POV GalihAku mengutuk diriku sendiri sebab telah membawa Sekar dalam bahaya yang begitu besar. Ia hampir saja mati mengenaskan menjadi tumbal di desa pesinden yang ternyata adalah rencana jahat Sadewa, teman dosen yang juga patner risetku.Awalnya kita semua mengira bahwa Mila adalah orang yang akan dikorbankan sebab ia tengah hamil anak Sadewa, hasil dari hubungan terlarang keduanya, ternyata itu semua di luar dugaan kita. Mila tidak dikorbankan karena janin yang dikandungnya tercampur oleh benih pria lain, hal itu menjadi wajar sebab Teman Sekar merupakan ayam kampus.Ternyata alasan Sadewa memilih untuk menumbalkan Sekar sebab bau getih wangi begitu digemari makhluk halus termasuk jin penguasa desa pesinden itu. Ia membutuhkan wadah untuk terus mengasah kekuatannya yang akan menjadi maksimal jika Sekar bisa di taklukkannya.Untungnya khodam pesinden itu datang tepat waktu setelah sekian lama menghilang. Ternyata dia tengah semedi di sebuah gua dekat istananya sebab terluka parah p
"Aku di mana?" ujarnya perlahan. Gadis berkhodam baru saja sadar dari komanya, ia tak sadarkan diri selama kurang lebih seminggu. "Sekar, syukurlah kamu sudah siuman, aku takut kehilanganmu," ujar Galih yang sejak beberapa hari yang lalu selalu setia menemani. "Pak Galih? Apa yang terjadi? Bagaimana kondisi teman-temanku?" tanya Sekar masih dengan suara lemah."Semua baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir," ujar Galih sambil mengusap rambut gadis yang begitu dicintainya."Pak, Aku ingin segera pulang, aku tidak betah di sini," rengek Sekar seolah rumah sakit adalah hal yang paling tidak disukai.Ia kepikiran dengan biaya yang semakin membengkak, belum lagi pesan email yang menginfokan beasiswanya terancam dicabut karena nilainya terus turun akibat tidak mengikuti perkuliahan.Akhirnya dengan ijin dokter, ia diijinkan untuk pulang lebih awal dengan catatan kontrol seminggu sekali. Sekar tentu sangat bahagia saat mendengar kabar itu.Mobil yang dikemudikan Galih bergerak perlahan
Sekar sudah seminggu lamanya tinggal bersama Galih. Kehidupan mereka sudah seperti pasangan pengantin baru, hampir di setiap malam mereka selalu memadu kasih hingga lupa bahwa ikatan mereka hanya cinta kasih sesaat bukan cinta suci dalam ikatan pernikahan. Semua itu terjadi karena andil dari Sulastri. Ia sudah lelah harus berpuasa selama puluhan tahun untuk mengembalikan kekuatannya. Sebenarnya ia memiliki kerajaan yang tidak cukup besar di sebuah gunung di pulau jawa. Saat Ningsih atau Nenek Sekar menjadi pengikutnya, kerajaan itu sangat berjaya karena Ningsih mampu menghisap saripati pria dan membelenggu setiap jiwa pria yang pernah bersetubuh dengannya. Sekar masih jauh untuk sampai di tahap yang pernah dicapai Ningsih karena hatinya sebenarnya masih bimbang dengan keberadan khodam itu. Semakin dekat hubungannya dengan Galih, membuat Sekar semakin mudah untuk dikuasai Sulastri mesti tidak sepenuhnya. Cuaca yang mendung, mendukung sepasang kekasih yang sedang di mabuk cinta un
Sekar masih dalam pengaruh Sulastri. Aryo hanya mampu menatapnya dengan tatapan sedih, meski jiwa aryo tak berada dalam tubuhnya, seolah dengan kekuatan cinta yang tulus padanya, ia mampu merasakan perjuangan yang di lakukan Sekar untuk menyelamatkannya. Sulastri hampir menyatu sempurna dengan Sekar sebab gadis itu telah menyerap energi dari Galih saat beberapa kali mereka bercinta di apartemen. Tiba-tiba hembusan angin terasa begitu kuat, hingga mampu menggerakkan gorden dan memecahkan barang pecah belah yang ada di ruangan itu. "Lama tidak berjumpa Sulastri, aku kira kau sudah tiada sejak Ningsih mati bunuh diri," ujar sosok makhluk halus berwujud perempuan yang sangat cantik tapi kukunya yang panjang seolah mampu membuat musuh tercabik-cabik. "Jadi kamu adalah sosok di balik semua ini? Apakah kamu tidak tahu jika pria itu adalah milikku!" bentak Sulastri tak terima saat Aryo yang notabene adalah pacar dari wadahnya akan diambil oleh orang lain. "Sayang sekali, aku sudah men
Setelah menuntaskan hasratnya, Sekar beranjak dari kamar Aryo. Ia segera berlari ke kamar mandi hendak membersihkan diri, tubuh rasanya penat pasca bertarung dengan iblis yang ternyata adalah musuh dari neneknya. "Bagaimana perasaanmu Sekar? Apakah kamu menikmati kesempatan bercinta dengan Aryo? Kamu sudah dua kali berhubungan badan dengannya jika kamu melakukan ketiga kalinya, jiwanya akan tertawan di istanaku dan menjadi budakku," ucap Sulastri dengan wajah yang semakin muda sebab Sekar kini telah menjadi budaknya juga tanpa disadarinya. Sekar hanya mengusap tubuhnya dengan sabun seolah tak mendengar ucapan Sulastri. Setelah usai membersihkan tubuhnya, ia menuju kamar Aryo untuk meminjam kemejanya sebab pakaiannya sendiri sudah kotor akibat pertempuran gaib maupun pertempuran ranjang. Langkah kakinya terlihat santai, ia membuka pintu yang sedang terkunci dari dalam. "Sekar, bagaimana keadaanmu Nak?" ucap Surti yang sangat mencemaskan putrinya. Ia memeluk dengan erat, khawatir a
"Ibu, aku ingin berhenti kuliah lalu menjadi sinden seperti nenek," ujar Sekar di tengah makan sore bersama anggota keluarganya. Sang ibu dan adik laki-lakinya melongo mendengar pernyataan itu, mereka tak mengira bahwa Sekar yang dulunya semangat kuliah dengan tujuan ingin meningkatkan status keluarga malah ingin putus di tengah jalan. "Kamu kenapa Nak, apakah itu membebanimu? Bukankah beasiswa dan kiriman ibu cukup untuk biaya hidup di kota?" tanya sang ibu yang terdengar menentang keinginan Sekar, tentu disayangkan jika ia hendak berhenti padahal sebentar lagi juga ujian skripsi. "Mbak jangan berhenti kuliah dong, aku sudah cerita ke teman-temanku kalau punya mbak yang kuliah, malu aku kalau mbak tiba-tiba berhenti gitu aja," celoteh adik laki-laki Sekar yang berpikiran sama dengan sang ibu. Mendengar pertentangan dari kedua orang yang begitu disayanginya, ia mulai mengurungkan niatnya untuk berhenti kuliah, mungkin harus mencari ide bagaimana caranya mengerjakan skripsi sam
Sekar hendak bersiap kembali ke kota bersama Galih. Ia tengah mengangkat tas yang berisi pakaian dan beberapa makanan yang dibuat oleh sang ibu. Surti, Ibu dari Sekar nampak bahagia saat mengetahui ada seorang dosen yang tulus mencintai anaknya."Ibu, saya pergi dulu, mulai sekarang Ibu tak perlu khawatir karena saya akan menjaga Sekar sepenuh hati," ujar Galih sambil mencium tangan calon ibu mertuanya dengan penuh rasa hormat.Surti hanya mengangguk dan tersenyum sumringah menanggapi perkataan Galih."Sekar ...." terdengar suara pria yang berteriak begitu kerasnya hingga membuat semua orang yang ada di sana mencari-cari sumber suara itu.Terlihat Aryo sedang mengendarai motornya berharap masih memiliki kesempatan untuk bertemu dengan pacarnya."Mas Aryo, mengapa kamu tiba-tiba datang ke sini?" tanya Sekar yang sangat terkejut, usahanya untuk kabur dari komitmen sang pacar nampaknya sia-sia."Apa maksudmu, Sekar? Kenapa kamu justru pergi dengan Om-Om ini? Sama sekali tidak pantas!" b
"Sekar, bangunlah! Kita sudah sampai," ucap Galih sambil menggoyangkan tubuh pacarnya, mulai hari itu mereka resmi berpacaran. Sekar mencoba membuka mata yang masih berat, sesekali ia menguap, masih ngantuk. Ternyata mereka baru saja sampai di apartemen Galih. Gadis itu berjalan dengan sempoyongan, badannya masih terasa lemas. Sang pacar yang sibuk membawa barang bawaannya hanya bisa tersenyum, lucu pikirnya. Akhirnya mereka tiba di ruang apartemen yang menjadi saksi kedekatan hubungan mereka. Romansa cinta terlarang yang telah membutakan keduanya, berlagak suami istri meski belum sah secara agama. "Mas Galih, aku masih ngantuk bolehkah aku tidur lagi?" pinta Sekar dengan mata yang masih memerah, seolah ia lupa dengan mimpi buruk yang baru saja dialaminya. "Tidurlah Sayang, biarkan aku yang beberes dan memasak untuk makan malam kita," sahut Galih sambil sibuk menata barang-barang bawaan sang pacar. Sekar mengangguk lalu menuju ke kamar untuk kembali merebahkan tubuhnya. Ma
"Aku bersyukur Mas Aryo bisa selamat dari keluarga sesat seperti itu, lantas apa rencanamu selanjutnya?" tanya Seruni yang mencoba merahasikan identitas keluarganya. "Entahlah, mungkin lebih baik aku fokus mengurus aset-aset orang tuaku, aku adalah anak tunggal. Urusan hati biar waktu yang menentukan," jawab Aryo dengan suara rendah, meski masih sulit melupakan Sekar tapi akal sehat harus tetap jalan. Seruni tersenyum, mencoba menguatkan pria yang baru saja dikenalnya, ia paham bagaimana rasanya ditinggalkan meski konteksnya berbeda, Seruni ditinggal mati pacarnya sedangkan Aryo, ditinggal Sekar demi pria lain. "Bagaimana rencanamu untuk selanjutnya?" tanya Aryo penasaran. "Aku ingin mengunjungi rumah pacarku, untuk berpamitan pada kedua orang tuanya, letaknya tidak jauh dari desa ini, mungkin hanya beberapa kilometer saja," sahutnya. **** "Sekar, apakah temanmu belum pulang?" tanya Surti yang mulai cemas, tamunya pergi dengan Aryo cukup lama. Sekar hanya menggeleng, dia
Aryo menatap mantan pacarnya dengan senyum khasnya. "Aku ingin bertemu Seruni, apakah bisa aku menemuinya?" tanya Aryo dengan ragu-ragu, hati kecilnya sebenarnya menolak ini karena merindukan Sekar. Sekar melongo mendengar pernyatan dari pria yang masih berdiri di depan pintu. Ia segera berteriak memanggil Seruni, gadis yang baru saja dikenalnya kemarin malam. "Ada apa Mbak?" tanyanya sambil melihat ke depan pintu. Sekar membalikkan badan lalu berkata jika Aryo ingin bertemu dengannya. "Sekar, kau mungkin akan kehilangan mantan pacarmu itu, seperti kau akan kehilangan Galih," bisik Sulastri sambil mengikuti Sekar beranjak dari tempat itu, membiarkan Seruni dan Aryo hanya berdua saja di ruang tamu. "Mas ada perlu apa dengan saya?" tanya Seruni. "Aku hanya penasaran dengan desa seberang yang kemarin kamu ceritakan. Aku pernah hampir menikah dengan salah satu gadis di desa itu tapi gagal," sahutnya dengan tatapan serius. "Benarkah? Apa karena terkendala restu orang tua?"
"Seruni, rencanamu berapa lama di desa ini, aku tidak menyangka ternyata kita berada di desa yang jaraknya berdekatan!" ujar Sekar yang merasa senang karena memiliki teman baru.Sekar yang telah lama berada di kota tentu tak memiliki banyak teman desa, kalaupun ada, rata-rata sudah menikah dan pindah ke kota atau desa lain."Aku resign dari pekerjaan di kota karena sedih atas kematian Mas Setyo, pertemuan kami berawal dari kedatangannya ke desaku, dia adalah anak kuliahan yang sedang mengerjakan skripsi. Temanya tentang ekonomi masyarakat desa. Desaku terkenal dengan kesuburannya, tidak pernah mengalami gagal panen walau kemarau," sahutnya dengan senyum manis."Kalau boleh tahu, apa yang membuat pacarmu meninggal?" tanya Sekar merasa penasaran."Dia sakit-sakitan semenjak aku meminta restu keluargaku, aku tidak ingin berprasangka tapi semua terjadi begitu cepat dan sulit untuk mempercayai jika ini adalah sebuah kebetulan," balasnya sambil menatap jalanan dengan tatapan kosong.Tiba-ti
"Mbak, aku melihatnya pergi dengan tenang, mungkin pacarmu sudah lega setelah mengungkapkan semuanya, dia sedih saat melihatmu kacau seperti ini," ujar Sekar yang terlihat mencoba menguatkan gadis tersebut. Sang gadis mencoba tersenyum, ia nampak lebih baik. Hawa yang semakin dingin membuat Sekar bergidik, ia bergegas ke toilet untuk buang air kecil. Saat ia berjalan ke belakang dan memperhatikan sekitar, terlihat puluhan makhluk berpakaian hitam sedang duduk di sebelah penumpang yang tengah tertidur. Saat ia memasuki toilet, tiba-tiba Sulastri berbisik,"kau harus keluar dari Bis ini jika masih ingin hidup." Gadis itu terkejut mendengar penuturan sang khodam. Ia bergegas keluar toilet bis. Matanya melotot melihat makhluk berpakaian hitam semakin banyak, terdesak. Ia meminta sopir untuk segera menghentikan Bis karena hendak turun. "Pak! Tolong berhenti di pom bensin depan ya!" pinta Sekar yang mulai panik. "Mbak mau ke toilet atau bagaimana?" tanya sopir. "Saya ingin turun
Pov Sekar Aku yang sudah sangat kelelahan terpaksa mendengarkan pria misterius itu bercerita tentang kisah hidupnya yang tragis. Memang menyakitkan untuk mengikhlaskan sesuatu yang masih mengisi hati. "Kenapa kamu tidak berbicara sendiri padanya? Kenapa melibatkanku?" tanyaku ketus, kehidupan asmaraku kacau, buat apa juga repot-repot mengurusi masalah orang lain. "Aku ingin meminjam ragamu agar aku bisa menyampaikan pesan padanya," ujar pria itu lalu merasuki tubuhku secara tiba-tiba. Aku yang hanya seorang diri tanpa Sulastri sudah seperti wadah kosong. Melalui tubuhku, dia berjalan ke depan menghampiri wanitanya. "Seruni," sapanya. "Maaf Mbak, siapa ya?" tanya gadis itu dengan wajah kebingungan. "Aku Setyo, pacarmu!" jawabnya dengan tegas. "Mbak, siapa? Kok bisa tahu nama pacarku? Jangan bercanda ya!" bentak gadis itu marah, ia bahkan berpindah tempat duduk, merasa risih. Arwah pria itu sedih, ia keluar dari tubuhku, ingin kumaki rasanya pria bodoh itu. "Hai, pri
"Bu, Galih juga mengetahui rahasia persekutuanmu dengan Khodam Ratu Jawa! Dia sangat terluka dan kecewa! Aku bisa merasakannya!" teriak Sekar, mencoba mempengaruhi Kinanti. Tiba-tiba petir menyambar, hujan turun dengan deras. Angin berhembus kencang hingga mampu menyibak jendela-jendela yang awalnya tertutup rapat. Tetesan air hujan dari genting yang rusak membuat ruangan itu menjadi basah dan lembab. Sekar tiba-tiba terbangun dari tidurnya, tubuhnya melayang-layang seiring dengan hembusan angin yang semakin kencang. "Aku Sulastri adalah khodam pelindungnya, meski aku bukanlah makhluk yang baik tapi aku tidak sampai hati mengorbankan darah dagingku sendiri!" teriak Sulastri. Khodam Pesinden itu menyentuh pundak Kinanti, seketika muncul penglihatan semasa Galih hidup, betapa pria malang itu sangat menyayangi keluarganya terutama sang ibu! Malam terakhir saat ia melihat sang ibu bersetubuh dengan pria muda adalah saat paling menyakitkan dalam hidupnya! Tubuh wanita tua itu mel
Sekar segera terbangun dari tidurnya, tak menyangka jika dalang di balik menghilangnya pemuda desa adalah ulah dari Ibu Galih! Semua sudah terlambat, sebab kini dia berada di pabrik terbengkalai tempat Ibu Galih melakukan ritual sesat itu. "Sekar! Bukankah khodammu sudah mengingatkan agar kau tidak datang ke desa ini, kenapa kau masih nekat?" tanya Ibu Galih yang kini berdiri dengan tatapan mengintimidasi. Sekar yang tergelatak di lantai hanya beralaskan tikar, mencoba membuka ikatan tali yang membuat tubuhnya sulit digerakkan, kepalanya terasa pusing. "Ibu, kenapa anda tega menumbalkan anakmu sendiri? Galih meninggal karena ingin menyelamatkanku dan dia menutup mulutnya meski mengetahui bahwa anda adalah dalang di balik kekacauan ini?" tanya Sekar penasaran. "Aku tidak pernah menumbalkan anakku! Dia hanyalah anak bodoh yang merelakan nyawanya untuk gadis murahan sepertimu!" sanggahnya dengan mata yang memancarkan sinar merah. "Ibu, mengapa anda mengkhianati Ayah Galih? Buka
Kejadian pertama hilangnya warga desa. "Pak Kades baik ya, hampir tiga bulan sekali selalu mengadakan hajatan," ujar pria berkaos hitam, sambil menghisap rokoknya yang tinggal sebatang."Iya, bahkan bu kades sering datang ke rumahku untuk membagikan sembako," sahut Udin, pemuda desa yang cukup tampan tapi memilih untuk menikah muda."Masak sih? Kok ke rumahku enggak ya?" sahut Suro, pria yang berusia sekitar tiga puluh tahun."Ah ... Kamu kan memang jarang di rumah, tau dari mana kalau bu kades bagi-bagi sembako," ujar Udin diiringi dengan gelak tawa meremehkan.Ketiga pria itu sedang asyik menyantap berbagai cemilan yang tersaji di depannya. Mereka terlihat tidak memperdulikan istrinya yang mengajak pulang. Terlalu asyik dalam iringan musik dangdut.Hajatan di desa itu berlangsung selama dua hari, hari pertama diisi dengan pengajian yang mendatangkan seorang penceramah dari desa lain. Sedangkan hari kedua diisi dengan konser musik dangdut yang sangat meriah karena menghadirkan bidua
Pov Sekar "Aku juga nggak suka dengan dia! Cewek gampangan banget! Belum nikah sudah mau tinggal seatap! Benar-benar nggak tahu malu!" sambung Gina, kakak perempuan Galih yang sejak awal memang tidak menyukaiku. Aku bisa melihat Galih tengah menahan amarah, wajahnya memerah, menatap tajam ke arah ibu dan kakak perempuannya. "Bu, sudahlah! Galih sudah dewasa, dia tahu apa yang diperbuat, biarkan dia memilih jalan hidupnya sendiri! Gina, kamu tidak boleh menuduh orang sembarangan!" bentak Ayah Galih sambil melotot ke arah istri dan anak perempuannya. Dibentak sang ayah, Gina memilih diam. Ia melanjutkan makannya sambil melirik tajam ke arah Galih. "Ayah! Bukankah kamu tahu bahwa hidup kita berkecukupan sampai saat ini karena Khodam Raja Jawa selalu bersama kita! Artinya jika Galih melanggar perjanjian dengan menikahi gadis yang berbeda khodam dengan kita maka hidup kita akan sengsara! Aku tidak mau kita miskin, Yah!" sanggah Ibu Galih. Aku hanya menjadi penonton dalam perdeb