Kamipun langsung membagi tugas, agar kami dapat segera memulai pencarian. Aku dan Bima mendapat tugas mencari sekop atau apapun yang bisa di gunakan untuk menggali tanah, sedangkan Ara dan Eli bertugas membuat minuman yang lumayan banyak agar kami tidak dehidrasi nantinya. Setelah selesai dengan semua persiapan, kami juga membagi area pencarian menjadi dua kelompok,tentu saja Aku dengan Ara dan Bima dengan Eli. Karena tanah di area belakang cukup luas, untunglah aku masih sedikit mengingat area tempat pohon besar itu tumbuh. Karena setelah pohon besar itu ditebang, Nenek tidak menanami apapun di area itu, dan membiarkannya bersih."Kalian semua sudah siap? kita istirahat setiap setengah jam, agar tidak terlalu berat sekalian istirahat, bagaimana?""Begitu lebih baik, Deff. Kasihan Eli dan Ara kalau terlalu lama panas-panasan."Akupun memasang alarm, agar nantinya kami tidak terlena oleh waktu. Setelah siap, kami langsung memulai pencarian kami. Walaupun area yang kami cari sudah sanga
"Bukankah ini hanya selembar kertas?""Iya, benar katamu Sayang. Sepertinya ini hanya sebuah surat buatan anak kecil, Deff? Tidak ada hal lain selain ini, apalagi kunci."Semua tampak bingung dengan isi dalam kapsul waktu itu, tidak ada yang menyangka jika di dalamnya hanya ada secarik kertas. Bahkan tidak ada benda lain lagi, selain kertas yang sudah kusam termakan waktu itu."Aku sudah bilang bukan, kalau aku sendiri tidak yakin kunci itu ada di dalam sana atau tidak.""Sepertinya itu bukan surat biasa, Deffa. Siapa tahu itu tulisanmu yang bisa menjadi petunjuk, dimana kamu meletakkan kunci itu.""Benar juga kata Ara, coba ini kamu baca Deff! Tulisanmu waktu kecil, aku sama sekali tidak bisa membacanya.""Enak saja, tulisanku dulu selalu dipuji oleh Nenek asal kalian tahu. Bahkan tulisanku lebih bagus, daripada tulisan anak lain seusiaku waktu dulu.""Iya, iya percaya. Sudah cepetan baca!"Eli mulai tidak sabaran, mungkin efek kecewa yang dia rasakan setelah menemukan kapsul waktu,
"Memangbseperti itulah pakaian dari dimensinya, El. Awalnya aku juga tidak mempercayainya seperti kamu saat ini, tapi setelah melihatnya langsung baru bisa mengatakan kalau itu sangat hebat.""Kalau begitu, ayo Ara! Aku ingin melihatnya secara langsung."Eli sangat bersemangat saat menarik Ara, sepertinya dia lupa kalau baru saja dia mengatakan badannya lemas karena kelelahan. Tapi memang pakaian Ara sangat menakjubkan, aku akan menjadi pelanggan pertama yang akan membeli teknologi itu. Terlepas dari nyaman atau tidaknya, aku tetap merasa pakaian milik Ara sangat efisien untuk digunakan. Itu semua bisa mempersingkat waktu, dan juga bisa meminimalis penggunaan air dan sabun secara berlebihan. Tapi jika teknologi itu benar-benar ada disini, pasti sudah menjadi rebutan para milioner. Dan sudah dipastikan kalau aku tidak akan sanggup untuk membelinya, karena pasti harganya akan sangat mahal.Tidak lama kemudian, makanan pesanan Eli pun datang. Aku yang membukakan pintu, sekalian membayar
"Benda kecil yang orang lainpun tidak akan menyangkanya jika digunakan untuk menyimpan sebuah kunci, dan barang itu sangat berhubungan denganku dan Ara....""BUKU!!!"Kami berempat serempak menyebut benda itu, jadi mereka semua juga berpikiran sama sepertiku. Memang sepertinya itu satu-satunya benda yang sangat identik dengan kami, karena selain Ara yang sangat suka membaca buku, akupun juga seorang penerbit buku. Namun sekarang yang jadi petanyaan, buku mana yang dulu aku gunakan untuk menyimpan kunci itu. Tidak ada petunjuk lain di surat itu, dan itu tandanya pencarian ini tinggal mengandalkan ingatanku. Tapi bagaimana aku bisa mengingat sesuatu yang sudah lama aku lupakan?"Kamu pasti tahu, Deffa. Mau aku coba cari di pikiranmu, di buku mana kamu menyimpan kunci itu?"Lagi-lagi Ara membaca pikiranku, tapi kini aku sudah terbiasa dengan hal itu. Malah kini aku sangat bersyukur jika ada yang dapat mengerti aku, tanpa aku harus mengatakannya. Aku jadi merasa diperhatikan, dan itu memb
"Kamu hanya perlu membantuku saja, Deffa. Cukup dengan berusaha mengingat kenangan itu juga, agar aku bisa langsungenemukan kata kunci yang tepat. Itu akan sangat membantuku untuk mempercepat pencariannya.""Tapi kamu tadi bilang kalau mencari memori akan membutuhkan banyak energi, kamu tidak akan kenapa-kenapa kan, Ara?""Maka dari itu, Daffa. Jika kamu berusaha mengingatnya, memori itu akan muncul ke permukaan. Dan aku akan lebih mudah untuk menemukannya, semakin cepat maka energi yang aku pakai tidak akan terlalu banyak."Mendengar ucapan Ara, membuatku semakin khawatir dengan apa yang akan terjadi padanya nanti. Sepertinya itu akan sedikit berbahaya untuknya, namun dia berusaha untuk menutupinya. Tapi jika aku menolak, aku takut dia sakit hati nantinya."Baiklah kalau begitu, walaupun aku tidak bisa berjanji untuk dapat mengingatnya. Tapi aku akan berusaha sebisaku, untuk mengingat kembali kengangan itu.""Jika aku rasa akan terlalu sulit, aku akan menghentikan pencarianku. jadi ki
"Memang apa lagi yang bisa dicari, Deffa? Kalau hanya satu kali mungkin aku sanggup."Cukup berat untukku meminta ini kepada Ara, apalagi melihat kondisinya saat ini yang sudah cukup pucat karena kelelahan. Namun jika tidak menggunakan kekuatan Ara, pasti akan sulit untuk mendapatkan petunjuk baru."Satu kali sepertinya cukup, Ara. Kita tambah kata kunci kita menjadi gadis kecil. Aku jarang berinteraksi dengan anak kecil, jadi kemungkinan besar kita bisa menemukannya.""Maksud kamu, kita gunain kenangan yang kamu ingat sebagai salah satu kunci, Deff?"Aku sudah tebak, kalau Bima bisa langsung paham dengan maksudku. Karena dia pria yang cukup peka, ditambah kepintarannya yang tidak perlu diragukan lagi."Iya, Bim. Bukankah memang kenangan itu yang kita cari, walaupun ini hanya sesuatu yang sepele pasti akan bisa digunakan bukan?""Tapi bagaimana kalau nantinya itu juga gagal, apakah tandanya pencarian kita berhenti? Usaha Ara juga akan sia-sia begitu saja, padahal dia sudah sampai kele
Pertanyaan dari Eli membuyarkan pandangan kami, yang membuat kaget dengan pertanyaan yang begitu tiba-tiba. Kami berdua pun mengalihkan pandangan kami, kami menatap Eli dan Bima secara bergantian. Mereka terlihat sangat menunggu, apa yang akan kami katakan setelah pencarian barusan.Sejujurnya aku tidak menyangka dengan apa yang aku lihat barusan, bahkan itu diluar prediksiku bisa melihat itu semua dengan jelas. Padahal sebelumnya aku bahkan tidak bisa mengingat sama sekali, tapi berkat kemampuan Ara sepertinya ingatanku terpancing untuk muncul di permukaaan.Aku melihat kembali ke arah Ara, saat kulihat dia seperti tidak akan mengatakannya, pada akhirnya aku yang akan mengatakan kepada mereka. Aku ingin menggoda mereka, tapi mengingat mereka sudah melihat kami berdua tersenyum tadi, pasti tidak akan membuat mereka mempercayainya."Pencarian kita kali ini sukses.""Benarkah, Deff?""Ya. Kami berdua sudah menemukan dimana letak kunci itu berada."Mereka berdua terlihat sangat senang da
"Kalau seperti dalam ingatan yang aku ingat tadi, seharusnya kunci itu ada di dalam sini, Bim.""Cepat buka, Deff! Kita lihat kunci itu benar masih ada atau tidak."Eli kembali tidak sabaran, karena pada akhirnya kami memiliki harapan baru untuk mendapatkan kunci itu. Sebenarnya aku sedikit was-was, kalau aku akan membuat mereka kecewa lagi jika kunci itu tidak ada di buku ini. Karena ini harapan terakhir bagi kami, sudah tidak ada hal lain lagi yang bisa kami gunakan untuk memecahkan teka-teki itu."Lebih baik kita kembali ke ruang keluarga, aku tidak tahu apa yang akan terjadi saat kita menemukan kunci itu. Paling tidak kita berada di tempat yang cukup luas.""Benar kata Deffa. Entah apapun hasilnya nanti, kita sudah berusaha yang terbaik. Jadi kamu jangan sampai kecewa ya, Sayang. Jika kita gagal, aku akan menggantinya dengan menemanimu kemanapun. Dan pastinya Deffa akan memberiku izin di kantor, untuk menemanimu seharian. Iya kan Deff?""Sial kamu, Bim. Padahal aku mau berterimaka
"Bukankah tidak masalah, kitakan suami istri, Ara," ucapku dengan nada menggoda."Tetap saja... Aku malu, Deffa. Kamu tidak mengatakan apa-apa sebelumnya."Jawaban Ara malah membuatku semakin semangat untuk menggodanya, wajah merahnya terlihat sangat menggemaskan saat ini."Jadi kalau aku bilang sebelumnya, kamu akan mengizinkannya?" tanyaku semakin menggoda Ara."Emb... Entahlah! Kamu benar-benar jahat, Deffa!""Kenapa aku yang jahat? Aku hanya bertanya, Ara," jawabku membela diri.Namun ucapanku tidak dihiraukan olehnya, dan aku hanya bisa membujuknya untuk tidak marah kepadaku. Ara langsung keluar dari ruang kesehatan, tanpa memperdulikan panggilanku.Entah Ara benar-benar marah, atau dia hanya menyembunyikan rasa malunya dariku. Tapi aku tidak ingin terlalu lama seperti ini, padahal aku sudah sangat bahagia bisa bersama dengannya terus seperti ini.Saat aku menyusulnya keluar dari ruang istirahat, ternyata Ara kembali membaca buku catatan selanjutnya. Aku mencoba mendekatinya, dan
Aku mengikuti arah yang Ara tunjuk, dan melihat tulisan yang ada di buku itu. kemudian membacanya dengan suara yang cukup lantang, sesuai apa yang diminta olehnya."Semua penerus dari masing-masing dimensi, akan melanjutkan penelitian untuk menciptakan dunia yang indah bagi semua dimensi.""Bukankah penelitian itu yang dimaksud dalam buku ramalan tadi, Deffa?""Sepertinya benar, Ara. Dan hasil penelitian itu, hanya bisa membuat bumi yang memiliki tanaman dan hewan semakin berkembang dengan api dan teknologi. Sedangkan di dimensi Eunoia sudah memiliki satu jenis 'Non Human', mungkin itu juga hasil penelitian itu.""Jadi hanya pemilik api, yang belum bisa mendapatkan manfaat dari penelitian. Dan menjadikan mereka marah dan menghentikan penelitian itu?""Entahlah, Ara. Kita tidak bisa menilai hanya seperti itu, aku merasa tidak mungkin hanya itu akar dari permasalah ini. Jika memang hanya itu, tidak mungkin semua terasa rumit seperti ini."Kami sama-sama diam dengan pikiran masing-masing
Aku sedikit terkejut dengan pertanyaan Ara, entah karena aku terlalu fokus dengan buku ini atau masih memikirkan tulisan terakhir itu. Aku menatap Ara berusaha tersenyum untuk menyembunyikan perasaanku saat ini, agar terlihat seperti biasa saja."Aku baik-baik saja, Ara. Lebih baik kita lanjutkan membacanya. Bagaimana kalau kita lanjut dengan buku rangkuman yang kamu temukan?""Sebenarnya aku menemukan rangkuman yang lain, Deffa. Setiap keturunan dari dimensi Eunoia, sepertinya memiliki buku catatan itu.""Mengapa hanya dimensi Eunoia yang memilikinya? Apakah orang tuaku tidak meninggalkan catatan apapun?""Entahlah, aku hanya menemukan buku-buku ini, Deffa."Aku melihat semua buku yang ditemukan oleh Ara, sambil memperhatikan dengan seksama. Mereka memiliki bentuk fisik yang hampir sama, yang membedakan hanyalah angka yang sepertinya nomor urut yang tertulis bersebelahan dengan tulisan 'Summary' dan bahan kertas yang digunakannya.Ternyata apa yang dikatakan oleh Ara benar, mungkin b
Ara menunjuk sebuah lukisan yang terpajang di salah satu dinding, dalam lukisan itu tergambar lambang yang ada di ujung kunci dan pintu masuk ruangan. Namun yang membedakan, lambang itu terlihat lebih jelas dengan tiga dimensi yang menjadi lambang utamanya."Jadi arti lambang itu adalah penggabungan tiga dimensi?""Sepertinya begitu, Deffa. Lebih baik kita mencari tempat terlebih dahulu, untuk membaca buku-buku yang sudah kita temukan tadi.""Iya, Ara. Lebih baik kita mengetahui semua hal terlebih dahulu, daripada kita hanya menebak-nebak semuanya."Aku dan Ara berjalan menuju salah satu meja yang cukup luas, kemudian meletakkan semua buku yang kami bawa di atasnya. Ternyata buku yang kami kumpulkan lumayan banyak, karena masing-masing dari kami menemukan cukup banyak buku yang bersangkutan."Kita akan membaca dari buku yang mana?""Bagaimana menurutmu, Ara? Apa lebih baik kita membaca hal baik atau hal buruk terlebih dahulu?""Emb... Lebih baik kita ketahui hal buruknya terlebih dahu
Aku mendekat ke arah Ara, yang saat ini berada di depan meja di ujung ruangan ini. Tatapannya mengarah ke dalam laci meja yang sudah dibukanya, sambil sesekali mengarahkan pandangannya ke arahku untuk segera datang."Apa yang kamu temukan, Ara?" tanyaku sambil melihat ke dalam laci meja itu."Sepertinya ini sebuah buku catatan, Deffa. Terlihat disana tertulis 'Summary' di sudut sampulnya, bukankah itu tandanya itu sebuah rangkuman?""Sepertinya dugaanmu benar, Ara. Bisa jadi kita bisa tahu apa yang terjadi kepada orang tua kita, dan kita tahu permasalahan apa yang akan kita hadapi."Dugaanku untuk mencari petunjuk di ruangan ini sepertinya tepat, karena semua petunjuk hampir kami temukan semuanya. Dalam hati aku sungguh berharap jika hal yang akan kami hadapi bukanlah hal yang berbahaya, tapi mengingat kematian kedua orang tuaku yang begitu tiba-tiba membuatku ragu akan hal itu."Sebenarnya aku juga menemukan sesuatu, Ara. Tapi aku tidak yakin kalau ini hal bagus, aku menjadi memiliki
"Sepertinya benar, Ara. Tapi entah kenapa aku merasa ruangan ini berbeda, daripada ruangan yang aku ingat saat kecil.""Aku juga merasa seperti itu, Deffa. Apa kita salah ruangan?""Aku yakin kalau ini ruangannya, Ara. Pasti ada sesuatu yang tersembunyi di sini."Aku melihat sekitar, ruangan ini hanya terlihat seperti perpustakaan yang ada di bumi. Di dalam sini terasa hangat, padahal tidak ada yang pernah masuk ke dalam ruangan ini setelah kepergian orang tua kami.Aku berusaha mencari sesuatu yang tampak aneh, namun cukup lama aku melihat hingga sudut-sudut ruangan tetap tidak menemukan keanehan itu. Sedangkan Ara malah tertarik dengan sebuah buku, dan dia kini sedang membacanya dengan wajah yang tampak serius."Buku apa yang kamu baca, Ara?""Deffa, lihatlah! Sepertinya buku ini menceritakan tentang kita dan keluarga kita."Aku sedikit ragu dengan apa yang dikatakan oleh Ara, karena tidak mungkin sebuah buku dibuat untuk menceritakan keluarga kami. Tapi melihat sampul buku saat Ara
Ara langsung berlari ke arahku, untuk melihat benda yang aku maksudkan. Dan saat dia melihat benda itu, sepertinya memang dia mengingat benda ini. Walaupun benda ini lebih berguna untuk Ara, dibandingkan aku yang menggunakannya."Deffa, ini kan jam tangan dimensi. Apa benar ini bisa menjadi petunjuk? Padahal aku selalu memakainya saat di dimensi Eunoia, karena kakak terus menyuruhku memakainya.""Jadi kamu tidak ingat fungsi dari jam ini, Ara?""Aku hanya ingat kalau itu jam tangan dimensi, emb... Sepertinya aku masih tidak ingat kalau tentang fungsinya."Aku cukup bingung dengan jawaban yang dia berikan, padahal kini aku paham dengan semua keganjilan tentang Ara karena jam ini. Benda itu tidak jauh berbeda, dengan jam tangan digital yang ada di bumi. Namun fungsi dari jam ini sangat luar biasa, karena dapat menyesuaikan waktu dengan tempat yang sudah diaturkan ke dalamnya.Sepertinya jam ini sudah di atur dengan waktu Bumi, yang membuatku akhirnya bisa menerima dengan perbedaan usia
"Deffa! Bangunlah!"Suara Ara seperti menarikku dari kegelapan, dan akhirnya aku terbangun dan mendapati Ara sedang ada di hadapanku dengan tatapan khawatirnya. Entah apa yang sebenarnya terjadi tadi, kenyataan yang membuatku tidak bisa berpikir secara rasional lagi."Kamu tidak apa-apa, Ara?""Aku baik-baik saja sekarang, Deffa. Tapi tadi benar-benar terasa sangat menyakitkan, tapi entah kenapa sekarang perasaan itu sudah tidak bersisa.""Sekarang kamu juga bisa mengingat semuanya?"Ara mengangguk menjawab pertanyaanku, sambil tersenyum simpul dan wajahnya sedikit memerah. Bagaimana tidak jika ternyata kami sudah menikah saat kecil, itu kesepakatan dari kedua orang tua kami. Walaupun pada akhirnya, orang tua kami jugalah yang memisahkan kami dan membuat kami kehilangan semua ingatan itu."Emb... Jadi sebenarnya kita suami istri... emb... maksudku..." Aku mengatakannya dengan tergagap, namun langsung dipotong oleh Ara."Iya, Deffa. Kita suami istri, tapi sepertinya kita bisa membahas
"Deffa! Maaf aku malah ketiduran barusan!""Tidak apa-apa, Ara. Kamu pasti juga kelelahan, karena memasak juga. Kemarilah! Kita buka kotak ini sekarang."Ara turun dari tempat tidur, dan duduk di bawah tepat di sampingku menghadap kotak. Aku benar-benar penasaran, ragu dan takut disaat yang bersamaan. Jantungku terasa berdetak lebih cepat, dan tanganku sudah berkeringat dingin karena cemas. Padahal saat ini aku baru memegang kotak itu, belum mencoba untuk membukanya.Tiba-tiba perasaanku merasa lebih tenang, saat tangan Ara menggenggam tanganku. Entah dia bisa membaca pikiranku saat ini, atau dia melihat ekspresi cemasku yang menurutku akan terlihat dengan jelas. Tapi perlakuan Ara ini benar-benar memberiku kekuatan untuk lebih berani, entah apa yang aku hadapi setelah ini, selama itu bersama Ara sepertinya aku akan sanggup menghadapinya.Mungkin terdengar sangat berlebihan, tapi itu yang aku rasakan. Mungkin aku bisa menjadi lebih berani, karena berpikir kalau aku tidak sendiri. Dan