Alfred Pov Pekatnya rasa anggur menyapu lidah, aku menikmatinya beberapa tegukan melepas dahaga ditenggorokan. Hari masih panjang, sepertinya aku harus pergi menghabiskan waktuku dengan Borj di dalam hutan. Borj adalah seekor kuda mustang yang aku bawa dari Spanyol sepuluh tahun yang lalu, aku mendapatkannya dari salah satu anggota keluarga bangsawan sebagai hadiah pertemanan. Bepergian ke beberapa negara selama dua hari ini sedikit melelahkan tubuh, namun aku harus tetap menyibukan pikiranku agar berhenti memikirkan seseorang yang tidak berharga dan mengganggu ketentraman hidup. Sialnya, orang tidak penting itu tidak bisa aku tangani dengan bantuan psikolog maupun psikiater. Beberapa dokter justru tertawa mendengar keresahanku, mereka memintaku untuk menerima, menjalani dan mengakui perasaanku pada hal yang mustahil aku lakukan. Semakin aku berusaha melupakannya, semakin kurang ajar dia menghantui pikiranku. Suara sumbang seruling menggelitik telingaku.. Sambil menikmati an
“Dengan cara seperti apa perawat baru itu bisa diterima di rumah ini?” tanya Alfred sambil berpakaian. Alfred merubah rencananya untuk pergi berkuda, hari ini dia akan mengawasi Floryn dan melihat cara dia bekerja.Memangnya, apa yang bisa dilakukan orang yang telah menghabiskan waktu lima tahun terakhirnya dipenjara?Piper sedikit membungkuk untuk mengintip ekspresi tuannya melalui cermin, suasana hati Alfred telah berubah, bibirnya terus mencebik kesal usai bertemu dengan perawat baru Nara.Piper khawatir, tuan mudanya akan memecat perawat baru itu hari ini juga.Piper tidak memiliki cerita menarik untuk dibanggakan dari perawat baru Nara. “Kenapa kau diam saja? Apa mulutmu perlu ditampar uang baru bisa menjawab?” tanya Alfred mendesak jawaban.“Saya tidak tahu pasti kebenarannya seperti apa, nyonya yang membawanya, dia diambil bukan dari agensi jasa perawat.”Dalam satu gerakan Alfred berbalik pria itu mengangkat dagunya dengan tangan yang masih mengancingkan kemeja. “Lantas, ala
Kaki Floryn bergerak gelisah, dia pegal terlalu lama berdiri, namun canggung untuk mengajak Nara berbicara. Semua itu dikarenakan Alfred Morgan.Jauh didalam lubuk hatinya, dia sangat ingin pria itu pergi dan memberinya ruang menjaga Nara. Sejak Alfred ada dalam satu ruangan dengannya setengah jam yang lalu, semua atmosfer disekitar Floryn menjadi berubah. Floryn terintimidasi, dia terbebani oleh perasaan yang tidak dapat dia jabarkan.Floryn memahami kecurigaan Alfred kepada dia, dia juga menerima diri jika Alfred akan mengawasinya.Namun tidak dengan terus menatapnya hingga membuat Floryn ketakutan setengah mati. Disetiap kali Floryn diam-diam melirik Alfred, pandangan mata mereka selalu saling bertemu dan pria itu tengah menatapnya.Floryn sangat ingin berkata jika Alfred tidak perlu melihatnya seperti anjing pengawas karena dia tidak membawa benda berbahaya apapun yang akan melukai Nara.Suara mesin terdengar dikesunyian, entah sudah ada berapa koin yang Nara masukan hanya untu
Nara mengayunkan kakinya di atas kursi, kedua tangan kecilnya bersedekap didada, anak itu terlihat masih cemberut tidak senang meski seorang pelayan sudah menghidangkan makan siang untuknya.Suasana hati Nara kembali tidak baik, dia menginginkan boneka dinosaurusnya.Floryn menyadari hal itu, rasa bersalah menggelayuti hatinya, dia harus memikirkan cara untuk membuat Nara kembali senang dan memberinya nasihat.“Nara makanlah,” nasihat Alfred.“Tidak mau!” “Nara, makanlah.” Alfred merendahkan nada suaranya dan menepuk-nepuk bahu Nara, Alfred tahu apa yang telah membuat Nara marah, meskipun begitu dia tidak ingin memberikan segala hal yang diinginkan Nara, Alfred ingin Nara terbiasa jika tidak semua hal yang dia mau bisa didapatkan.Dengan bibir yang masih cemberut Nara mengambil sendoknya.“Nara, berdo’alah terlebih dahulu,” ucap Alfred mengingatkan.Suara dentingan piring terdengar ketika Nara sedikit melempar sendoknya untuk melimpahkan kekesalan. “Aku tidak mau makan,” jawab Nara
“Jangan mendekat! Aku merekamnya dan sedang menelpon polisi!”“Hey anak kecil, jangan ikut campur urusan kami atau kau akan menyesalinya!” ancam salah satu pemuda dengan teriakan marahnya.“Bereskan dia,” titah pemuda berambut pirang.“Jangan mendekat!” teriak Floryn kian keras ketika salah satu pemuda itu berlari kearahnya, Floryn melompat menghindar ke sisi gang lain untuk menjaga jarak, sementara tangannya tidak berhenti mengarahkan kamera kepada mereka bertiga.“Kau mau aku pukul juga?” ancam salah satu pemuda. “Ayahku seorang polisi dan sekarang aku sedang menelpon teman polisinya!” jawab Floryn menunjukan handponenya. “Omong kosong!”Seorang pemuda bertubuh besar berlari ke arah Floryn, mencoba untuk merebut kamera untuk menghiangkan barang bukti.Refleks saja Floryn berlari ke sisi untuk menjaga jarak, sementara tangannya mempertahankan handycamnya seperti sedang merekam. “Pak polisi, penjahat itu hendak memukul saya setelah melukai seseorang, cepatlah datang kesini saya taku
Alfred berdiri di belakang Floryn, matanya bergerak tajam melihat apa yang tengah gadis kecil itu keluarkan dari dalam tas berwarna merah mudanya. Floryn mengeluarkan beberapa buah handycam dan meletakannya di atas meja.Seorang pegawai toko memeriksanya satu persatu dengan teliti untuk mengetahui apa yang saja yang perlu diperbaiki.Kening Alfred mengerut samar, tergelitik rasa penasaran. “Darimana semua handycam itu berasal?”Wajah Floryn mengadah, matanya melengkung seperti bulan sabit saat bibir mungilnya mengukir senyuman. “Ayahku seorang polisi dan kami baru pindah hari ini ke rumah dinas baru. Sepertinya, pemilik lama adalah seorang detective, aku menemukannya di dalam kamar.”“Bagaimana dengan handycam yang tadi kau gugunakan merekam?”“Tadi aku sedang berakting, aktingku bagus bukan?” ungkap Floryn berhasil membuat Alfred menganga terkejut sampai kehilangan kata-kata.Betapa meyakinkannya acting Floryn beberapa saat yang lalu ketika menolongnya. Alfred tidak bisa membayangkan
Malam yang gemerlap di kota Loor berhasil menghipnotis, diantara gedung-gedung yang berdiri kokoh, ada banyak pemandangan yang bisa Floryn nikmati sebagai orang yang baru pertama kali datang ke kota Loor.Jalanan yang luas begitu tertib dipenuhi oleh para pengendara, beberapa orang pejalan kaki bergerak cepat menuju halte dan stasiun kereta, masyarakat kota Loor lebih suka menggunakan angkutan umum atau bersepeda, karena harga kendaraan yang mahal dan pajak yang tinggi. Restaurant dan kedai-kedai tengah sibuk dipenuhi oleh pengunjung yang akan makan malam dan bersantai melepas penat mereka dari pekerjaan.Sekumpulan pengamen professional tengah bernyanyi dengan indah di sebuah taman, sementara di sebelah utara terdapat gedung opera yang tengah melakukan pertunjukan.Semakin jauh Floryn berjalan, dia semakin suka dengan pemadangan yang ada. “Apa kau menyukai bunga?”Suara Alfred yang bertanya mengalihkan perhatian Floryn, gadis kecil itu tertunduk malu sambil memeluk tas berisi semu
Bayangan tubuh kecil Floryn terlihat di atas dilantai, gadis itu tengah bersimpuh mencari-cari koin yang bisa dia dapatkan dari bawah claw machine dan beberapa mesin lainnya. Dibalik niat baiknya yang ingin menyenangkan hati Nara, Floryn telah lupa diri jika dia sangat miskin, satu sen uang yang dia miliki begitu berharga untuk bisa mengganjal perutnya yang sering kelaparan.Floryn menjangkau kolong mesin dengan tangannya, perjuangan Floryn membuahkan hasil. Kini, ada beberapa koin uang yang dia dapatkan digenggaman tangannya yang penuh debu.Floryn membuang napasnya perlahan mencoba untuk menurunkan ketegangan di bahunya, keberadaan boneka dinosaurus yang Nara inginkan masih berada di sudut tabung kaca. Apapun yang terjadi, dia harus berhasil karena tidak ada koin lagi yang bisa Floryn cari ditempat ini.Enam buah koin masuk ke dalam mesin, dengan tangan yang berkeringat dingin Floryn mulai memegang tuas dan menggerakannya dengan hati-hati.Suara mesin terdengar sedikit lebih kuat