Share

Sebuah Janji yang Terucap (50)

Adrian mendorong tubuh Tania lembut. “Tania maafkan aku…” desah Adrian.

Tania terdiam beberapa saat, lalu ia tersenyum. “Lupakan, Yan. Anggap itu tak pernah terjadi.”

Adrian beringsut mundur seraya menggigit bibirnya. Ada rasa sesak yang tiba-tiba menekan dadanya.

“Yan, kamu baik-baik saja, kan?” Tania menatap Adrian khawatir.

“Dadaku nyeri sekali,” desah Adrian seraya memukul-mukul dadanya.

“Kamu pasti kebanyakan merokok, Yan.”

Adrian menggeleng. Tiba-tiba, ia teringat pada Airin. Kecemasan menghantuinya.

“Kita ke rumah sakit, ya?”

“Tidak usah. Aku ingin pulang saja dan beristirahat.”

“Kalau begitu, aku antar, ya,” ujar Tania lagi.

“Sudah malam. Kamu istirahat saja di rumah.” Setelah berkata demikian, Adrian keluar dari apartemen Tania. Ia terus berjalan menuju parkiran dan masuk ke dalam mobilnya. Laki-laki itu melajukan mobilnya dengan pelan menembus gelapnya malam.

****

Alfian berjalan cepat mengikuti petugas IGD melewati koridor yang tengah mendorong brankar dari ambu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status