tua Rea sebenarnya masih saling menyimpan rasa, hanya mereka masih mengedepankan ego tanpa mempertimbangkan perasaan juga kebutuhan kasih sayang putri kecil mereka.Dan di sinilah mereka, berada di butik yang dulu juga pernah membuatkan baju pengantin untuk Reno da Anggi di pernikahan sebelumnya. Pemilik butik juga pegawai butik hanya mengulum senyum ketika Anggi menceritakan secara singkat perjalan pernikahannya dengan sang mantan suami."Mbak Anggi mau pakai baju dengan model yang bagaimana

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 200

    Saat Anggi muncul dari toilet, ia melihat Mamanya sudah duduk bersama putri dan mantan suaminya. Meski sudah dua tahun lamanya, Anggi masih ingat jelas wajah itu. Wajah yang masih sangat melekat di hatinya. "Rea, ayo ikut Mama." Anggi tiba-tiba menyerobot meraih putrinya dari pangkuan Reno. "Tunggu, Anggi." Reno berdiri menyamai wanita cantik itu. Anggi terlihat tampak lebih segar dari yang dahulu. Tampak lebih bersinar setelah bercerai dengan suaminya."Aku tidak bisa lama-lama di sini. Putriku harus tidur. Juga besok aku harus kerja." Anggi masang wajah ketus. "Nak, jangan bilang begitu. Jujurlah pada Reno. Siapa Rea sebenarnya." Mama Anggi ikut berdiri. Namun, ia tak ingin mencampuri urusan mereka. "Mama ke sana dulu. Kalian bicaralah berdua. Jangan ada yang mengedepankan ego. Belajarlah kalian untuk bersikap dewasa dan tidak mengikuti hawa nafsu sendiri." Wanita tua itu lantas pergi. Meninggalkan mereka bertiga saja. Karena tak bisa mencegah lelaki itu melarangnya, maka Anggi

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 199

    "Hai, Bro!" Seorang lelaki tampan datang dari balik pintu. Ia mengulas senyuman pada Reno yang terkejut akan kehadirannya. "Wah, elu." Mereka berpelukan karena sudah lama tak bertemu. Reno menepuk punggung lelaki itu berkali-kali. Lalu, menyuruhnya untuk duduk. "Wah, udah sukses nih ceritanya." Dian tertawa. "Sukses apaan? Ya, gini-gini aja dari dulu." Reno menghela napas panjang. Mereka lantas duduk di sofa dalam ruangan itu. "Udah move on belum? Masa iya masih aja menghukum diri sendiri?" Lelaki sahabat Reno sejak masa kuliah itu memang senang sekali menyindir. Ia akan membuat lelaki di sebelahnya itu mengakhiri masa lajangnya. "Gue udah mati rasa. Cuman Anggi yang masih di dalam hati gua. Lu mau nyomblangin sama siapa aja, kagak bakal mempan." Reno tertawa. "Mending lu ikut gue. Nanti malam ada acara peresmian di gedung sebelah. Bukan sebelah elu. Sebelah kantor gue. Di sana, lu bisa pilih siapa pun yang lu mau." Dian tertawa. "Tapi, jangan harap ada Anggi di sana."Dari san

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 198

    Tak lama polisi datang beserta ambulan. Zia langsung dinyatakan meninggal dunia di tempat itu juga. Sempat warga melihat gadis itu keluar dari rumah Reno. Namun, Reno tak menanggapi apa pun. Pria itu diam saja selain mengakuo bahwa Zia hanya tetangga saja. Reno sudah tak ingin tahu lagi urusan mengenai Zia. Kematian yang tragis akibat menggoda suami orang, membuatnya binasa dengan cara menyedihkan. Reno menutup rapat semua kejadian pagi itu. Ia tahu semua itu salah dia juga, tetapi karena sudah lelah, maka pria itu hanya bisa menyesali semuanya. Pagi itu, penampilan Reno tampak rapi. Bukan ingin ke kantor, melainkan ingin pergi menemui Anggi di rumah kedua orang tuanya. Orang tua Anggi tak ingin ikut campur dalam rumah tangga anaknya. Mama Anggi menyuruh Reno masuk ke dalam. Reno duduk di sofa dengan satu gelas cangkir teh hangat yang baru saja dihidangkan oleh pembantu rumah orang tua Anggi. "Ang, temui dia. Dia masih suami kamu." Anggi dibujuk oleh Mamanya. Namun, dia tetap tak

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 197

    Tak lama, saat mereka masih berdebar, tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari balik dinding. "Hallo, Mas. Kamu udah datang?" Anggi tiba-tiba muncul saat dua orang itu tengah berdebat.Kedua mata Reno pun terbelalak. "Ang, kenapa dia ada di sini?" tanya Reno penuh rasa penasaran. "Kenapa memangnya? Bukannya kalian sering ketemuan di belakang aku?" Bagai tersambar petir, tubuh Reno gemetaran. Kepalanya mendadak berdenyut nyeri dan sudah dipastikan akan terjadi perang di ruang itu. "Ang, aku bisa jelasin. Kamu pasti salah paham." Reno mencoba menjelaskan. "Ini enggak seperti yang kamu kira.""Maaf, Mas. Aku udah tau semuanya. Aku kecewa sama kamu. Dia sendiri yang mengaku dan menunjukkan bukti padaku. Kalian memang benar-benar pasangan yang enggak punya malu." Anggi menggeleng kepalanya. Reno melangkah mendekati sang istri. Ia segera mendekap tubuh ramping Anggi tak ingin melepasnya. "Lepaskan aku, Mas. Kalian sudah berhasil membuatku mati rasa. Hatiku sudah hancur. Untuk yang k

DMCA.com Protection Status