Setelah mendengar ucapan Marvin, Zach kembali berjalan menuju kamarnya. Dia langsung menjatuhkan tubuhnya ke ranjang. Kepalanya terasa sakit dan berat hingga dia terlelap.
Pagi harinya dia terbangun dan langsung mandi untuk menyegarkan dirinya. Dia berjalan ke kamar mandi dan menyalahkan shower, air membasahi kepala dan tubuhnya. Dia kembali mengingat perkataan Marvin semalam.
"Maafkan aku Al..., seharusnya kau tak menderita seperti ini. Maafkan pria tua yang pengecut ini. Tapi jika kau ijinkan, mulai sekarang aku akan mengibarkan bendera perang pada anakku. Hanya untuk memperjuangkanmu Al."
Perkataan itu terus berputar di dalam kepala Zach. Walau dirinya tengah menyegarkan pikirannya. Hingga beberapa menit kemudian dia menyudahi mandinya. Atau lebih tepatnya menyudahi renungan pagi harinya.
Dia keluar dari kamar mandi, berniat mencari tau kebenaran dari ucapan yang dia dengar semalam.
Dia berniat akan memancing ayahnya dengan men
Aleandra mendongak, senyumnya merekah melihat kehadiran pria yang dirindukan selama beberapa hari ini. Dan pria yang dia tunggu kehadirannya untuk menepati janjinya."UncleMarvin!" seru Jason berhambur ke pelukkan Marvin."Hai jagoan...! Akhirnya kita bertemu," ujar Marvin lalu menggendong Jason. Marvin menatap Aleandra yang tersenyum manis mendekat ke arahnya."Miss me?"tanya Marvin. Aleandra mendelik."Kau! Pria tua menyebalkan!" ujar Aleandra."Uncletadiauntysedang gelisah memikirkanmu danuncleZach. Tapi dia bilang kau berada di sini," ujar Jason menunjuk dada Marvin."Jason! Jangan katakan itu pada orangnya," ujar Aleandra terlihat malu. Marvin tertawa geli melihat wajah Aleandra yang memerah seperti tomat."Aku tau, maka dari itu aku ke sini," ujar Marvin. Membuat Aleandra semakin menunduk."Sudahlah Marvin! Jangan katakan itu pada
Marvin terbangun saat keadaan sudah gelap. Dia melihat wajah terlelap Aleandra begitu bersinar dan cantik dengan kesederhanaannya.Wanita di hadapannya itu... Sekarang telah menjadi miliknya. Walau belum secara resmi dia mengatakannya pada orang lain. Namun dia kembali mengingat saat dirinya berada di dalam wanita itu. Begitu sempit seolah miliknya diremas sesuatu yang hangat.Membayangkannya saja, dapat membuat dirinya di bawah sana kembali mengeras. Namun dia tak ingin mengganggu wanita yang terlelap itu. Dia beranjak dari ranjang dengan perlahan lalu ke kamar mandi untuk menenangkan dirinya yang menegang.Sekitar sepuluh menit kemudian, dia keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang sudah segar, dirinya hanya memakai celana boxer ketat berwarna abu.Lalu dia juga mengambil pakaian yang memang sengaja dia siapkan untuk Aleandra jika wanita itu menginap.Seolah semua yang terjadi adalah memang sudah dia rencanakan, walau kenyataannya semua mengal
"Zach?"Marvin mengerutkan keningnya heran. Karena merasa tak mengatakan apapun pada anak sulungnya. Tentang pembelian sebuah rumah di Geraldton."Aku tak percaya kau akan pindah ke sinidad,bagaimana Sydney? Kau menyerahkannya pada Dave?" tanya Zach memicingkan matanya. Dia mengetahui Marvin membeli sebuah rumah di Geraldton dari ibunya, yang memang mempunyai mata-mata."Masuklah dulu, kita bicara di dalam," ujar Marvin.Lalu kedua pria berbeda generasi itu masuk."Siapa yang datang?" tanya Aleandra. Dia ikut terkejut, saat menoleh dan mendapati Zach di belakang Marvin."Al... Kau di sini juga?" tanya Zach tak terlihat terkejut. Dia memang sudah mengira ayahnya secara tiba-tiba membeli sebuah rumah di Geraldton. Apalagi jika bukan untuk mengajak Aleandra ke tempat itu. Namun merasa tak terima jika apa yang dia pikirkan itu benar, Zach memilih tak memikirkan itu. Dia tetap akan berpura-pura tak mengetahui hubungan
Di sebuah apartemen mewah, tempat seorang wanita sedang berakting untuk kembali mendapatkan perhatian seorang Zach Williams.Wanita bernama Anna yang sempat mempengaruhi kehidupan Zach. Sampai pria itu menjadi tak mempunyai jalan hidup yang jelas dan tak beraturan.Sekarang pria itu tengah membantu Anna memandikan anjing peliharaannya. Membuat baju Zach basah dan mengharusnya untuk menumpang mandi, setelah acara memandikan anjing tersebut selesai.Zach membuka bajunya, memperlihatkan tubuh liatnya yang terpahat sempurna."Sepertinya aku juga harus mandi Zach, lihatlah... Bajuku basah semua," ujar Anna. Dia memang sudah berniat untuk menggoda Zach dengan segala cara."Kalau begitu kau duluan saja, aku akan menunggumu selesai. Selagi menunggu, aku akan mengeringkan mahkluk kecil berbulu ini. Agar dia tak membuat apartemen ini basah, karena tetesan air dari bulunya," ujar Zach beralasan. Dia sama sekali tak ingin memanfaatkan kesempatan untuk menyetub
Dave tak percaya dengan apa yang diceritakan oleh Marvin. Setelah dia berhasil menyadarkan Marvin dari mabuknya, saat dia baru saja tiba dan mendapati Marvin yang mabuk dan terhuyung jatuh kepelukkannya.Dia masih tak percaya bahwa kakak dan ayahnya memperebutkan satu wanita. Dan kebodohan kakaknya semakin membuat ia tak habis pikir."Jadi itu alasandadpindah ke sini? Untuk mengejar wanita yang juga menjadi incaran Zach?" tanya Dave."Aku yang lebih dulu menemukannya Dave! Jangan memutar balikkan cerita," ungkap Marvin. Pria itu sedang berbaring di sofa dengan meletakkan satu tangan di keningnya dengan mata terpejam. dan tangan satu lagi memegang perutnya."Ya baiklah, anggap saja aku bilang begitu semoga kau menang. Aku akan mandi dan tidur saja," ujar Dave beranjak dari ruang keluarga."Dave! Kau memintaku bercerita, hanya untuk mengejekku lalu pergi?" tanya Marvin terduduk menatap punggung Dave."Hem... Aku tak pandai
Pesta perayaan ulang tahun Jason tak jadi terlaksana, karena ada sebuah tragedi yang mempertemukan kembali Leanor dengan ayah kandung dari Jason.Hingga beberapa hari setelah tragedi itu terjadi, Marvin berniat membicarakan tentang hubungannya dengan Aleandra kepada Zach. Sebelum dia kembali ke Sydney, untuk mengurus perusahaannya lagi. Karena Dave harus pergi dari Sydney, untuk mengurus tugas pekerjaannya sebagai photografer model.Hari ini di rumah Aleandra saat Leanor dan Jonathan sedang mengantar James pulang dari rumah sakit.Aleandra sedang menunggu kedatangan Marvin. Sementara Zach, yang masih berpura-pura tak mengetahui hubungan mereka, mencoba untuk merayu Aleandra agar memakai cincin pemberiannya waktu itu.Aleandra berniat mengembalikan cincin itu, dia tak ingin Zach terus berharap, apalagi saat ini dirinya dan Marvin akan mengakui sesuatu yang pasti akan menyakiti hati Zach."Aku masih bisa menunggu Al, sampai kau siap. Aku tak masalah
Mata Zach menatap tajam Marvin dan Aleandra."Aku tunggu di ruanganku Al!" ujar Zach ketus dan berjalan lebih dulu.Marvin dan Aleandra saling menatap, Marvin mengelus pipi Aleandra."Kau sungguh nekat, bagaimana kau menanganinya nanti?" tanya Marvin, Aleandra meraih tangan Marvin yang berada di pipinya."Aku masih ingin membuktikan bahwa apa yang kau ucapan itu benar; tentang dirinya yang akan mengejarku walau aku menolaknya," ujar Aleandra tersenyum jahil."Jangan terlalu keras, sudahlah... Susul dia. Aku pergi sekarang." Marvin mengacak rambut Aleandra."Baiklah." Aleandra merapikan rambutnya lalu sedikit berlari untuk kembali ke tempatnya. Zach sudah menunggunya, begitu Aleandra tiba. Zach membawa Aleandra masuk ke dalam ruangannya.Zach duduk di sofa, Aleandra hanya berdiri di hadapannya, menunggu pria itu bicara."Jelaskan apa hubunganmu dengan Marvin?" tanya Zach seolah Aleandra telah berselingkuh darinya."Untuk
Tubuh yang lelah akibat percintaan panas yang membuat Aleandra merasakan kenikmatan berulang kali. Membuat dirinya terlelap begitu larut. Hingga dirinya tak sadar seseorang tengah menaiki ranjangnya semalam dan memeluknya dalam tidur. Dia mengira itu adalah perbuatan Marvin karena memang hanya pria itu yang berada di rumah tersebut.Namun saat dia terbangun di pagi hari. Dirinya terkejut mendapati Zach yang memeluknya semalaman. Membuat Aleandra memekik dan memukul-mukul tubuh Zach hingga pria itu terbangun."Ouch... Ada apa Al? Kenapa kau memukuliku?" tanya Zach."Ada apa kau bilang?!" tanya Aleandra ketus. "bangun! Kenapa kau bisa di sini, astaga... Jadi yang memelukku semalam itu kau?! Kau sungguh kurang ajar!" bentak Aleandra lalu beranjak dari ranjang. Dia mengambil tasnya dan pergi meninggalkan rumah itu tanpa pamit pada Marvin demi menjauhi Zach yang mungkin mengira dirinya hanya ke kamar mandi.Aleandra langsung menaiki taksi dan menuju bandara un
Seorang anak perempuan yang saat ini menjadi malaikat di rumah bergaya Eropa itu. Membuat suasana rumah itu menjadi berwarna, senyum dan tawa menjadi keseharian yang tak pernah terlewatkan oleh balita yang saat ini sudah berusia satu tahun. Marveille Beverly Williams… anak perempuan dari hasil pergulatan Marvin Williams dan Aleandra Beverly. Saat ini sedang menjadi pusat perhatian karena tengah berjalan di depan kedua orangtuanya yang sedang menuju kepelaminan di taman bunga rumah mereka. Yang telah disulap menjadi tempat resepsi pernikahan. Bocah perempuan itu berjalan di samping bocah laki-laki yang lebih besar darinya. Sambil menabur kelopak bunga, yang mereka bawa dengan menggunakan keranjang kecil. Lagu instrumen mengalun indah mengiringi langkah mereka
Kelahiran seorang anak perempuan menjadi sebuah kebahagiaan yang indah bagi Marvin dan Aleandra. Anak perempuan yang begitu mirip dengan ayah dari anak itu.Marvin semakin mencintai Aleandra lebih dari sebelumnya. Dirinya tak henti mengecup Aleandra, setelah wanita yang dia cintai itu berhasil melahirkan anak dari hasil buah cintanya. Marvin tampak sangat bahagia saat dirinya menggendong bayi mungil itu ke dalam pelukkannya. Dirinya sampai menangis terharu melihat bayi perempuan mungil yang berada dalam dekapannya. Aleandra tersenyum melihat Marvin yang terlihat sangat bahagia. Memiliki seorang anak dari hasil perbuatan nakal dan mesum keduanya. Aleandra kembali mengingat kejadian yang mengharukan yang sempat membuatnya dan Marvin bers
Pagi harinya... Marvin kembali mendapat kejahilan Aleandra yang menginginkan masakan darinya. Aleandra terlihat duduk dengan manis di depan meja makan. Memperhatikan Marvin yang dengan santainya menggunakan celemek berwarna pink miliknya, sambil membuatkan sepiring nasi goreng. Keinginannya yang aneh dengan meminta Marvin membuatkan sarapan, namun harus menggunakan celemek kesayangannya. Entah bagaimana bisa terpikir oleh dirinya untuk menjahili suaminya. Walau mereka belum secara resmi menikah di gereja. Namun lamaran Marvin kemarin sudah menjadikan dirinya seorang Mrs.Williams. "Jangan menyebarluaskan fotoku Al! Cukup kau yang melihatku semanis ini. Karena ini khusus untukmu, mengerti?" tan
Beberapa bulan kemudian, perut Aleandra sudah semakin membesar dan ini adalah bulannya dia akan melahirkan.Aleandra sangat rajin bergerak demi memperlancar proses persalinannya. Dia berjalan ke sana ke sini. Membuat Marvin yang melihatnya menjadi pusing sendiri."Al bisakah kau duduk?" tanya Marvin."Aku harus bergerak agar nanti saat persalinan lebih mudah," jawab Aleandra."Tapi tidak sampai seperti itu. Kau bisa kelelahan Al," ujar lagi Marvin."Baiklah... Aku akan istirahat sebentar." Lalu Aleandra duduk di samping Marvin.Pria itu memang sudah tak menggunakan kursi roda. Namun dia menggunakan tongkat jika berjalan terlalu lama dan jauh."Apa dia berat? Apa kau tak lelah membawanya kemana-mana?" tanya Marvin, sambil mengelus perut Aleandra."Tenanglah... Dia sama sekali tak menyusahkan. Aku sangat senang saat dia menendang," jawab Aleandra."Bagian mana yang sering dia tendang Al?" tanya lagi Marvin. Membawa Aleandr
Pagi itu, menjadi pagi terpanas yang dialami Aleandra dan Marvin. Mereka... entah menggunakan gaya seperti apa. Hingga keduanya melakukannya sampai dua kali.Dan sekarang... Keduanya kelaparan dan sibuk menyiapkan makanan di dapur. Marvin duduk diam dengan senyum yang membuat Aleandra terus tersipu."Berhenti memandangku seperti itu," ujar Aleandra."Memandangmu seperti apa Al?" tanya Marvin."Seperti srigala yang ingin menerkam domba kecil tak berdaya sepertiku," jawab Aleandra dengan kiasannya yang membuat Marvin tergelak."Kau itu domba yang sedang mengandung Al. Bagaimana bisa kau diumpamakan sebagai domba kecil?" tanya Marvin menggoda wanita yang sedang serius menyelesaikan masakannya itu."Perlu kuingatkan. Bahwa kau yang membuatku seperti ini. Tadinya aku adalah domba kecil yang polos." Aleandra mencebik lalu tertawa menampilkan deret giginya. Dia meletakkan masakannya ke atas meja lalu duduk di samping Marvin."Aku akan membua
Sebuah bunyi terdengar dari perut Aleandra yang baru saja mencoba memejamkan matanya. Marvin tersenyum dan menatap Aleandra yang menyerukkan kepalanya semakin masuk ke dalam pelukkannya."Bangunlah Al... Kau yakin akan membiarkan anak kita kelaparan?" tanya Marvin.Aleandra mendongak dan menggeleng cepat sambil tersenyum menampilkan deret gigi putihnya."Ayo kita keluar. Gadis yang bersama Dave tadi pasti akan kembali dengan makanan.""Hm... Aku tak yakin. Bianca ceroboh. Dia sering melupakan sesuatu. Dan aku rasa..., tadi dia melupakan dompetnya.""Mungkin dia memang ceroboh. Tapi tidak dengan Dave. Barusan aku yang menyuruhnya untuk mengantar Bianca membeli makanan." Aleandra beranjak dari dekapan Marvin dan mengerutkan keningnya bingung."Kapan kau menyuruh Dave?""Gerakan mata dan alis. Maka dia sudah mengerti," jawab Marvin santai."Dia memang lebih bisa diandalkan dibandingkan Zach,” ujar Aleandra. Marvin tergelak m
Aleandra beranjak dari pangkuan Marvin. Walau dirinya sejak tadi tak benar-benar duduk di pangkuan pria itu. Dia menatap Marvin dengan mata yang memicing tajam. Mengingat alasan kepergiannya karena wanita ular tersebut."Tapi... Kenapa Al?" tanya Marvin."Aku tak akan kembali, sebelum wanita tua itu pergi dari rumahmu!" ungkap Aleandra bersedekap dada."Dia sudah pergi Al. Apa Zach tak menceritakannya padamu?""Bagaimana aku bisa berceritadad.Dia tak mengijinkanku bicara," ujar Zach masuk ke dalam pembicaraan antara Marvin dan Aleandra. Dia baru saja tiba setelah menunggu lama di toko bunga Elena. Namun tak ada satupun yang tiba. Hingga dia menghubungi Dave. Dan di sinilah dia sekarang.Merasa sudah cukup memberikan waktu kepada Marvin dan Aleandra untuk pertemuannya kembali. Dave, Elena dan Bianca ikut masuk mengekor dengan Zach."Ayo Al... Kita kembali. Aku akan ceritakan semuanya di rumah," ujar lagi Marvin. Dia masih
Ruangan yang dipesan Marvin memanglah cukup besar jika hanya mereka bertiga yang makan malam.Maka dari itu Marvin yang melihat seorang wanita kenalan Dave. Mengajak wanita itu untuk bergabung. Karena melihat kelakuan anak bungsunya yang terlihat tak bisa bergerak cepat untuk seorang wanita cantik.Elena yang merasa menjadi pusat perhatian kedua pria tersebut, bergerak gelisah. Meruntuki Bianca dan Aleandra yang tak kunjung datang membuatnya semakin serba salah."Well...Mrs.Grimson. Jadi kau memiliki toko bunga di dekat rumah sakit tempatku dulu dirawat karena mengalami kecelakaan?" tanya Marvin mencoba mencairkan suasana canggung yang terjadi. Dave memang payah dalam hal wanita. Anaknya itu malah memainkan ponselnya dengan serius."Elena saja. Aku tak terbiasa dengan panggilan nama belakang almarhum suamiku. Dan ya... Itu usahaku satu-satunya untukku melanjutkan hidup,” ungkap Elena."Oh... Maaf, aku tak bermaksud...."
"Zach?" gumam Aleandra, lalu dia bergegas membawa beberapa tangkai mawarnya dan berjalan memasuki toko."Al! Tunggu!" panggil Zach. Pria itu berusaha mengejar.Elena menoleh saat Aleandra memasuki toko dengan terburu-buru."Ini bunga mawarnya ka. Jika ada yang mencariku jangan katakan aku adalah Aleandra," ujarnya. Lalu Aleandra melanjutkan langkahnya menuju toilet."Hah? Ada apa Al?" tanya Elena bingung."Aleandra!" Panggil lagi Zach memasuki toko bunga. Aleandra terhenti, dirinya tak lagi bisa bersembunyi dari Zach. Sementara pandangan Zach beralih pada Elena."Kau?! Oh ternyata kau memang pembuat onar! Apa yang kau lakukan dengan adikku? Hah?!" tukas Elena."Dia adikmu?" tanya Zach bingung."Ya! Dia adikku!""Tidak! Dia Aleandra, dia hanya mempunyai satu kakak bernama Leanor." kata Zach."Siapa Aleandra? Dia itu Alexandra!"Zach yang menjadi kesal, melangkah maju hendak mendatangi Aleandra. Namun Elena l