Beranda / CEO / Perfect Partner / Bab 118 Rindu Pria Tua

Share

Bab 118 Rindu Pria Tua

Penulis: Myafa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-19 13:55:26

“Selamat pagi, Bu.” Petugas keamanan langsung menundukkan kepala ketika Mommy Shea datang.

“Selamat pagi.” Mommy Shea mengayunkan langkahnya.

Petugas keamanan langsung mengikuti Mommy Shea. Dia segera menekankan angka lift di mana ruangan pemilik perusahaan berada. Mereka tentu saja takut jika sampai diadukan ke Bryan Adion. Kalau tidak menyambut dengan baik.

“Silakan, Bu.” Petugas keamanan mempersilakan Mommy Shea untuk masuk.

“Terima kasih.” Mommy Shea tersenyum.

Langkahnya segera diayunkan masuk ke dalam lift. Lift yang tertutup mengantarkan Mommy Shea ke ruangan suaminya. Hari ini sengaja Mommy Shea datang ke kantor untuk mengajak suami, anak, dan menantunya untuk makan siang. Seminggu tidak bertemu dengan anak bungsunya, membuatnya rindu.

Saat pintu lift terbuka, Mommy Shea segera menuju ke ruangan suaminya. Tepat di depan ruangan sang suami terdapat sekretaris yang sudah menyapa Mommy Shea. Berniat mengantarkan Mommy Shea. Namun, Mommy Shea menolak dengan halus. Dia ingin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perfect Partner    Bab 119 Dokter Kandungan

    Mommy Shea, Daddy Bryan, Bian, dan Flavia menikmati makan siang bersama. Mereka mengobrol bersama. Bian menceritakan jika kemarin tidak bisa ke rumah mommy dan daddy karena ke rumah orang tua Flavia dan ke makam. “Lain kali kita harus makan bersama keluarga Flavia.” Mommy Shea langsung terpikir hal itu ketika membahas keluarga Flavia.“Itu juga yang dikatakan oleh papa dan mama Flavia, Mom. Mereka juga sangat ingin makan bersama.” Bian menceritakan jika keinginan sang mommy sama dengan mereka. “Bagus jika mereka berpikir seperti itu. Kamu tinggal buat janji saja kapan bisa makan bersama.” Daddy Bryan pun ikut menimpali. “Baiklah, Dad. Nanti aku akan buat janji.” Bian tentu senang jika keluarga bisa bersama-sama menikmati makan bersama. Flavia tersenyum. Dia tentu menyambut niat baik itu. Sekalian agar sang mama tiri tahu bagaimana baiknya mertuanya. “Fla, kamu sudah ada tanda-tanda kehamilan?” Saat di tengah-tengah makan, tiba-tiba Mommy Shea. Flavia seketika terdiam. Dia menga

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-19
  • Perfect Partner    Bab 120 Hasil

    “Tidak ada kehamilan.” Mama Lyra menjelaskan apa hasil dari apa yang dilihatnya dari layar USG. Mommy Shea menatap terkejut mendengar akan hal itu. Dia memang berharap terjadi kehamilan. Apalagi anaknya sudah membuat perjanjian jika tidak akan ada kehamilan, maka pernikahan akan segera berakhir. “Ra, kamu sudah lihat benar-benar? Flavia sampai sekarang belum datang bulan. Jadi mungkin saja ada kehamilan.” Mommy Shea menatap Mama Lyra. Dia masih tidak percaya dengan hasil yang diberikan Mama Lyra. “Mom.” Bian memanggil sang mommy. Dia melihat sang mommy begitu mendesak Mama Lyra. “Ada penebalan rahim, tetapi tidak ada embrio yang berkembang. Bisa jadi ini hanya faktor stress karena itu datang bulannya terlambat.” Mama Lyra mencoba menjelaskan pada semua yang ada di ruang pemeriksaan. Entah harus senang atau sedih. Flavia yang mendengar hanya terdiam. Dia tidak tahu apa mau hatinya sekarang. Mommy Shea yang mendengar apa yang dijelaskan benar-benar kecewa sekali. Dia memang berha

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-19
  • Perfect Partner    Bab 121 Kesempatan Tidak Datang Dua Kali

    Flavia diam sejak pulang kerja. Dia berada dalam kebimbangan. Sebagian hatinya ingin sekali hamil, tetapi hatinya sebagian ingin jangan ada kehamilan. Bian melihat jelas jika Flavia begitu berubah sejak memeriksakan. Sampai saat mereka makan malam pun Flavia hanya memandangi makanannya. “Apa yang kamu pikirkan?” tanya Bian. “Tidak ada.” Flavia mengelak. Menggelengkan kepalanya. “Apa kamu memikirkan apa yang dikatakan mommy?” Bian menebak apa yang terjadi. Flavia menatap Bian. Yang dikatakan Bian memang benar. “Jangan pikirkan apa-apa dulu. Tenangkan pikiranmu agar tidak stress.” Bian tahu jika pasti Flavia sedang memikirkan apa yang dikatakan mommy-nya. Dan itu pasti berdampak buruk pada kesehatannya. “Baiklah.” Flavia mengangguk. Dia melanjutkan kembali makan. Menikmati makan yang tadi dibuat oleh Bian. Seusai makan, Flavia memilih untuk ke kamar. Dia ingin beristirahat karena memang tidak sedang terlalu banyak pikiran. Bian hanya membiarkan saja apa yang dilakukan Flavia. Me

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-19
  • Perfect Partner    Bab 122 Aku Mencintaimu

    “Kenapa kamu berpikir seperti itu?” tanya Flavia menatap Bian. “Aku hanya ingin melihatmu bahagia. Karena sejak tadi kamu begitu sedih setelah cek kehamilan. Aku tidak tahu apa yang kamu tunggu. Jadi aku hanya ingin mendukungmu. Apa pun keputusanmu nanti. Aku akan menerimanya.” Bian mencoba menerima semua dengan lapang. Tak mau memaksakan kehendaknya. Ada rasa sakit menghimpit dadanya. Ini seperti baru saja ditolak oleh Bian. Di saat seperti ini dia merasa berharap ada kehamilan di dalam rahimnya. Agar bisa bersama dengan Bian. “Melihatmu bahagia adalah caraku mencintaimu. Meskipun kebahagiaanmu bukan bersamaku.” Bian menatap Flavia lekat. Flavia menatap Bian lekat. Ada rasa tidak mau kehilangan yang menyelimuti hatinya. “Jika kebahagiaanku bersamamu. Apakah kamu tetap akan menerima aku walaupun aku tidak hamil?” Semalam Flavia sudah memikirkan tentang perasaan. Rasa ingin bertahan bersama Bian jauh lebih besar dibanding rasa sakitnya. Jadi dia memutuskan untuk tetap bersama Bian

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-20
  • Perfect Partner    Bab 123 Seperti Drakula

    Tautan bibir keduanya seketika terlepas. Flavia tanpa sengaja menggigit bibir Bian. Tentu saja itu membuat Bian terkejut. “Astaga, aku mengigitmu.” Flavia memang belum seahli itu berciuman, hingga tanpa sadar gerakkan bibirnya justru membuat bibir Bian terluka. “Aku akan ambilkan obat.” Flavia panik dan segera ingin mengambil sesuatu yang dapat menghentikan pendarahan di bibir Bian. Sayangnya, Bian menarik kembali tangan Flavia. Membuat sang istri berada di dalam pelukannya kembali. “Aku harus obati luka di bibirmu itu.” Flavia menjelaskan pada Bian ke mana dia akan pergi. “Tapi, obatnya ada di sini.” Bian kembali mendaratkan bibirnya kembali. Flavia hanya terperangah. Bukannya diobati lebih dulu, Bian justru kembali menciumnya. Flavia berusaha melepaskan diri, tetap justru Bian semakin kencang mengeratkan pelukannya. Akhirnya, Flavia pun memilih menyesap bibir Bian. Berharap pendarahan yang berada di bibir Flavia berhenti. Saat tautan bibir terlepas, Flavia mengecek bibir Bian

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-20
  • Perfect Partner    Bab 124 Sakit

    “Aku datang bulan.” Flavia memegangi perutnya yang begitu sakit. Bian terdiam sejenak. Namun, dia ingat apa yang dikatakan Flavia semalam. Di mana dia akan tetap tinggal. Tidak terpengaruh hamil atua tidak. Jadi Bian tidak perlu khawatir dengan datang bulannya Flavia.Bian segera mengayunkan langkahnya menghampiri Flavia. Dia tahu jika “Sebaiknya kamu duduk dulu.” Dia langsung menuntun sang istri untuk duduk di kursi ruang makan. Flavia mengikuti saja apa yang dikatakan Bian. Sambil tangannya memegangi perutnya yang sakit. Bian segera kembali ke dapur. Membuatkan minuman untuk Flavia. Dilihatnya di meja dapur terdapat gelas berisi teh dan gula. Bian menduga jika Flavia sedang akan membuat teh hangat. Bian pun segera membuatkan teh hangat untuk Flavia. Bian membawa teh hangat ke meja makan. Meletakkan di atas meja. “Minumlah,” pintanya. Flavia segera meraih cangkir berisi teh yang diberikan oleh Bian. Rasa hangat dari teh hangat membuat perutnya sedikit lebih nyaman. “Baru saja?”

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-20
  • Perfect Partner    Bab 125 Temani Aku

    Langkah Bian terhenti. Dia pun berbalik menatap sang istri. “Aku ingin mencuci piring bekas makan.” Dia menjelaskan ke mana gerangan akan pergi. “Temani aku di sini.” Flavia merasa ingin ditemani ketika sakit. Apalagi ditemani oleh sang suami. Bian tersenyum tipis. Melihat istrinya yang manja, tentu saja sangat menggemaskan. “Aku akan menemanimu.” Dia segera naik ke atas tempat tidur. Bian merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia memilih posisi di belakang Flavia. Pelukan hangat diberikannya pada sang istri. Sambil mengambil alih botol kompres. Dia yang akan memagang botol tersebut untuk ditempelkan di perut sang istri. Flavia terperangah ketika Bian melakukan semua itu. Dia pikir Bian akan menemaninya dengan duduk di sebelahnya. Namun, ternyata salah. Suaminya itu justru tidur di sampingnya. “Istirahatlah.” Bian berbisik pada Flavia. Flavia tidak yakin bisa beristirahat. Berada di pelukan sang suami tentu saja membuat jantungnya berdebar-debar. Namun, ketika suaminya sudah

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-20
  • Perfect Partner    Bab 126 Punggung Nyaman

    Mommy Shea mencoba menghubungi Bian. Dia yang tadi mendapatkan kabar dari Ghea jika Flavia datang bulan. Dia ingin memastikan kebenaran itu. Cukup lama Bian mengangkat sambungan telepon. Hal itu membuat Mommy Shea cemas sekali. Apa sebenarnya yang dilakukan anaknya itu. “Halo.” Suara Bian terdengar serak di seberang sana. “Bi, kamu di mana?” Mommy Shea mendengar suara anaknya yang terdengar bangun tidur. “Aku di apartemen, Mom. Kenapa?” Bian yang penasaran pun bertanya. Karena tumben-tumbennya sang mommy memanggil. “Apa benar Flavia datang bulan, Bi?” Mommy Shea segera melemparkan pertanyaan itu. Dia begitu penasaran sekali sedari tadi. “Mommy dengar dari siapa?” Bian di seberang sana begitu terkejut. “Mommy dengar dari Ghea.” Mommy Shea menjelaskan dari mana dirinya tahu akan hal itu. “Iya, Mom. Flavia memang datang bulan.” Bian menjelaskan. “Baiklah, Mommy hanya ingin memastikan akan hal itu.” Mommy Shea mematikan sambungan telepon. Dia tak sanggup jika terus bicara dengan

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-20

Bab terbaru

  • Perfect Partner    Bab 165 Kebahagiaan Tiada Henti

    Bayi Flavia dan Bian masih di ruang NICU karena mereka masih perlu perawatan. Mengingat berat badan mereka masih begitu kecil. Flavia sendiri sudah belajar bangun paska operasi. Dia semangat melakukan itu semua karena ingin segera bertemu dengan anak-anaknya. Flavia pergi ke ruang NICU diantar oleh Bian. Dia duduk di kursi roda didorong oleh suaminya. Flavia ingin menyusui anak-anaknya. Tidak hanya sendiri, Flavia bersama dengan papanya, mertuanya, kakak, dan bibi dan paman mertuanya. Mereka semua melihat anak-anak Flavia dan Bian lebih dulu dari balik kaca. Tiga anak sedang pulas tertidur. Hal itu membuat mereka begitu gemas sekali. “Kalian sudah punya nama?” Mommy Shea menatap Flavia dan Bian. “Sudah Ma.” Flavia mengangguk. “Siapa?” Daddy Bryan begitu penasaran sekali dengan nama cucunya.“Si sulung, namanya Nathan Fabio Adion.” Karena anak laki-lakinya lahir pertama, jadi Bian menyebutnya sulung. “Itu yang bibirnya tebal namanya Fiorenza Claire Adion.” Bian menunjuk satu anak

  • Perfect Partner    Bab 164 Operasi

    Bian mengajak Flavia keliling komplek. Kebetulan sore hari. Cuaca tidak terlalu panas, jadi enak untuk berkeliling komplek. “Apa kamu suka?” Bian menoleh sejenak pada sang istri. “Tentu saja aku suka. Ternyata seru sekali.” Flavia begitu berbinar menikmati perjalanan. Angin yang bertiup sepoi-sepoi begitu nikmat sekali. “Kapan lagi kita berlima bisa naik motor ini. Nanti jika anak-anak lahir. Aku rasa hanya cukup mereka bertiga.” Bian tertawa. “Iya, satu di sana, dan dua di sini.” Flavia menunjuk tempat duduk di belakang Bian.“Iya, pasti seru membawa mereka bertiga keliling komplek bersama.” Bian sudah membayangkan akan seseru apa nanti kehidupan mereka dengan tiga anak. Bian dan Flavia menikmati perjalanannya keliling komplek. Bian melihat wajah sang istri yang benar-benar berbinar. Tidak sia-sia akhirnya Bian membelikan motor. Walaupun entah kapan akan dipakai lagi. Puas berkeliling-keliling. Akhirnya mereka kembali ke rumah. Bian membantu Flavia untuk turun dari motor. Tanga

  • Perfect Partner    Bab 163 Motor Bian

    Flavia mengukur perutnya yang sudah semakin membesar. Flavia selalu mencatat berapa ukuran perutnya. Tak hanya itu, dia mengambil foto setiap perkembangan besar perutnya. Itu akan dipakainya untuk dokumentasi.Bian yang masuk ke kamar melihat sang istri yang sedang asyik mengukur perutnya. Rasanya gemas sekali melihat istrinya. Bian menghampiri sang istri. Memeluk dari belakang. “Tanganku sepertinya tidak muat untuk memeluk.” Perut Flavia yang besar membuat Bian kesulitan.“Iya, ternyata besar sekali perutku.” Flavia sendiri merasa jika yang dikatakan sang suami benar. “Dengar, nanti kamu harus duduk diam saja. Aku yang akan memilih.” Rencananya hari ini Bian, Flavia, dan keluarga akan memilihkan baju untuk anak mereka. Mengingat usia kandungan cukup besar, sebenarnya Bian tidak tega untuk membiarkan sang istri memilih baju untuk anak mereka. “Baiklah, aku akan diam saja nanti di sana. Duduk manis, dan membiarkan kalian untuk memilih.” Flavia tersenyum. Dia juga tidak yakin jika ak

  • Perfect Partner    Bab 162 Biar Jadi Kejutan

    Kehamilan Flavia sudah mencapai enam bulan. Perut Flavia semakin besar. Ukurannya tidak seperti orang hamil pada umumnya. Itu karena di dalam kandungan Flavia ada tiga janin yang tumbuh. Hari ini Flavia akan mengecek kandungannya. Bulan ini rencananya mereka akan mengecek jenis kelamin, karena dua kali pemeriksaan tidak terlihat. Seperti biasa Bian dan Flavia tidak sendiri. Ada mommy, daddy, dan kakak-kakak mereka. Yang penasaran tidak hanya Flavia dan Bian saja. “Setelah ini kira-kira siapa lagi yang akan kita antar untuk ke rumah sakit memeriksakan kandungan?” Mommy Shea menatap anak-anaknya. Semua kakak Bian langsung menggeleng. Karena tidak ada dari mereka yang berniat memiliki anak lagi. Tentu saja Flavia dan Bian adalah yang terakhir diantar oleh keluarga saat memeriksakan kandungan. Tentu saja itu membuat mereka semua memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Mama Lyra sudah menunggu di ruang pemeriksaan. Segera Flavia melakukan pemeriksaan. Mama Lyra segera mengecek keadaan janin

  • Perfect Partner    Bab 161 Ngidam

    Tidak ada makanan sama sekali di lemari pendingin. Hal itu membuat Bian bingung apa yang bisa dimakan sang istri malam-malam seperti ini.“Bagaimana jika kita ke restoran cepat saja? Mereka buka dua puluh empat jam. Jadi aku rasa kita bisa beli makanan di sana.” Bian pun memberikan ide.“Aku mau.” Sudah hampir sebulan ini Flavia di rumah. Berkutat di rumah terus. Walaupun ada keponakannya, tetap saja dia bosan. Jadi saat diajak keluar, tentu saja dia merasa senang.“Baiklah, kita ambil baju hangat dulu.” Bian mengajak sang istri untuk segera ke kamarnya.Bian dan Flavia menggunakan mobil untuk ke restoran cepat saja. Jalanan begitu lengang sekali. Mengingat sudah malam. Flavia benar-benar senang sekali. Akhirnya setelah sekian lama dia bisa keluar dari rumah, dan lebih menyenangkan adalah melihat suasana luar.“Kamu senang sekali.” Bian melihat jelas sang istri yang begitu senangnya.“Iya, kamu tahu bukan jika aku sudah sebulan jadi tahanan.” Flavia dengan wajah polosnya menatap Bian.

  • Perfect Partner    Bab 160 Keadaan Janin

    Mama Lyra segera melakukan tindakan untuk menolong Flavia. Beruntung pendarahan dapat diatasi. Setelah pendarahan dapat diatasi, Mama Lyra meminta perawat untuk membawa ke ruangan USG. Dia ingin memastikan keadaan kandungan Flavia. Bian senantiasa menemani Flavia.Mama Lyra memeriksa kandungan Flavia lewat layar USG. Tubuh Flavia yang lemas hanya pasrah saja ketika Mama Lyra melakukan pemeriksaan.Mama Lyra membulatkan matanya ketika melihat kandungan Flavia. Hal itu membuat Bian begitu panik.“Ma, ada apa?” tanya Bian. “Apa anakku kenapa-kenapa?” Bian benar-benar khawatir sekali.“Ada tiga janin di dalam kandungan Flavia.” Mama Lyra menatap Bian. Kemarin dia tidak melihat. Jadi kali ini dia cukup terkejut.Bian membulatkan matanya. Anaknya tidak lagi kembar dua saja, seperti kakaknya, tetapi tiga. Tentu saja itu membuatnya begitu terkejut.“Sayang, anak kita ada tiga.” Bian meraih tangan Flavia. Memberitahu sang istri. Kebetulan saat dibawa ke ruang USG Flavia tersadar.Flavia tidak

  • Perfect Partner    Bab 159 Mual Parah

    “Aku sudah mencari informasi dari internet, dan sepertinya tidak boleh.” Flavia tadi sempat mencari informasi apa saja yang tidak boleh dilakukan saat hamil muda. Dan dia menemukan hal itu. Apalagi jika bukan larangan untuk berhubungan suami istri. Bian mengembuskan napasnya. “Aku akan coba tanya Kak Dean saja. Agar lebih percaya.” Dia masih tidak percaya. Karena itu dia memilih untuk menghubungi kakak sepupunya itu. Bian segera bangun dari posisi tidurnya. Hal yang pertama dilakukannya adalah mengambil ponselnya. Kemudian, menghubungi Dean. “Halo, Bi.” Suara Dean dari seberang sana terdengar. “Kak, aku mau tanya?” “Tanya apa?” Dean di seberang sana bertanya. “Apa saat hamil muda tidak boleh melakukan hal intim?” Bian tanpa basa-basi bertanya. “Tentu saja tidak disarankan ketika hamil muda. Karena itu berisiko untuk kehamilan.” Dean berada di sana menjelaskan. Bian harus kecewa. Karena ternyata tidak boleh. “Baiklah. Terima kasih, Kak.” “Sama-sama, Bi.” Sambungan telepon ter

  • Perfect Partner    Bba 158 Perhatian

    “Sebaiknya kamu istirahat saja.” Bian menarik selimut untuk menutupi tubuh Flavia.Bian dan Flavia memutuskan untuk segera pulang setelah makan siang bersama para ibu Mengingat Flavia kelelahan setelah perjalanan dari proyek, tentu saja Bian tidak akan membiarkan.Flavia mengangguk. Dia memang cukup kelelahan, padahal di dalam perjalanan pulang tadi pagi, dia juga sempat tertidur. Namun, tubuhnya seolah tetap saja kelelahan.“Aku akan rapikan barang-barang kita dulu.” Bian mendaratkan kecupan di dahi sang istri.Tidak ada asisten rumah tangga di apartemen Bian. Karena itu Bian mengerjakan sendiri. Dia akan me-laundry semua pakaiannya. Bian terbiasa tinggal sendiri sewaktu di luar negeri. Jadi tentu saja itu membuatnya tidak kesulitan dalam mengerjakan pekerjaan rumah.Suara bel yang terdengar di tengah-tengah Bian yang sedang asyik merapikan semua pekerjaanya, membuatnya segera beralih ke pintu apartemennya melihat siapa gerangan yang datang.“Mommy.” Bian melihat sang mommy datang ke

  • Perfect Partner    Bab 157 Periksa Kandungan

    Bian duduk di kursi belakang bersama dengan Flavia. Menemani sang istri. Wajah Flavia begitu pucat sekali. Hal itu membuat Bian begitu panik sekali. Bian menyesali keputusannya yang setuju dengan sang istri mengunjungi proyek. Jika seperti ini, dia akan memilih untuk di rumah saja. Akhirnya, mobil sampai di rumah sakit. Mereka sampai di ruang unit gawat darurat. Perawat langsung menyambut Flavia dan Bian. Perawat meminta Bian untuk memindahkan ke brankar, tetapi Bian menolak. Dia memilih menggendong tubuh sang istri masuk ke ruang perawatan. Perawat segera mengecek keadaan Flavia. Mereka segera memasang infus, karena Flavia tidak sadarkan diri. Dokter jaga segera mengecek keadaan Flavia. “Apa yang dirasakan pasien?” Dokter bertanya pada Bian.“Tadi pagi istri saya mual, pusing, dan siang ini tiba-tiba pingsan.” Bian menjelaskan pada dokter. “Bu, apa dengar suara saya.” Dokter memanggil Flavia. Flavia membuka matanya ketika samar-samar mendengar suara. Dilihatnya langit-langit ber

DMCA.com Protection Status