PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (89)Episode : Sikap Seorang BellaHari itu juga, Hamizan dan Bella berkumpul bersama di ruangan kerja anak dari Pak Waluyo tersebut. Membicarakan perihal kejadian sebelumnya serta kiriman foto yang baru saja mereka terima.“Saya sendiri tidak tahu, apa maksud dari orang ini mengirimkan foto yang memalukan seperti itu?” ucap Bella terlihat syok dan bersedih hati. “Apalagi ditambah dengan ancaman untuk tidak melaporkannya pada pihak berwajib. Apa mau mereka? Siapa mereka dan mengapa meneror saya seperti ini?” Berbagai pertanyaan terucap dari lisan perempuan tersebut secara mencecar.Hamizan dan Arumi saling beradu tatap. Bola mata mereka bergerak-gerak seperti sedang berpikir tentang apa yang baru saja disampaikan oleh Bella.“Saya sudah menduga dari sebelumnya, hal ini pasti akan terjadi,” imbuh kembali Bella dengan suara bergetar. “Pasti bakal ada sesuatu yang sedang seseorang rencanakan, tapi … saya tidak pernah tahu, apa?
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (90)Episode : IkhtiarMengulang percakapan Hamizan dan Arumi beberapa waktu sebelumnya, kedua suami-istri itu bersepakat untuk tidak menceritakan lebih detail kepada Bella perihal yang mereka lakukan kemarin, yakni mencari-cari sosok mantan pegawai penginapan yang diyakini sebagai juru kunci saksi serta kiriman foto yang diterima.Sewaktu berbicara di ruangan kerja, Bella hanya memperlihatkan satu buah kiriman foto. Sementara Hamizan sendiri malah mendapatkan lebih. Hanya saja untuk foto kedua, sepertinya tidak sampai didapatkan oleh perempuan tersebut. Entah memang hanya satu ataukah Bella telah menghapusnya terlebih dahulu sebelum Hamizan dan Arumi datang. Kedua suami-istri tersebut tidak ingin mempertanyakannya. Terlebih lagi bagi seorang Hamizan. Sebab foto kedua benar-benar sangat memalukan dan membuatnya merasa teramat bersedih. Sebab ditampilkan secara penuh sampai detail bagian aurat intinya.“Mudah-mudahan saja Bu B
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (91)Episode : Kepindahan Mang Karta dan Bi Inah "Andrew?!" tanya Hamizan dan Arumi hampir bersamaan, serempak menatap sosok perempuan tersebut.Bella agak terkesima sejenak, sampai kemudian buru-buru dia mengubah sikap. "Uummhhh, maksud saya … eh, iya … itu teman bisnis saya maksudnya."Hamizan mengerutkan kening. Dia berpikir, apa mungkin Pak Waluyo belum membicarakan perihal permohonan perpindahan Mang Karta dan Bi Inah selama ini pada Bella? Padahal sewaktu di rumah sakit, laki-laki tua tersebut sudah menyetujuinya."Saya sendiri sebenarnya bingung, Nak Izan," kata Pak Waluyo kala itu. "Rumah itu terlalu besar dan luas untuk diurus dan dijaga oleh mereka. Berhubung karena keduanya 'kan, sudah sepuh."Menurut Pak Waluyo pula, dia berencana untuk mencari tenaga baru tanpa harus meminta pergi Mang Karta dan Bi Inah. "Tapi kalo Nak Izan mau membawa mereka, oh … itu bagus. Jadi saya gak perlu khawatir lagi," imbuhnya kembali
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (92)Episode : Kehamilan ArumiSejak kepindahan Mang Karta dan Bi Inah, suasana rumah Hamizan dan Arumi bertambah hangat dan semarak. Terlebih lagi, beberapa waktu yang akan datang akan mulai menjalani pemrosesan transfer embrio, yakni memasukkan sel telur yang telah dibuahi oleh sel sperma ke dalam rahim.“Ada kalanya, proses ini tidak sekali jadi atau berhasil. Harus dilakukan berulang-ulang sampai mendapatkan hasil yang sesuai dengan ekspektasi,” ujar Dokter Hendrawan sebagai tim kepala Medis yang menangani program kehamilan Arumi.Bukan perkara mudah atau menyenangkan, nyatanya semenjak mengikuti tahap awal, Arumi harus menahan rasa sakit dari jarum suntik maupun peralatan kedokteran khusus lainnya. Terutama pada saat induksi ovulasi. Kesemua proses tersebut memerlukan waktu dari hitungan jam hingga per pekan. Semua dijalani dengan penuh kesabaran. Sampai kemudian, kehami
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (93)Episode : Rencana Jahat Bella“Apa?! Kamu hamil?!” seru Pak Waluyo seraya bangkit dari kursi kerjanya. “Astaghfirullah … astaghfirullah. I-ini apa ini? P-papah gak ngerti! Papa sama sekali gak ngerti, Bella!”Laki-laki tua itu memegang kening, lantas melangkah satu jarak kaki, balik lagi memutar badan, dan kembali duduk seperti semula. Dia tatap wajah anak perempuannya dengan lekat.“Dengan laki-laki mana kamu melakukannya? Katakan sama Papah, Bella! Katakan! Ah, astaghfirullahal’adziim ….” Kembali Pak Waluyo memegang kening. Kali ini sambil menopangnya dan tertunduk sejenak sambil memejamkan mata. “Ini gak mungkin. Kamu pasti sedang bercanda ‘kan, Nak? Ayolah, i-ini … katakanlah … uumhhhh, prank! Ya, prank! I-itu ‘kan, yang lagi kamu lakuin sekarang?”Lagi-lagi Pak Waluyo bangkit dan berjalan sambil memutari ruangan kerjanya, jelalatan seperti sedang mencari-ca
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (94)Episode : Obrolan Dengan Pak Waluyo Pak Waluyo tidak ingin mendesak Bella lebih jauh, dia teramat mengkhawatirkan keselamatan anak perempuan satu-satunya tersebut.‘Yaa Allah ….,’ membatin lelaki tua itu bersedih hati. ‘Ini semua memang salahku juga. Dari sejak belia, dia sudah terbiasa aku manjakan. Sampai-sampai, aku sama sekali tidak pernah diberi kesempatan untuk menolak apa pun yang anakku inginkan dari dulu.’ Dia menatap foto almarhumah istrinya di atas meja. ‘Andai saja kamu masih ada, tentu anak kita tidak akan seperti itu, Sayang. Tapi lihat, bagaimana kini? Aku telah salah mendidik Bella. Itu kulakukan, karena aku terlalu sayang sama dia. Aku tidak ingin kehilangan satu-satunya orang yang kucintai setelah kepergianmu ….’Kemudian Pak Waluyo teringat pada kejadian beberapa tahun silam, hanya karena masalah sepele, Bella pernah mencoba melakukan tindakan bunuh diri. Untunglah jiwa anak semata wayangnya tersebut
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (95)Episode : Masa Lalu Bella“Pernah apa, Pak?” tanya Hamizan penasaran dengan apa yang akan disampaikan oleh bapak dari Bellanca Aurora tersebut.Pak Waluyo menipiskan bibir. Sebentar kemudian tersenyum tawar terhadap sosok yang bersamanya tersebut.“Uummmhhh, begini maksud saya, Nak,” kata orang tua itu usai menghela napas berat. “Sebelumnya … Nak Hamizan ‘kan, pernah ngajuin pinjaman uang pada saya, tapi … sampai saat ini belum juga saya konfirmasi. M-maksudnya … bukan berarti saya—”“Mohon maaf, Pak, kalo untuk masalah itu, terus terang saya sudah mendapatkannya, kok,” tukas Hamizan mendengar kalimat Pak Waluyo terpatah-patah dan agak lama berungkap. “Bu Bella yang memberikan saya pinjaman. Itu pun berupa pinjaman lunak, tanpa bunga atau tambahan lainnya dan juga jatuh tempo yang gak terbatas. Alhamdulillah.”“Apa? Bella sudah memberikannya?” Pak Waluy
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (96)Episode : Pemata-mataTok! Tok! Tok!Terdengar suara ketukan di pintu ruang kerja Hamizan.“Iya, silakan masuk,” seru lelaki itu di saat sedang sibuk memeriksa berbagai dokumen di atas mejanya.Sebentar kemudian daun pintu pun terkuak dan muncul sosok Indry. Dia tersenyum dan membungkukkan badan memberi hormat sebelum lanjut melangkah masuk.“Permisi, Pak. Selamat siang,” ujar perempuan tersebut menyapa.Hamizan menjeda sebentar aktivitasnya, melihat ke depan, dan balas tersenyum. “Iya, selamat siang. Masuklah, Bu Indry,” titahnya seraya berdiri. “Ada yang bisa saya bantu, Bu?” tanya laki-laki tersebut setelah sosok sekretaris Bella itu mendekat.“Maaf mengganggu, Pak,” kata Indry kemudian. “Bapak ditunggu Bu Bella di bawah.”“Di bawah? Di mana?” tanya Hamizan sembari mengernyit.“Di lahan parkir. Ditunggu sekarang ju