“Apa alasannya, Ayah? Katakan saja sekarang,” ucap Damien serius.
“Satu yang pasti adalah tentang bisnis, Nak. Kerajaan bisnis Keluarga LaRue yang berdiri kokoh dan seolah menjadi satu-satunya di Perancis. Mereka memiliki sokongan dana kuat, seakan tak pernah habis. Aku pernah mendengar desas-desus tentang goyahnya kerajaan bisnis Keluarga LaRue beberapa tahun silam. Namun, semua itu menguap bagaikan angin, setelah Alexandre menikah dengan Majandra. Kau bisa menarik kesimpulan sendiri,” tutur Julien. Walaupun Julien tidak berbisnis di bidang yang sama dengan Phillipe, tetapi dia mengetahui seluk-beluk pekerjaan sahabatnya tersebut, meski tidak secara gamblang.
“Miguel Sandoval. Dia adalah raja property di Meksiko. Selain itu, Miguel juga menggeluti beberapa usaha lain yang memiliki prospek menjanjikan. Kau mungkin perna
Lea melangkah masuk ke toilet. Dia berpapasan dengan tiga wanita yang akan keluar. Alhasil, dirinya hanya sendiri di dalam sana. Namun, Lea tak peduli. Model cantik tersebut masuk ke salah satu bilik toilet di klub malam tadi, lalu duduk nyaman di closet. Malam itu Lea belum terlalu mabuk, meski kepalanya sedikit pusing.Sesaat kemudian, Lea menyudahi ritual pribadinya. Bertepatan saat dirinya selesai menaikkan celana dalam, tiba-tiba lampu di dalam toilet mati. Suasana di dalam menjadi gelap gulita.“Astaga!” Lea terkejut bukan main. Dia meraba dinding dan pintu, hingga dirinya menemukan handle yang segera diputar. Lea keluar dari bilik tadi sambil terus meraba-raba, Dia harus mengatur langkah, agar dirinya tidak terjatuh.“Ya, Tuhan. Di mana pintunya?” gumam Lea. Dal
“Alex? Sedang apa di sini?” Majandra balik bertanya.“Hanya mencari angin,” jawab Alexandre singkat. Dia duduk di sebelah Majandra, sambil menekuk sebelah kaki. Posisi Alexandre menghadap sepenuhnya kepada sang istri, yang asyik memainkan kaki di dalam kolam. “Sejak kapan kau di sini?” tanya pria itu, mengajak Majandra berbasa-basi.“Entahlah. Aku merasa suntuk berada di dalam kamar terus. Jadi, kuputuskan untuk kemari. Ternyata, di sini tak ada siapa pun.” Majandra tersenyum lebar. Dia merasa konyol.Namun, tidak bagi Alexandre. Tatapannya terus tertuju pada wanita yang akan segera dia ceraikan. Setelah tiga tahun berlalu, entah mengapa baru kali ini Alexandre menyadari kecantikan seorang Majandra. Wanita asal Meksiko tersebut memiliki senyuman teram
Lea melihat ke bawah, pada sesuatu yang tadi menjadi perhatian Alexandre. Seketika, dadanya bergemuruh kencang. Model cantik berambut pirang itu mengepalkan tangan, karena menahan amarah. Lea merasa sakit hati, mengetahui bahwa Alexandre ternyata tengah memperhatikan Majandra dengan sorot berbeda.“Kau mengawasinya?” tanya Lea penuh penekanan. Wanita cantik yang piawai dalam bernyanyi tersebut menahan tangis, yang ditimbulkan karena rasa cemburu.Alexandre tidak menjawab. Tak ingin berselisih paham di sana, pengusaha muda tersebut memilih beranjak dari hadapan sang kekasih tanpa mengucapkan sepatah kata pun.“Tunggu, Alex!” Lea bergegas menyusul Alexandre. Dia mengikuti pria itu hingga ke dalam kamar. Setelah berada di sana, Lea menutup pintu rapat-rapat. “Liburan maca
Majandra segera menoleh. Binar indah seketika hadir, melenyapkan segala kegundahan hatinya. Dia berbalik, lalu menghambur ke dalam pelukan pria yang tak lain adalah Damien. Majandra mendekapnya erat, bagaikan seorang anak yang baru dijemput sang ayah dari sekolah asrama.“Kau di sini?” Majandra melingkarkan tangan di leher Damien, saat pria itu merenggangkan dekapannya.“Bukankah kau berharap aku datang?” Damien tersenyum kalem.“Ya. Ya. Ya! Aku ingin kau di sini.” Majandra kembali memeluk pria tampan berambut gelap tadi. Belum pernah dia sebahagia itu saat melihat Damien. “Kau menginap di mana?”“Di salah satu kamar resort ini tentunya,” jawab Damien, seraya membelai lembut pipi Majandra
Alexandre menggenggam erat gagang raket. Rasa hati ingin melemparkan benda itu ke kepala Damien, agar melepaskan ciumannya dari Majandra. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Alexandre menjatuhkan raket tadi begitu saja. Sang pemilik La Bougenville tersebut memilih pergi, karena tak ingin menyaksikan kemesraan antara Majandra dengan Damien.Melihat hal itu, Lea bergegas mengikuti. Dia mempercepat langkah, agar dapat menyusul sang kekasih yang berjalan tergesa-gesa menuju kamar.“Alex!” panggil Lea, sebelum Alexandre menutup pintu kamar rapat-rapat, seakan tak ingin membiarkan Lea masuk ke sana.Terpaksa, Alexandre membiarkan pintu setengah terbuka. Lea bergegas masuk, lalu menutupnya. Wanita itu melangkah ke dekat Alexandre berdiri. Dia menatap lekat sang kekasih, dengan sorot tak dapat diart
Alexandre tertegun beberapa saat, ketika melihat penampakan seorang wanita yang sudah dirinya kenal. Pria itu menggeleng tak percaya. Namun, Alexandre berusaha tetap terlihat biasa saja. “Terima kasih atas kerjasamanya,” ucap suami Majandra tersebut.“Apakah Anda menemukan sesuatu atau seseorang yang dirasa mencurigakan, Tuan?” tanya petugas di ruang pengawas keamanan."Aku rasa, ini hanya keteledoran kekasihku. Tidak apa-apa,” jawab Alexandre. Dia bergegas keluar dari ruangan itu. Alexandre kembali ke kamar penginapan. Di sana, dia mendapati Lea yang masih duduk bersandar di tempat tidur.“Kau ingin makan apa?” tanya Alexandre.“Terserah kau saja,” jawab Lea. Dia menatap aneh kepada Alexandre yang t
Majandra menahan tubuh tegap Damien yang hilang keseimbangan. Darah pun mengucur deras dari perut sebelah kanan. Tadinya, Damien bermaksud hendak merebut pisau dari tangan Lea. Namun, ternyata benda tajam itu justru bersarang di tubuhnya. “Astaga.” Lea terlihat resah. “Aku tidak bermaksud melukaimu. Sasaranku adalah Majandra,” ucapnya dengan raut teramat gelisah. Terlebih, saat Damien ambruk di lantai. “Apa yang kau lakukan, Lea?” Suara berat Alexandre terdengar di sana. Membuat Lea menjadi semakin tak karuan. “Ya, Tuhan,” desis pria itu. Meski Alexandre tak menyukai Damien, tapi dia merasa harus membantunya. Beberapa saat kemudian, Damien sudah dibawa ke fasilitas kesehatan yang berada tak jauh dari resort. Kebetulan, di sana fasilitasnya sudah memadai, sehingga Damien tak harus dirujuk ke tempat lain. Majandra ikut menemani, meski dirinya tak sempat berganti pakaian. Wanita itu masih mengenakan kimono tidur. Dia duduk seorang diri, menunggu di luar ruang tindakan. Majandra terus
Majandra tersenyum mencibir. Dia melipat kedua tangan di dada. Sikapnya terlihat sangat angkuh di hadapan Alexandre, yang justru memasang ekspresi sebaliknya. “Apa maksudmu, Alexandre? Jangan hanya karena kau membawakanku pakaian ganti dan makanan, lantas itu bisa membuat diriku seketika terkesan padamu.” Majandra tersenyum sinis. “Maaf, aku tidak ingin menjadi wanita bodoh lagi seperti dulu. Biarkan diriku menjalani hidup dengan tenang.”“Kau tahu bahwa ibu dan ayah tidak akan menyukai perceraian kita,” ucap Alexandre, seakan tengah membujuk Majandra. Namun, sayangnya gaya bicara sang pemilik La Bougenville tersebut tak bisa luwes seperti Damien. Sehingga, dia tak terlihat sedang membujuk seseorang.“Aku tak ingin memikirkan orang lain terus-menerus. Rasanya, aku juga berhak bahagia tanpa harus memedulikan apa at