Share

Bab 7

Author: Irhen Dirga
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sampai di kantor, Dayton langsung masuk ke ruangannya dan duduk menyerendengkan kepalanya di kursi kebesarannya, Joseph masuk ke ruangan atasannya dan melihat kegundangan hati sang atasan.

“Pak.” Joseph membuat Dayton sadar dan memperbaiki duduknya.

“Ada apa?”

“Ada meeting yang akan Anda hadiri pagi ini.”

“Baiklah, kamu bisa pergi.”

Joseph menundukkan kepala lalu berjalan keluar dari ruangan atasannya.

♥♥♥

Alice memilih tak ke sekolah lagi, sedangkan sang ayah dan ibu tak memaksa Alice untuk sekolah, Alice lebih memilih untuk menghabiskan waktunya mempersiapkan pernikahannya, hal yang sangat membahagiakannya adalah hal ini. Menikah dengan pria idaman dan menjalin sebuah hubungan yang sebelumnya tak pernah ia lakukan.

“Apa yang sedang kamu lakukan, Sayang? Kenapa tak ke sekolah? Bukan kah kamu harusnya lulus tahun ini?” tanya sang mommy.

“Sekolah itu sudah tak penting, Mom, sebentar lagi ‘kan aku menikah tentu saja hal yang terpenting adalah mempersiapkan pernikahanku,” jawab Alice membuat sang mommy menggeleng pelan.

“Baiklah. Windra memanggilmu untuk bertemu di butik jadi pergilah, Nak,” ujar Lucia.

“Windra? Kakaknya Zach? Benarkah, Mom?”

“Iya dia barusan telpon di nomor Mommy, jadi Mom sampaikan ke kamu.”

“Kenapa tak menelponku saja?”

“Dia ‘kan tak tau nomor ponselmu, Nak.”

“Oh iya benar juga, baiklah kata Windra aku ke sana jam berapa?”

“Jam 10 pagi, Sayang.”

“Sekarang sudah hampir jam 10, aku tidak boleh membuat kakak iparku menunggu, aku harus bergegas ke sana,” seru Alice. “Thanks, Mom, atas penyampaiannya,” sambung Alice mencium sang mommy sembari berlari menuju lantai atas, Lucia menggelengkan kepalanya ketika melihat semangat sang putri yang akan menikah dengan pria yang akan di jodohkan dengannya. Pernikahan Alice akan menjadi pernikahan yang membahagiakan buat Alice, ia bersemangat sekali untuk mempersiapkan pernikahannya sendiri.

Alice mengambil ponselnya dan menelpon seseorang di seberang sana. Alice begitu bahagia ketika kakak iparnya itu menyuruhnya ke butik setelah sewaktu pertemuan ia tak pernah menunjukkan senyumnya sama sekali, menandakan bahwa Windra tak suka padanya.

Alice bergegas pergi dan melajukan mobilnya menjemput Angelica, Alice tak pernah menyangka jika ternyata penilaiannya terhadap Windra salah.

Sepuluh menit kemudian Alice sampai di suatu tempat di mana Angelica menunggunya, Alice memicingkan mata melihat Angelica yang sedang menatap dengan pandangan kosong, Alice menggeleng karena tau bahwa sahabatnya itu sedang ada masalah, Alice memencet klakson mobil menyadarkan Angelica dari lamunannya yang sejak tadi membawanya pergi, Angelica tersenyum lalu berjalan memasuki mobil mewah milik Alice sahabatnya.

“Ada apa dengan wajahmu itu?” tanya Alice.

“Hem? Oh aku tidak apa-apa, Lice, hanya banyak pikiran saja.”

“Jadi kamu sudah tak ingin curhat padaku lagi?” tanya Alice.

“Bukan gitu.”

“Jika bukan begitu, lalu apa yang kamu khawatirkan sampai tak mau cerita padaku?” tanya Alice yang masih fokus mengemudikan mobilnya menuju butik.

“Aku harus pindah dari apartemen saudaraku.”

“Kenapa?”

“Ingin pindah saja karena apartemen itu sudah akan di jual.”

“Terus apa yang kamu pikirkan? Tinggal ikut dengan saudaramu kan di mana ia akan pindah.”

“Tak semudah mengatakannya, Alice.”

“Terus kamu mencari tempat tinggal?”

“Hem, aku seharian ini sudah keliling mencari tempat tinggal yang murah yang bisa aku bayar sewanya, tapi sangat susah untuk mencari tempat,” ujar Angelica.

“Kamu akan tinggal denganku jika memang kamu tak memiliki tempat.”

“Apa? Haha jangan becanda, Alice, aku tak mau merepotkanmu.”

“Jika tak merepotkanku, bagaimana? Siapa yang akan kamu mintain tolong, jangan menolaknya, Angel, aku sudah menganggapmu seperti saudaraku sendiri, kamu ‘kan tahu aku tak memiliki saudara perempuan jadi akan sangat menyenangkan jika kita tinggal bersama.”

“Kamu akan menikah, tentu saja kamu tak akan tinggal bersama orang tuamu, Alice, jangan mengatakan hal yang tak masuk akal, bantu saja aku mencari jalan keluarnya tanpa melibatkanmu di dalamnya.”

“Atau mau aku pinjamkan uang saja untuk sewa bulananmu?” tanya Alice.

“Tentu saja aku tidak mau, Alice.”

“Aku tahu jawabanmu. Terus kamu mau apa, Angel?”

“Aku harus mencari jalan keluarnya tanpa melibatkan kamu.”

“Aku bosan mendengarnya, sampai kapan kamu akan terus menolak bantuanku?”

“Aku benar-benar tak ingin merepotkanmu, Alice,” kekeh Angelica.

“Ya sudah, pikirkan saja sendiri dan katakan padaku jika kamu membutuhkan bantuan, jangan sungkan-sungkan,” ujar Alice.

Sampai-lah mereka di butik, Angelica dan Alice berjalan masuk ke butik dan di sambut hangat oleh sebagian pegawai butik dengan membungkukkan kepala.

“Temui saja kakak iparmu itu, aku akan melihat-lihat,” bisik Angelica, Alice menganggukkan kepala dan menghampiri Windra yang sedang membaca sebuah majalah.

“Hai, Win,” sapa Alice membuat Windra mendongak kesal.

“Dari mana saja kamu? Aku sudah mengatakan pada ibumu untuk menemuiku jam 10.”

“Maaf jalan macet tadi jadi aku terlambat.”

“Aku tak suka ya sama orang yang tak disiplin waktu, buang tenaga saja, jika aku tak mengingat bagaimana adikku akan menikah, aku tak akan menunggumu di sini karena itu hanya merepotkanku,” omel Windra.

“Aku—“

“Tak perlu banyak bicara, pilih saja mana yang kamu suka dan bungkus lalu bawa pulang-lah, aku tak punya waktu untuk menunggu dan menemanimu di sini,” ujar Windra kesal.

“Jadi, kamu menyuruh saya kemari hanya mau memarahiku? Aku baru telat semenit dan kamu membesar-besarkannya?” tanya Alice yang tak bisa menahan amarahnya.

“Aku sudah mengatakannya barusan jika aku lebih menyukai orang yang lebih disiplin akan waktu, jadi jangan membuang-buang waktuku, pilih saja apa yang kau suka dan bawa-lah pulang,” ujar Windra kesal.

Angelica melihat-lihat deretan gaun pernikahan yang telah menjadi pajangan toko, Angelica juga melihat beberapa pasangan yang sedang mencoba gaun pernikahan dan begitu pun setelah pengantin pria, Angelica membayangkan jika saja dirinya seperti pasangan itu, Angelica tersenyum ketika membayangkan jika wanita itu adalah dia dan pria itu adalah calon suaminya, suara Alice membuat lamunan Angelica buyar seketika, Angelica menghampiri Alice yang sedang beradu mulut dengan calon kakak iparnya itu.

“Ada apa, Alice?” tanya Angelica, melihat sahabatnya itu sedang marah.

“Asal kamu tahu, ya, sejak awal aku tidak pernah meminta bantuanmu untuk menemaniku memilih gaun pengantin, jadi di sini yang aneh siapa? Kamu atau aku? Kamu pikir aku tidak mampu membeli gaun pengantin sampai caramu memperlakukanku seperti ini? Aku bisa membeli toko ini sekaligus jika aku mau, jadi kamu tak usah meremehkanku,” ujar Alice membuat Angelica mencegahnya, namun Alice terlanjur terpancing, tentu saja jika Alice terus mengatakan hal itu, pernikahannya dengan Zach hanya akan menjadi kenangan jika saja Windra melaporkannya pada Zach tentang bagaimana sikap Alice.

“Sombong, kamu pikir hanya kamu yang bisa membeli tempat ini? Aku juga bisa, jadi kamu tak perlu menyombongkan harta orang tuamu,” ujar Windra menyunggingkan senyum.

“Nyonya hentikan, Alice ini adalah calon adik ipar Anda, jadi Anda tak perlu memperlakukannya seperti ini karena tujuan anda memanggilnya kemari bukan untuk beradu argument,” sambung Angelica yang tak tau bagaimana menyikapi suasana yang sudah menjadi tontonan ini.

“Kamu siapa? Kamu pikir aku sudi menjadi kakak iparnya? Dasar!” ujar Windra menyeringai.

“Ayo kita pergi dari sini, lebih baik aku membatalkan pernikahaku dengan Zach di bandingkan harus hidup bersama dengan kakaknya yang seperti ini,” ujar Alice menarik tangan Angelica untuk keluar dari butik.

Alice berjalan meninggalkan butik di susul Angelica, Alice meninggalkan mobilnya yang ia parkir di bahu jalan dan memilih berjalan kaki, Alice dan Angelica masuk ke café.

“Alice, apa kamu yakin akan membatalkan pernikahanmu dengan Zach? Bukankah kamu mencintainya?” tanya Angelica.

“Tentu saja, jika aku tak membatalkannya sekarang, itu hanya akan merugikanku hidup bersama pria yang memiliki saudara sangat lancang,” ujar Alice menitikkan air mata dan Angelica berusaha menenangkannya dengan cara menepuk punggung Alice.

“Jangan memutuskan semuanya berdasarkan emosimu, Alice, kamu tak akan hidup bersama kakaknya itu, kamu akan hidup bersama Zach, hanya kalian berdua bukan kakaknya itu,” ujar Angelica.

“Aku tak bisa, Angel, dia sudah membuat perasaanku hancur dengan mengataiku di depan banyak orang.”

“Apa itu penting? Bagaimana dengan orang tuamu?” tanya Angelica berhasil membuat Alice terdiam.

Alice mengacak-ngacak rambutnya dan mencoba menenangkan perasaannya di pelukan Angelica, sebagai sahabat Angelica hanya bisa menenangkan Alice dengan cara mengelus punggungnya.

Related chapters

  • Perfect Husband (Dayton And Angelica)   Bab 8

    Angelica masuk ke gedung apartemennya dengan berjalan sempoyongan seperti biasa membuatnya duduk di depan kamarnya, Angelica memilih tak masuk ke dalam apartemen karena ia tak bisa bertemu kakaknya yang sudah menunggunya sejak tadi. Angelica mencoba mengatur napasnya dan duduk di depan kamarnya. Suara pintu terbuka terdengar membuat Angelica tersadar dan beranjak dari duduknya, Arminda sedang menatapnya kesal, membuat Angelica tak bisa mendongak karena begitu bingung harus mengatakan apa jika sang kakak menanyakan tempat tinggalnya. “Apa kamu sudah mendapatkan tempat tinggal?” tanya Arminda tanpa menyuruh Angelica untuk masuk. “Aku belum mendapatkannya,” jawab Angelica, lalu menundukkan kepala. “London luas bodoh, kenapa di kota seluas ini kamu tak mendapatkan satu pun tempat?” “Karena biaya sewanya sangat mahal, aku sudah berusaha seharian ini, tapi aku tak mendapatkan tempat yang sesuai dengan pendapatanku, kamu ‘kan tahu aku hanya bekerja sebagai make up artis,” ujar Angelica yang m

  • Perfect Husband (Dayton And Angelica)   Bab 9

    Angelica tak bisa mengatakan apa pun lagi, permintaan Alvin membuat para wanita ini tak bisa bergerak dari tempatnya dan mengatur segala kebutuhan Angelica di dalam kamar.Dayton masuk ke dalam kamar dan melihat para pegawai butik sedang menyiapkan dan mengatur segalanya, Angelica menghampiri Dayton dan berusaha mengatur napasnya karena sikap Dayton seperti ini membuatnya sedikit salah paham.“Apa semua ini di butuhkan?” tanya Angelica dengan berbisik.“Tentu saja, kamu akan tinggal di sini sementara waktu.”“Kata siapa?"“Terus kamu ada tujuan lain?”Angelica menggelengkan kepalanya.“Aku hanya berusaha membantumu karena kamu adalah sahabat adikku,” ujar Dayton.“Tapi, menurutku ini berlebihan.”“Jangan selalu menolak niat baik orang lain.”“Tapi—““Apa kamu tak bisa menikmatinya saja?”“Aku bukannya menolak, tapi ini semua pasti membutuhkan uang yang banyak dan aku terdengar seperti merepotkanmu.”“Kamu sejak awal sudah merepotkanku jadi lakukan saja apa yang aku peri

  • Perfect Husband (Dayton And Angelica)   Bab 10

    Angelica sedang merias Rihana yang sedang menatapnya sejak tadi, Angelica berusaha tak memperdulikannya sampai Rihana mengatakan sesuatu.“Aku lihat hari ini kamu berpakaian feminim.”“Aku terpaksa,” jawab Angelica.“Terpaksa karena apa? Dan … kelihatannya gaun dan sepatumu itu sangat mahal. Aku tahu sekali.”“Ini tidak mahal sama sekali, kok.”“Jangan membohongiku, Angel, aku tau itu pakaian dan sepatu dari butik ternama. Apa kamu lupa? Aku ini artis dan aku mengetahui semuanya tentang fashion,” ujar Rihana membuat kru lainnya memicingkan mata.“Oh.”“Apa kamu menjadi simpanan pria kaya?”“Ha ha ha, jangan mengejekku,” geleng Angelica.“Terus? Kamu mencurinya?”“Tentu saja tidak, apaan sih.. sepertinya pertanyaanmu itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaan kita,” ujar Angelica membuat Rihana geram.“Aku ‘kan hanya bertanya, apa susahnya untuk menjawabnya? Lagian semua orang tau jika gajimu itu tak akan cukup membeli pakaian mewah itu walaupun sampai 5 tahun kamu bekerja

  • Perfect Husband (Dayton And Angelica)   Bab 11

    Dayton sedang meeting dan mendengar proyek yang sedang di presentasikan oleh salah satu pegawainya, Dayton menganggukkan kepala mendengarnya tanda jika ia memahaminya. Sejenak ia di ganggu oleh suara telfonnya, melihat sang adik yang menelfonnya, Dayton berusaha tak perduli, Dayton menyuruh Joseph untuk mengangkatnya, Joseph menganggukkan kepala lalu keluar dari ruangan rapat. "Halo?" jawab Joseph. "Mana kakakku?""Dia tak bisa di ganggu, Nona, karena beliau ada rapat," jawab Joseph. "Katakan padanya untuk menelponku.""Tapi, beliau ada rapat.""Katakan saja padanya ini tentang Angelica.""Baiklah, Nona, akan saya sampaikan.""Ya sudah, katakan padanya dan jangan lupa," ujar Alice mengakhiri telfonnya dan kembali menghampiri Zach yang sedang menunggunya.Joseph kembali menghampiri atasannya itu dan duduk tepat di belakang sang atasan."Pak, Nona Alice ingin anda menelfonnya", bisik Joseph. "Selesai rapat aku akan menelponnya.""Katanya ini penting, tentang Nona Angel

  • Perfect Husband (Dayton And Angelica)   Bab 12

    Angelica berusaha melepas genggaman tangan Dayton tapi genggaman itu malah semakin kuat dan Alvin enggan melepasnya.“Ada apa ini? Kenapa kamu kembali? Apa kamu membawa Bodyguard bersamamu?” tanya Rihana menghampiri Dayton dan Angelica.“Lepaskan aku,” bisik Angelica tapi tak di perdulikan Dayton.“Minta maaf-lah sama dia, perlu berlutut di depan kakinya,” ujar Dayton membuat Anjy menghentikan Dayton yang sudah keterlaluan menyuruh artis papan atas berlutut, mendengar hal itu Rihana malah tertawa bak harimau yang siap mengaum mencari mangsa.“Anda siapa? Kenapa datang-datang malah menyuruh artis saya berlutut?” tanya Anjy.“Hentikan, Day,” bisik Angelica lagi-lagi tak di perdulikan Dayton.“Siapa dia, Angel? Suruh dia menghentikan semuanya jika ia tak mau sampai berurusan dengan polisi,” ujar Anjy.“Hei, Angelica, kamu hanya bisa menerima kenyataan sekarang,

  • Perfect Husband (Dayton And Angelica)   Bab 13

    Sepeninggalan Joseph, Dayton memijat pelipis matanya, ia benar-benar terlupa telah menyuruh Joseph menelpon Damian."Damian pasti ingin menanyakan tentang apa yang terjadi, aishh... Aku benar-benar bodoh telah melakukan semua itu demi wanita tak tau terima kasih," gumamnya.Angelica masih di kamarnya sedangkan Dayton sudah keluar dari kamar dan menuju ke kantor, ia sudah meninggalkan rapat hanya untuk wanita yang tidak pernah tau terima kasih, Angelica mendesah tak percaya jika ia mengatakan hal yang sudah pasti membuat Dayton tersinggung, Angelica mengacak rambutnya frustasi.Angelica keluar dari kamarnya dan mendapati hanya maid yang ada di dalam apartemen. Maid itu membungkukkan badan melihat Angelica yang keluar kamarnya."Apa anda membutuhka sesuatu?" tanya Maid itu. "Apa Tuanmu sudah pergi?""Iya barusan.""Baiklah, lanjutkan pekerjaanmu, saya harus ke suatu tempat," ujar Angelica hendak melangkah meninggalkan maid tapi langkahnya tiba-tiba terhenti."Tapi tunggu," ujar Ange

  • Perfect Husband (Dayton And Angelica)   Bab 14

    "Kenapa pria ini terlihat tak menyukaiku. Aish ... benar-benar tak akan mudah untuk menggaetnya, tapi tidak apalah, anggap saja ini sebuah perjuangan untuk menjadi orang kaya," batin Arminda."Aku dan Damian sedang membicarakan bisnis dan mom memanggilku kemari untuk menjodohkanku dengan wanita ini? Aku tak suka Mom, Dad ... aku bisa mencari jodoh sendiri selagi Mom dan Dad tak ikut campur, aku tau mana wanita yang baik dan tidak baik," ujar Dayton penuh penekanan. "Sejak kapan kamu terlihat membangkang, Dayton? Dad tak memberikan segalanya untuk membuatmu melawan kata dad dan Mommy mu," ujar Rayoen. Sedangkan Alice tersenyum."Aku tidak suka Dad dan Mom ikut campur dengan siapa jodohku," ujar Dayton. "Sadarlah, Dayton, kamu tidak pernah membangkang tentang apa yang ayahmu putuskan?" tanya Lucia heran. "Mom, Dad .. Kak Dayton memiliki hak untuk memilih dengan siapa dia akan bersama, Kak Dayton bisa mengurusnya, dia akan membawa wanita itu jika dia sudah siap," sambung Alice."Sia

  • Perfect Husband (Dayton And Angelica)   Bab 15

    "Aku minta maaf," ujar Angelica membuat Dayton menatapnya."Untuk apa?""Karena kamu sudah mau membelaku di depan semua orang, artikel baru saja muncul," ujar Angelica."Artikel? Tentangku?" tanya Dayton di susul dengan anggukan Angelica."Apa yang mereka katakan tentangku?""Semuanya memujimu.""Memujiku?""Hem, semua orang mengatakan bahwa kamu adalah pahlawan, karena menyelamatkanku, dan karir Rihana sudah berakhir, kontrak kerja dengan Romanov Agency telah di batalkan pihak Romanov," ujar Angelica. "Jadi mereka mengatakan hal itu tentangku?""Semua majalah memuatnya.""Jadi maksudmu sekarang aku sudah di kenal?""Iya, kamu adalah pria satu-satunya idaman mereka.""Mereka?""Hem, mereka mengagumimu.""Dan kamu?""Aku juga," jawab Angelica membuat Dayton tersenyum kecil.Suara ribut dari luar sana terdengar samar-samar, Angelica menghampiri pintu begitu pun dengan Dayton, Angelica sangat tau siapa yang memiliki suara itu, Axen pria yang selama ini selalu mengejarnya."Axen? Aku a

Latest chapter

  • Perfect Husband (Dayton And Angelica)   Bab 48 Extra Part

    Tujuh tahun kemudian.“Angel, kenapa kamu diam saja?” tanya Alice, duduk disamping kakak iparnya.“Aku hanya sedang berpikir, bahwa banyak hal yang sudah ku lalui,” jawab Angelice. “Aku sekarang bahagia.”“Kamu harus bersyukur bahwa kebahagiaan yang kamu alami saat ini, cukup membuktikan bahwa kamu kuat selama ini,” jawab Alice, mengelus punggung kakak iparnya.“Jujur, aku sering mengeluh tentang apa yang tidak aku miliki. Atau bahkan aku sering meminta kepada Tuhan seolah aku mendikte Dia. Padahal … Tuhan pasti sudah tahu dan paling tahu apa yang kita butuhkan dan apa yang terbaik buat kita. Hal ini berhubungan dengan pengalamanku bekerja sebagai make up artis. Aku masuk ke dalam rutinitas yang sangat amat membosankan. Kenapa? Karena aku orangnya memang mudah bosan, dan kalo sudah bosan, pikiran pasti kemana-mana. Salah satunya mengeluh kepada Tuhan, kenapa aku tidak seperti gini tidak seperti itu. Tapi kadang aku sadar bahwa apa yang aku lakukan salah, tapi juga aku tidak bisa

  • Perfect Husband (Dayton And Angelica)   Bab 47 Ending

    Dayton menatap wajah istrinya yang kini sedang menatapnya, karena mengerti, semuanya keluar dari kamar perawatan, dan membiarkan Dayton dan Angelica berduaan karena mereka sudah lama tidak pernah saling menatap.“Sayang, aku baik-baik saja,” kata Angelica. “Aku malu jika kamu terus melihatku seperti itu.”“Aku bahagia sekali kamu sudah sadar, Sayang, dan aku benar-benar takut kehilangan kamu,” lirih Dayton, menggenggam tangan istrinya dan menciuminya beberapa kali, ia duduk di hadapan Angelica istrinya yang kini menyerendengkan tubuhnya di ranjang pasien. “Aku melangkahkan kaki bersama dengan harapan. Dan, aku menunggumu dalam sepi, meski ditemani ketidakpastian. Terkadang hatiku perih, namun aku yakin kamu akan baik-baik saja.”“Aku bersyukur sekali memiliki dirimu, Sayang,” lirih Angelica.“Aku yang bersyukur bahwa kamu masih ada di sini, dan menatapku.”Angelica menganggukkan kepala.“Aku mohon sama kamu, jangan pernah menemui perempuan itu lagi, aku tidak akan bisa hidup j

  • Perfect Husband (Dayton And Angelica)   Bab 46

    Dayton tengah duduk diam dan menatap wajah pucat istrinya, ia menitikkan air mata, dan menggenggam tangan dingin itu lalu menciuminya sesekali.“Aku mohon. Kamu harus sadar, Sayang,” kata Dayton, menciumi pipi istrinya. “Aku menunggumu di sini. Dan, aku sangat merindukanmu.”Sesaat kemudian, Alice kembali dan membawa dua kotak makanan, Dayton menoleh melihat adiknya sesaat dan kembali menatap istrinya.“Kak, makan dulu,” kata Alice, membuat Dayton menghela napas.“Aku sudah makan tadi siang,” jawab Dayton.“Itu makan siang, Kak, ini makan malam,” kata Alice, menggelengkan kepala, dan menaruh dua kotak makanan itu di atas meja dekat sofabed.“Aku masih kenyang, taruh saja,” kata Dayton.“Kamu tidak pulang, Kak? Ganti baju dan menjenguk Alden,” tanya Alice.“Besok pagi aku akan pulang.”“Baiklah. Kalau begitu aku taruh makanannya di sini,” kata Alice.“Iya.”“Aku pulang dulu, Kak, besok pagi aku akan datang menggantikanmu.”“Hem.”Alice lalu melangkah meninggalkan Dayton

  • Perfect Husband (Dayton And Angelica)   Bab 45

    Beberapa hari telah berlalu, namun Angelica belum juga sadarkan diri, semua keluarga hanya berdoa dan menunggu Angelica sadar dan setelah itu ia bisa kembali pada keluarganya. Alden terus menangis, semua keluarga tahu, bahwa Alden peka terhadap musibah yang dihadapi ibu dan ayahnya saat ini.Dayton tak pernah berhenti untuk menemani istrinya, ia akan ke kantor dan mengerjakan pekerjaannya secepatnya dan kembali ke rumah sakit. Ia hanya akan ke mansion berganti pakaian dan mengecek Alden, setelah itu ia akan ke rumah sakit dan menemani istrinya.Semua urusan perusahaan akan di urus oleh Sas—direktur utama.Gunting yang menyayat perutnya melukai organ lainnya, dan ditambah lagi gunting itu adalah gunting yang sangat berkarat yang mampu membuat luka itu terinfeksi seperti luka Angelica.Kebaikan hati Angelica membuatnya terlupa bahwa Arminda tak akan berubah secepat itu, ia sampai melupakan bahwa Arminda tidak pernah menyukainya, dan dendam dihati Arminda sudah mengakar dihatinya s

  • Perfect Husband (Dayton And Angelica)   Bab 44

    Dayton kini tengah menandatangani semua dokumen yang kini memenuhi mejanya, semua harus selesai, dan ia amati agar tak ada kesalahan dalam proyek yang di jalankan perusahaannya. Dayton harus mengamatinya dengan teliti agar tak ada yang tumpang tindih.Kepanikan Joseph membuat Dayton menoleh dan menatap asistennya itu.“Ada apa, Joshep?” tanya Dayton. “Kau mengganggu konsentrasiku.”“Tuan, sesuatu terjadi,” kata Joseph, entah kenapa bibirnya seperti terkunci dan tidak bisa mengatakan sesuatu.“Ada apa? Apa yang terjadi? Apa kau tak bisa berbicara lebih jelas?” tanya Dayton, membuat Joseph menganggukkan kepala.“Tuan, Nyonya kini sedang di rumah sakit, beliau tertikam di kantor polisi,” jawab Joseph, membuat Dayton berdiri dari duduknya dan menatap taham ke arah asistennya itu.“Apa? Apa maksudmu?”“Saya mendapatkan telpon dari rumah sakit,” jawab Joseph.“Kau jangan bercanda, Jo,” kata Dayton.“Saya tidak bercanda, Tuan,” jawab Joseph.“Ya sudah. Kita ke rumah sakit sekaran

  • Perfect Husband (Dayton And Angelica)   Bab 43

    Angelica menggendong Alden di pangkuannya, ia jadi tidak kesepian jika Dayton beranjak kerja, karena Alden selalu menemaninya, atau Alice yang datang ketika dibutuhkan.Suara ketukan pintu terdengar, membuat Angelica berseru. “Masuk!”Alice masuk membawa kantong kertas di tangannya.“Aku tidak mengganggu, ‘kan?” tanya Alice, duduk disamping Angelica.“Ya tidak lah, Alice, kamu ini kayak sama siapa aja.”“He he,” kekeh Alice. “Aku bawa sesuatu untuk Alden.”Alice membuka kantong kertas yang di tangannya dan membuka beberapa lembar pakaian dan sepatu, membuat Angelica terkekeh ketika melihat antusias Alice membelikan sesuatu untuk putranya.“Ya ampun, Alice, lihat itu lemari Alden jadi full karena pakaian yang kamu beli, semuanya juga belum ada yang Alden pakai,” kekeh Angelica, menggeleng melihat Alice antusias.“Ini kan bisa di pakai di rumah, jalan-jalan, atau pas Alden sudah besar baru dipake,” jawab Alice. “Aku beli di babyshop yang bagus loh.”“Babyshop mana?”“Aku p

  • Perfect Husband (Dayton And Angelica)   Bab 42

    “Nak, ada apa? Kamu membutuhkan sesuatu?” tanya Lucia.“Aku akan mengambil makan untuk Angelica, Mom,” jawab Dayton.“Biarkan Kemal yang mengambilkannya,” kata Lucia. “Kemal, ambilkan makan untuk menantuku.”“Iya, Nyonya,” jawab Kemal, lalu melangkah meninggalkan majikannya.“Apa yang di lakukan Alden, Kak?” tanya Alice.“Dia tertidur di pelukanku,” jawab Dayton.“Ternyata kakakku ini sudah bisa menjadi Ayah,” kekeh Lucia, membuat semuanya tersenyum.“Dad akan menyewa babysitter untuk Alden,” sambung Rayoen—sang Papa.“Iya. Benar kata ayahmu, agar Angelica bisa bebas bergerak, dan tidak terkungkung,” kata Lucia, menimpali.“Aku menyerahkan semuanya ke Dad dan Mom,” jawab Dayton.“Bagaimana rasanya menjadi seorang Ayah, Bro?” tanya Zach.“Apa kau sudah menginginkannya?” tanya Dayton, kembali.“Jika di beri kesempatan, tentu saja aku mau,” jawab Zach, membuat Alice menyikut suaminya agar diam.“Itu akan terjadi jika benar kau menginginkannya, Nak,” kata Rayoen.“Ini, Nyo

  • Perfect Husband (Dayton And Angelica)   Bab 41

    Sampai di rumah sakit, semua perawat juga beberapa dokter menghampiri Dayton, membuat semua pengunjung keheranan melihat kesigapan mereka.“Istri saya mau melahirkan,” kata Dayton, membuat beberapa perawat mengambil ranjang pasien yang bisa di dorong dan membawanya ke hadapan Dayton dan Lucia.Dayton meletakkan istrinya dengan pelan di atas ranjang dorong, lalu menggenggam jari jemari suaminya.“Antarkan pasien ke ruang bersalin,” perintah salah satu dokter.Semua perawat pun sigap dan membawa Angelica ke ruang bersalin.“Tuan jangan khawatir, semua akan baik-baik saja,” kata dokter Hammers.“Lakukan yang terbaik untuk istriku, Tuan Hammers,” pintah Dayton.“Tentu.”Lucia menepuk punggung putranya. “Kamu tak usah khawatir, Nak, begitu juga Mommy melahirkanmu dulu,” kata Lucia.“Mom, apa semua akan baik-baik saja?”“Pasti, Nak, kan kamu dengar sendiri apa yang di katakan Hammers,” jawab Lucia.Dayton menyapu wajahnya dengan kedua tangannya, karena merasa khawatir atas apa

  • Perfect Husband (Dayton And Angelica)   Bab 40

    Dayton lagi-lagi mengabaikan istrinya dan terus berjalan. Ia tidak suka melihat istrinya keluar dari kamar tanpa memberitahukannya, lalu dengan santai Angelica mengobrol dengan lelaki lain, hal itu membuat hati Dayton terluka. Meski berlebihan, tapi seperti itulah Dayton yang sangat mencintai istrinya. “Sayang, kenapa kau diam saja? Kau tidak percaya ‘kan aku sedang hami dan mau mengobrol dengan lelaki lain?” tanya Angelica, berusaha mengejar suaminya yang masih berjalan didepannya. Angelica menggelengkan kepala berusaha sabar karena sepenuhnya adalah kesalahannya. “Kita kembali ke London saja,” kata Dayton. “Kok mendadak?” tanya Angelica. “Banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan.” “Kita ‘kan baru seminggu di sini, sisa seminggu juga ‘kan jadwal cuti kamu?” tanya Angelica. “Pokoknya kita harus pulang. Seminggu saja sudah membuatku muak di sini.” “Ada apa denganmu? Kenapa berubah seperti

DMCA.com Protection Status