Home / Romansa / Perangkap Tuan Muda / Mau Menikah Denganku?

Share

Mau Menikah Denganku?

Author: ArgaNov
last update Last Updated: 2022-01-04 19:08:53

Taman tempat ia sering bermain masih seperti dulu. Rumpun mawar tertata sangat cantik di tengah dan perdu-perdu berwarna-warni mengelilingi bagian yang berfungsi sebagai jalan setapat dan tempat bermain.

Aku tidak ingin kembali.

William menyugar rambutnya dengan kedua tangan. Ia enggan keluar dari mobil. Ketukan di kaca mobil membuatnya membuka mata. Ia harus keluar. Atau bisa saja diseret secara paksa nanti.

“Aku senang bisa melihatmu setelah sekian lama, Nak.”

Sayang sekali, William tidak merasakan hal yang sama. Ia juga tahu kalimat yang diucapkan ayah tirinya hanya di bibir saja. Jauh di dalam lubuk hati pria yang terpaksa dipanggil Ayah sejak umur lima tahun mengumpat, menyuruhnya mati setiap kali bertemu.

“Aku juga begitu, Papa. Aku rindu sekali dengan rumah.”

Kalimatnya begitu kontradiksi mengingat betapa ia selalu mencari alasan untuk bisa keluar dari rumah sejak umurnya sepuluh tahun.

“Ibumu sudah menunggu. Ia menjadi lebih sehat saat mendengar kamu akan datang hari ini. Ia sudah sarapan tadi pagi dan sekarang sedang menunggumu di ruang keluarga.” Kalimat-kalimat ayah tirinya terdengar riang.

William juga tak mau kalah. Ia mempertahankan senyum manisnya. Ia dengan patuh mengiringi langkah ayah tirinya ke ruang keluarga. Di sana wanita yang melahirkannya berada. Begitu melihat William di pintu, ibu William tersenyum.

“Kemarilah,” pinta ibu William sambil merentangkan tangan meminta pelukan.

William melangka cepat dan melakukan pelukan singkat yang sarat formalitas. Dulu mungkin ia sangat menyukai rentangan tangan ibunya. Tempat paling nyaman setelah menerima berbagai masalah dari sekitar. Saat usianya mencapai enam belas tahun, William sadar, pelukan itu hanya cara ibunya mengikat.

“Ibu merindukanmu.”

William masih mempertahankan senyumannya. Ia tidak menjawab dan malah duduk di kursi sofa terdekat. “Apa yang Ibu inginkan sekarang?” tanyanya lekas.

Inilah makna pertemuan orang tua anak yang ada di dalam keluarganya. Setiap kali ia dipanggil pulang, pasti ada hal yang harus diberikan.

“Ke-kenapa kamu bilang begitu. Ibu hanya rindu padamu,” sangkal wanita yang sudah melahirkan William itu.

“Yah, tentu saja rindu. Ibu membutuhkanku untuk mempertahankan pria ini, kan?” Saat ia telah dianggap dewasa, seluruh harta kekayaan milik keluarga ayah kandung dan Kakek—ayah dari Ibu—jatuh ke tangannya. Ibu hanya mewarisi rumah yang ditinggali.

“Jaga ucapanmu.”

William mengangkat alis. “Kenapa? Itu benar, kan? Kalau saja semuanya jatuh pada Ibu, kamu tidak akan meneleponku lagi. Apa gunanya anak yang tidak memiliki apa-apa?” William berdiri dan mengambil cerutu yang disimpan di lemari pajangan. Ia tidak merokok, tapi setiap kali pulang William tertantang untuk menyesap benda tersebut seperti bajingan.

William bisa melihat kekesalan tergambar di wajah ayah tirinya. Lelaki yang sudah menikahi ibunya sejak ia berusia tujuh tahun dan kemudian mengkhianati kepercayaannya dengan cepat tersebut menghentakan kaki kesal dan keluar.

“Jadi apalagi yang diinginkan pria ibu?” William tidak bisa lagi berbasa-basi setelah banyak permintaan untuk menyenangkan pria tersebut datang begitu ia mengambil alih semua anak perusahaan.

“Kamu membenci Ibu?”

William tidak bisa menyebut perasaan yang dirasakan pada ibunya sebagai benci. Ia sangat menyayangi wanita yang melahirkannya ini. Ia dan ayahnya sangat sayang sampai-sampai buta. Namun, sekarang menemui ibunya dan berbasa-basi hanya formalitas supaya wanita ini tidak sendirian saja. Ia pernah percaya jika cinta ibunya hanya untuk William saja, kemudian ia kecewa.

“Katakan saja apa yang diinginkannya kepada Azzar. Asistenku pasti bisa menyampaikannya dengan baik.” William sama sekali tidak punya keinginan untuk menjawab.

“Benarkah?” Wajah ibu William cerah. “Kamu mau menikah dengan Lily.”

William meletakan cerutu di asbak. Ia pasti salah dengar. Mungkin ibunya mengatakan nama mobil yang terdengar seperti Lily.

“Lily keponakan Wyatt sangat baik. Dia sering ke sini untuk menemaniku. Aku sudah menanyakan padanya, apa diam mau menikah. Dia menjawab dengan malu kemarin. Karena itu ….”

Sekarang William bisa mencernanya dengan jelas. Seluruh tubuh jadi terasa tegang. Semua yang didengar permintaan yang tidak masuk akal. Ia bahkan tidak kenal siapa gadis bernama Lily.

“Jangan katakana apapun,” pinta William memotong.

Ia kemudian menyadari, mungkin saja semua sudah diatur seperti sebelumnya.

***

Amanda susah payah mengusir Prisilla untuk pergi dari kamar kosnya. Setelah semalam ia mengalami kejadian buruk, temannya itu tak mau meninggalkan Amanda walau hanya sebentar.

“Bagaimana kalau dia datang lagi?” Prisilla memegangi daun pintu yang berusaha ditutup Amanda.

“Alex tidak akan datang ke sini!” tegas Amanda walau tidak yakin.

Hanya saja perasaan Amanda mengatakan pria brengsek tersebut tidak akan mencari masalah untuk sementara waktu. Lagi pula, pria brengsek lainnya sudah mewanti-wanti kemarin.

“Percayalah padaku,” pinta Amanda.

Permintaan tulus inilah yang akhirnya meluluhkan hati Prisillah. Gadis itu akhirnya pergi bekerja juga. Amanda sendiri masih punya beberapa hari waktu cuti lagi. Harusnya Amanda pulang dari liburan dua hari lagi. Namun, kejadian buruk itu membuatnya memutuskan untuk kembali lebih cepat.

“Tidak aka nada yang terjadi. Jangan pikirkan apapun,” bisiknya memantrai hati. Ia sering melakukan ini untuk merasa lebih baik.

Maka Amanda pikir melakukan semua hal yang bisa dilakukan akan membuatnya tetap waras. Ia baru saja selesai mandi saat pintu kamarnya diketuk.

“Prisilla kembali?” gumam Amanda keheranan. Ia akan memarahi temannya ini jika benar itu yang terjadi. Amanda baik-baik saja di kamarnya. Tidak akan ada hal buruk yang terjadi selama ia di dalam saja. “Dengar prisilla. Aku akan ….”

Amanda tak jadi menyelesaikan kalimatnya. Bukan Prisilla rupanya yang mengetuk pintu. Ia pernah bertemu dengan lelaki yang berusia awal empat puluhan tersebut. Lelaki ini yang mengantarnya keluar hotel di pagi hari setelah bermalam dengan William.

“Maaf, Nona, apa saya membuat Anda tidak nyaman?” Lelaki yang sama sekali tidak diketahu namanya oleh Prisilla berbicara dengan bahasa formal.

Prisilla bertanya dalam hati, apakah boleh membanting pintu. Hatinya lekas menjawab, kalau orang di depannya sama sekali tidak memiliki kesalahan.

“Ada keperluan apa Anda kemari?” tanya Amanda dengan bahasa formal juga.

“Saya diutus oleh Tuan William untuk menjemput Anda.”

Apa yang sebenarnya diharapkan Amanda dengan kemunculan pria di depannya. Sebuah permintaan maaf atau sesuatu yang lain. Ia rasa sudah saatnya sekarang membanting pintu.

“Silakan kembali dan katakan pada Tuan Anda kalau saya tidak tertarik bertemu dengannya.”

Amanda benar-benar membanting pintunya keras-keras sambil berharap pemilik rumah tidak akan marah padanya.

***

Seperti yang diduga Amanda, utusan William sama sekali tidak menyerah. Setelah ia mengusir dengan cara membanting pintu, pria setengah baya yang tidak ingin diketahui namanya oleh Amanda menemui ibu kostnya. Rasanya menyebalkan karena harus menahan diri saat ditemani bertemu dengan pria utusan William.

“Saya akan meninggalkan kalian, ya,” kata pemilik rumah indekos tempat Amanda menyewa. Ia mengangguk hormat pada Pak tua yang duduk canggung di depan Amanda.

“Saya benar-benar tidak ingin bertemu dengan tuan Anda.” Amanda mengungkapkan apa yang ada di pikirannya.

“Tuan saya hanya ingin bertemu dengan Anda sebentar, Nona. Saya akan terus ke sini sampai Anda menyetujuinya.”

Membiarkan pria tua ini ke sini setiap hari menjadi ancaman menganggu ketenangan Amanda. Ia akan terus-terus direcoki oleh pemilik rumah kosnya sampai menemui pria di depannya. Ia benar-benar hanya ingin ketenangan, bukan hal lain. Bertemu dengan William bukan cara untuk mendapatkan ketenangan.

“Jika saya menemuinya, dia akan berhenti menganggu saya seperti ini?”

Amanda butuh jaminan jika William tidak akan menganggunya lagi. Ia menunggu sampai pria tua di depannya mengangguk.

“Apa Anda mau bertemu dengan Tuan William?”

Amanda membuang napas berat dan mengangguk perlahan.

***

William memesan restoran di hotel ini secara khusus. Aneh memang saat ia bersiap untuk menemui seorang gadis yang dianggap alat untuk kesusksesannya seperti ini. Perasaan aneh yang dirasakan seketika ditepis dengan banyak alasan, salah satunya adalah fungsi Amanda yang sangat penting dalam rencana yang sudah disiapkan.

Pesan lain masuk dari Azzar, saat ini Amanda telah sampai di lobi dan dalam perjalanan ke dalam restoran. William penasaran seperti apa penampilan gadis itu hari ini. Saat pertama kali bertemu di kafe terbuka milik hotel, Amanda seperti seorang peri. Ia bersinar di antara gadis lainnya, membuat William ingat pada gadis yang sudah menaut hatinya saat kecil. Ketika ia telah kembali ke kota Jakarta dan terpaksa harus ikut dalam pesta yang diselengarakan rekan bisnisnya. William melihat seorang bunga yang menawan semua mata. Gadis itu berubah di setiap pertemuan mereka.

Begitu pintu restoran terbuka, musik yang secara khusus di pesan mengalun. Ia tidak berpikir kalau itu bisa memikat Amanda. Di balik kepolosan yang ditampilkan gadis yang beberapa hari tidur di ranjangnya, tersimpan kekeraskepalaan yang mengalahkan William.

“Senang bisa bertemu denganmu lagi.” William tersenyum dan berdiri. Ia memutari meja dan menarik kursi untuk Amanda duduk.

Gadis itu tersenyum miring, tidak menyembunyikan perasaan tak sukanya. Sekelebat William bisa melihat ketakutan di sana juga. Ia bergeser dan tidak duduk di kursi yang ditarik William. Amanda malah menarik kursi dari meja lain dan duduk di sana.

William tertawa dan kembali duduk di kursinya sendiri. “Aku selalu takjub dengan apapun yang kamu lakukan,” pujinya.

Tak sedikit pun Amanda berterima kasih atas pujian tersebut.

“Saya benar-benar tidak senang bertemu dengan Anda. Bisakah Anda tidak menganggu hidup saya lagi? Saya berusaha melupakan semua kejadian buruk waktu itu.” Amanda tidak memandang William saat bicara.

Tindakan Amanda, memancing William untuk mengodanya. Ia bersandar dan mengosok rahang dengan tangan. “Sayang sekali aku tidak ingin melupakannya. Kamu suka pada tindakanmu malam itu.”

Wajah Amanda memerah seketika. Matanya kini sudah berkaca-kaca. William mulai menebak-nebak apa yang akan terjadi, gadis di depannya akan mengamuk atau menangis. Manapun dari kedua pilihan yang terjadi sudah diantisipasinya. Ia bisa melihat setetes air mata Amanda lolos yang langsung dihapus dengan punggung tangan. Suara gadis itu bergetar saat bicara selanjutnya.

“Itu bukan kejadian baik yang terjadi pada saya. Saya memohon pada Anda untuk melupakan semua itu. Anggap saja semua tidak pernah terjadi. Saya mohon.”

“Bagaimana kalau aku ingin bertanggung jawab?” tanya William. Ia mendorong tubuhnya jauh hingga begitu dekat melewati separuh meja kecil yang membatasi mereka.

“Bertanggung jawab?” Suara Amanda seperti mengejek, getaran masih ada di nadanya. “Apa Anda pikir semua hal bisa dibeli dengan uang? Saya tidak seperti itu!”

Karena semua hal yang sudah terjadi, wajar jika Amanda salah paham tentang pertemuan ini. Amanda pasti berpikir kalau ia datang untuk menutup mulut gadis itu.

“Saya tidak menginginkan uang Anda. Saya juga tidak bermimpi menceritakan kejadian buruk tersebut pada siapapun. Jadi Anda tidak perlu menemui saya seperti ini. Sekali lagi saya mohon, jangan menyuruh orang Anda datang ke tempat saya. Saya akan berusaha tidak pernah muncul dalam kehidupan Anda apapun yang terjadi.” Amanda berdiri dan hendak pergi.

William akan menyesal jika kehilangan gadis seperti Amanda. Ia harus menangkap gadis itu bagaimanapun caranya. Saat ini pernikahan adalah cara paling baik untuk menangkap Amanda di sisinya.

“Bagaimana kalau aku datang menawarkan pernikahan padamu?”

Amanda berhenti, ia memutar tubuhnya dan memandang William melalui bahunya. “Pernikahan bukan sebuah candaan.”

“Siapa yang bercanda? Aku memang berniat menikah denganmu.” William mendorong kursi dan melangkah mendekati Amanda. Ia meraih jemari gadis itu dan mengecupnya lama. Ia menunduk dengan jemari Amanda di tangannya. “Apa kamu mau menikah denganku?”

***

Ini lelucon yang sangat memuakkan. William sudah bercanda saat berada di Bali. Sekarang pria tampan seperti malaikat, tetapi berperangai layak iblis ini bercanda lagi. Seluruh tubuh Amanda bergetar menahan amarah. Ia bisa saja meludahi dan menendang pria yang sedang berjongkok di depannya kini. Hal yang akan dilakukannya pasti mampu mencoreng kepercayaan diri William. Akan tetapi, tindakan itu tidak bisa dilaksanakan.

Begitu mereka menoleh karena suara garpu yang terjatuh ke lantai, Amanda melihat Prisilla menutup mulut menahan pekikan. Ia bertanya-tanya apa yang didengar teman baiknya itu. Ia berharap Prisilla tidak mendengar semuanya.

“Sepertinya kamu tidak bisa menolakku di depan pelayan itu, ya?”

Amanda mendorong tubuh William dan mundur karena kaget. Jantungnya melompat-lompat di dada dan telinga Amanda terasa cukup panas karena napas William.

“Sepertinya kamu bisa makan dengan temanmu di sini hari ini. Lagi pula restoran ini sudah kupesan semua. Selamat menikmatinya, aku akan menghubungimu lagi.”

“Tu-tunggu! Hei!” Amanda berteriak memanggil William. Ia melupakan kesopanan yang dijaga sejak tadi.

William terus berjalan seolah-olah tidak mendengar perkataannya. Ia hanya melambai dan Azzar langsung muncul mengirim langkahnya. Amanda berdoa supaya William tersandung dan jatuh dengan wajah lebih dulu mencium lantai.

“Astaga, Amanda! Apa yang kudengar tadi!” Prisilla muncul dengan berisik. Wajahnya sangat bahagia dan setiap kali ia berkata, pekikan kecil juga muncul di mulutnya.

“Tenang dulu,” pinta Amanda. Ia akan menjelaskan pada Prisilla apa yang terjadi—mungkin mentiadakan cerita tidur di ranjang William dan semua hal yang dilupakan. “Begini, dengarkan aku.”

“Kamu tidak tahu berapa banyak orang yang ingin berpapasan dengan dia. Kamu kenal dia, kan? Pebisnis muda yang cemerlang!” Prisilla terpekik lagi. “Sekarang dia melamarmu! Melamar temanku! Ya Tuhan!”

Amanda mengernyit sepertinya akan butuh waktu untuk membuat Prisilla mau mendengar perkataannya.

Related chapters

  • Perangkap Tuan Muda   Tempat Amanda Dibesarkan

    Kepala Amanda sakit sekali. Ia susah payah mengusir Prisilla semalam. Teman karibnya itu memaksa untuk tetap berada di kamar kosnya sampai ia menceritakan bagaimana William dan Amanda bisa bertemu. Selepas Prisilla pulang, Amanda tak lantas tidur. Pikirannya berkelana tanpa arah. Pertama-tama menyalahkan takdir pertemuannya dengan Alex. Kemudian menyalahkan dirinya yang kerasa kepala, padahal banyak orang yang sudah memperingatkannya. Selanjutnya ia mengutuk diri sendiri karena terpesona pada William. Amanda mengacak kepalanya karena frustrasi. Ia lalu merebahkan diri memandang langit-langi yang mungkin saja bisa menenangkan hatinya sedikit. “Kenapa hal seperti ini bisa terjadi? Aku punya dosa apa di masa lalu sampai dihukum seperti ini?” keluhnya sebelum menutup wajah dengan bantal. Begitu merasa sesak ia melempar benda itu ke sisi lain ranjang. Jika terus-terusan berada di rumah, Amanda tidak tahu akan sebanyak apalagi pikiran buruk datang padanya.

    Last Updated : 2022-01-09
  • Perangkap Tuan Muda   Hubungan Berdasarkan Kesepakatan

    “Jadi dia menolak keponakanku?” Ayah tiri William meremas kertas yang menjadi bulatan-bulatan kecil dan menjentikannya kembali ke atas meja.Ia baru saja selesai menjamu keponakannya yang patuh dan cantik. Kembali mengatakan pada gadis berusia 23 tahun tersebut kalau anak tirinya akan menyetujui rencana pertunangan tersebut. Kini ia mendapatkan kabar yang bisa menghancurkan rencananya dengan cepat.“Dia tidak punya hubungan dengan seorang gadis bukan?” tanya Wyatt pada mata-mata yang ditempatkan di dekat William.Pemuda yang menjadi sopir pribadi William itu memberi hormat terlebih dahulu sebelum menjawab, “Saya mengantarkan seorang gadis dari hotel tempat menginap Tuan William di Bali. Gadis itu pergi dengan tergesa-gesa di pagi hari. Tuan Azzar meminta saya mengantarkan gadis itu ke bandara dengan selamat.Wyatt mendesah. Ada-ada saja yang berusaha mengagalkan rencananya. Awalnya ia ingin memanfaatkan Esme, untuk mengekang

    Last Updated : 2022-01-12
  • Perangkap Tuan Muda   Kabur

    “Bersumpahlah padaku kamu tidak akan memberitahu siapapun!”Mata Amanda lekat memandang Prisilla. Gadis itu balas menatapnya bingung. Mungkin tidak menyangka alih-alih mendengar kabar gembira, Prisilla malah diminta bersumpah.“Tunggu sebentar, sebenarnya ada apa?” Prisilla jelas tak mau begitu saja disumpah untuk sesuatu yang tidak dimengerti.Amanda mulai menimbang-nimbang untuk jujur. Jika ia ingin kepercayaan dari Prisilla, dirinya tentu juga harus mengatakan semuanya. Mana mungkin ada seseorang yang percaya tanpa pikir panjang.“Ada sesuatu yang tidak kuceritakan padamu.” Amanda memulainya. Namun, ia tetap gelisah karena merasa akan mencoreng arang ke keningnya.“Ada apa, Amanda? Jangan buat aku penasaran!” pekik Prisilla akhirnya karena Amanda tidak kunjung bicara.Amanda malah meremas-remas jemarinya. Matanya menatap gelisah dan tidak fokus di satu tempat saja. “Kamu pasti ingat pa

    Last Updated : 2022-01-18
  • Perangkap Tuan Muda   Kakak Prisilla

    Mobil yang membawa Amanda melewati perbukitan dan kemudian menghamparkan pemandangan laut, berhenti di perhentian terakhir sekitar lima belas menit lalu. Karena baru pertama kali berada di tempat itu, jujur Amanda memang kebingungan apa yang harus dilakukan. Ia memang sudah mendapatkan nomor kakaknya Prisilla, tapi apa yang akan dikatakannya saat menelepon? Aku sudah sampai? Siapa memang dirinya sampai berkata seperti itu.“Sebaiknya kutunggu saja.”Diedarkan pandangan ke sekitar terminal bus kecil tersebut dan melihat beberapa warung makan yang masih buka. Barulah kini Amanda menyadari jika dirinya merasa lapar. Ia mengangkat tas kain yang berisi beberapa helai pakaian ganti menju warung bertuliskan nasi soto.“Silakan duduk, Nak, mau makan apa?” tanya seorang ibu yang memakai kebaya.Amanda memperhatikan menu yang ada di dinding yang dilengkapi dengan gambar, bukan hanya soto saja yang dihidangkan di warung kecil ini. Ad

    Last Updated : 2022-01-21
  • Perangkap Tuan Muda   Kehidupan Aman yang Hanya Mimpi

    Prisilla anak bungsu dari lima bersaudara. Rumah mereka terletak tak jauh dari pantai. Tiga kakak laki-laki Prisilla di atas Agus sudah menikah. Agus sendiri juga sudah diburu pertanyaan “Kapan nikah?” oleh orang-orang di sekitarnya. Namun, kakak Prisilla tersebut tidak terlalu memikirkan dan sibuk dengan pekerjaannya sebagai satpam.“Oh … kamu di sini?”Amanda menoleh dan menemukan Agus berdiri dua meter dari kursi kayu di tepi pantai tempat ia menghabiskan waktu.“Ada sesuatu?” tanya Amanda yang langsung berdiri.Ia sudah hampir seminggu tinggal di rumah Prisilla. Keluarga temannya tersebut membiarkannya menggunakan kamar Prisilla yang kosong untuk waktu yang lama. Bahkan mereka senang dengan keberadaannya. Malahan, belakangan ia dijodohkan dengan Agus, kakak Prisilla yang belum menikah.“Tidak. Hanya Ibu memintaku untuk melihat di mana kamu berada. Prisilla mewanti-wanti kami untuk menjagamu tetap

    Last Updated : 2022-02-01
  • Perangkap Tuan Muda   Marah Pada Prisilla

    Amanda tahu kalau tidak ada gunanya marah. Namun, ia tetap merasa dikhianati oleh Prisilla. Ia sudah benar-benar percaya pada sahabatnya itu.“Aku benar-benar minta maaf, Manda.” Prisilla terisak dan Amanda masih belum menyahuti permintaan tersebut sejak tadi.Ia mendekam diam di dalam kamar kosnya sejak datang dan belum keluar sama sekali. Didengarnya Prisilla mengetuk kembali pintu kamar kosnya. Amanda sempat mengintip sebentar tadi dan menemukan asisten pribadi William juga ada di sana. Seorang laki-laki bernama Azzar.“Pulang saja, Prisilla. Aku tidak mau bertemu denganmu hari ini atau besok. Biarkan aku sendiri dan berpikir!” seru Amanda keras dari dalam kamar.Jam menunjukan pukul 10 pagi dan semua orang di rumah kos ada di luar melakukan kegiatan mereka. Sehingga Amanda tidak khawatir berteriak-teriak dan kemungkinan menganggu seseorang.“Amanda, ini tidak baik. Kamu harus membiarkanku menemuimu. Aku bisa menjel

    Last Updated : 2022-02-02
  • Perangkap Tuan Muda   Calon Mertua

    Hanya satu hari William membiarkan Amanda tenang. Keesokan harinya Azzar kembali diutusnya ke rumah indekosnya dan tetap bertahan di sana sampai siang. Padahal Amanda bertekad untuk mendekam di dalam kamar sepanjang hari setelah mengirim Prisilla yang menginap di kamarnya keluar.“Saya cuma ingin tenang sehari saja, Pak,” keluhnya pada Azzar begitu keluar kamar.Seperti pertama kali bertemu, Azzar menghubungi pemilik kos Amanda untuk memaksa gadis tersebut.“Maaf, Nona, ini perintah Tuan. Saya tidak bisa menolaknya,” kata Azzar sambil menundukkan kepala.Andai saja Amanda diberi kekuatan super, ia akan mengunakan sebagian kekuatan tersebut untuk menghukum William. Tiba-tiba ia memiliki ide untuk mengirimkan mimpi buruk ditidur William sebagai balasan sudah menganggunya.“Jadi apa yang harus saya lakukan sekarang?” tanya Amanda bingung.Azzar tidak menjawab dan membawa Amanda ke toko pakaian wanita. Begitu

    Last Updated : 2022-02-03
  • Perangkap Tuan Muda   Calon Mertua

    Hanya satu hari William membiarkan Amanda tenang. Keesokan harinya Azzar kembali diutusnya ke rumah indekosnya dan tetap bertahan di sana sampai siang. Padahal Amanda bertekad untuk mendekam di dalam kamar sepanjang hari setelah mengirim Prisilla yang menginap di kamarnya keluar.“Saya cuma ingin tenang sehari saja, Pak,” keluhnya pada Azzar begitu keluar kamar.Seperti pertama kali bertemu, Azzar menghubungi pemilik kos Amanda untuk memaksa gadis tersebut.“Maaf, Nona, ini perintah Tuan. Saya tidak bisa menolaknya,” kata Azzar sambil menundukkan kepala.Andai saja Amanda diberi kekuatan super, ia akan mengunakan sebagian kekuatan tersebut untuk menghukum William. Tiba-tiba ia memiliki ide untuk mengirimkan mimpi buruk ditidur William sebagai balasan sudah menganggunya.“Jadi apa yang harus saya lakukan sekarang?” tanya Amanda bingung.Azzar tidak menjawab dan membawa Amanda ke toko pakaian wanita. Begitu

    Last Updated : 2022-02-05

Latest chapter

  • Perangkap Tuan Muda   Epilog

    Kuburan Wyatt terletak di dekat makan Anna. Nama Wyatt terpampang jelas di sana. William sangat keberatan dengan kedatangan William ke makan Wyatt. Menurutnya tak perlu melakukan hal yang berlebihan menunjukkan rasa hormat yang tak seharusnya tak diterima Wyatt. “Usia kandunganku sekarang tiga bulan! William sangat tidak suka saat aku mengusulkan ke sini! Tapi, aku harus pergi ke sini!” Amanda bermonolog sendiri. Ia berhenti dan menoleh ke arah jalan masuk tempat ia datang. Ada Azzar di sana dan juga Inel. Ia berhasil menyuruh dua orang itu berhenti di pintu masuk. Jadi ia bisa mengatakan apa yang ingin dikatakan di sini. “Aku sama sekali tidak merasa sedih karena kematianmu! Hubungan kita tidak sampai seperti itu, bukan! Kamu tidak menyukaiku, aku juga tidak!” Ia lalu meletakan salah satu buket bunga yang dibawa di makam Wyatt dan satunya lagi di tempat Anna. “Ibu menceritakan padaku seperti apa Anna. Kami berhasil menemukan salah satu foto tua wanita yang kamu cintai itu. Dia .

  • Perangkap Tuan Muda   Terima Kasih

    “Kenapa kamu muncul di sini lagi? Astaga!” Stefani terpekik di depan pintu. Kepala William muncul kembali. Kalau Amanda tak salah hitung itu sudah terjadi sebanyak tiga kali dengan intensitas sepuluh menit sekali. Amanda yang mengetahui perbuatan William hanya berpura-pura saja tak mendengar dan tetap fokus pada riasannya yang sedang dikerjakan. “Apa riasannya sudah selesai?” tanya William datar. “Kalau dia sudah selesai, aku akan mengantarnya ke depan pintu! Pergilah dari sini atau aku akan membawa kabur istrimu!” Ancaman keluar dari mulut Stefani. Saat wanita yang menjadi perancang busana itu menutup pintu dengan dibanting keras, ia masih saja merungut panjang pendek. “Lihat bagaimana pria menyebalkan itu menjadi posesif pada apa yang dimilikinya!” tambahnya sambil menyentak-nyentak ujung gaun Amanda sehingga semakin cantik jatuhnya. “Maafkan dia!” pinta Amanda mewakili William. “Pastikan dia membayar dua kali lipat. Biaya jasa dan permintaan maaf karena sudah menganggu!” seru

  • Perangkap Tuan Muda   Dia yang Ada di Rahim Amanda

    Amanda memandangi bayangannya di cermin. Tak menyangka akan bersama William semalam. Mereka berdua bahkan melupakan makan malam. Lalu pagi tadi, William bangun di sampingnya tersenyum dan mengucapkan kata “pagi” dengan senyum cerah.“Jantungku tidak akan kuat!” keluh Amanda.Mengingat bagaimana William begitu menginginkannya saja sudah membuat Amanda meledak karena senang. Benar seperti ini, kan, rasanya dicintai?” Tanya Amanda di dalam hati.Suara ketukan di pintu kamar menyentak lamunan Amanda. Ia menoleh. “Siapa?” tanyanya. Dalam hati ia menebak, Jangan-jangan itu William?Setelah selesai mandi, William bergegas pergi. Amanda sempat melihat Azzar ada di pintu tadi. Ia akan memarahi Azzar nanti saat hanya ada mereka berdua saja.“Ini Inel, Nyonya! Sarapannya mau di kamar atau di ruang makan saja?” tanya Inel.“Ruang makan saja!” seru Amanda.Ia benar

  • Perangkap Tuan Muda   Aku Mencintaimu

    “Astaga ... Pak Azzar! Kenapa berdiri di depan pintu!” seru Amanda kaget.Ia menutup pintu dengan sangat hati-hati supaya tidak terdengar sampai ke dalam kamar mandi. Tetapi, malah hampir menabrak Azzar yang entah bagaimana telah berdiri di sana. Amanda yakin kalau saat ia masuk beberapa saat lalu, tidak ada siapapun di sana. Bahkan saat Inel pelayan yang membantu Amanda membuka pintu, masih tidak ada siapa-siapa.“Tuan William mengirimi saya pesan untuk berada di sekitar sini jika ada apa-apa!” Setelah mengatakan itu Azzar berdehem. Ia sepertinya sedikit malu dengan perintah yang diberikan padanya. Amanda jadi penasaran apa isi perintah sebenarnya. “Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?” tanya Azzar pada Amanda.“Prisilla sebentar lagi akan datang!”Jika William bahkan menempatkan Azzar di depan pintu, maka sepertinya pembicaraan yang akan dilakukan suaminya itu begitu penting.“Jadi?” tanya

  • Perangkap Tuan Muda   Jangan Pergi ke Mana-Mana

    “Maafkan aku!” Esme hampir terjatuh karena membungkuk untuk minta maaf pada Amanda.Sementara itu Amanda sama sekali tidak mengerti kenapa wanita yang menjadi ibu suaminya itu minta maaf. Tetapi, Amanda berhasil menyambut tubuh Esme dan membantunya duduk dengan benar kembali.“Jangan lakukan hal yang berbahaya, Bu!” William terdengar memperingatkan dengan kesal.Di telinga Amanda walau terdengar ketus, peringatan William terdengar tulus. Suara dingin setiap kali berbicara pada ibunya yang keras didengar Amanda sudah tidak lagi ada. Ia benar-benar senang mendapati perubaha selama dirinya tak ada.“Ibu mau minum teh denganku di taman?” tanya Amanda.Ia telah banyak tidur di atas pesawat dan penerbangan yang tak sampai dua jam tersebut sama sekali tidak memberinya efek buruk seperti mabuk. Dilihatnya Esme menoleh dahulu pada William.“Tidak ....”Sebelum William selesai mengatakan penolakan

  • Perangkap Tuan Muda   Jika Harus Kehilangamu

    Amanda menatap awan-awan tipis yang ada di bawahnya. Beberapa saat lalu ia melihat hamparan berwarna biru yang diyakini sebagai laut. Kini ada pepohonan dan rumah-rumah yang seperti kotak korek api. Walau Amanda tidak pernah suka dengan getaran yang dirasakan saat pesawat pertama kali naik dan mendarat. Semua terbayarkan dengan apa yang dilihat sekarang.“Kamu menyukainya?” tanya William.Amanda menoleh dan mengangguk senang. Sejak tadi pipinya ia tersenyum dan rahangnya akan mencapai batasnya sebentar lagi. Ia bisa merasakan sentakan rasa ngilu pada persendian rahang. Akan tetapi, ia merasa sangat senang bisa bersama William, bergenggaman tangan, dan tak harus bersikap tak tertarik pada pria yang menjadi suaminya itu. Ia bahkan siap membayar dengan apapun yang dimiliki karena sudah melangar kontrak.“Apa lagi yang kamu sukai?” tanya William selanjutnya.Senyum Amanda tak lantas menghilang walau saat ini ia sedang berpikir. “

  • Perangkap Tuan Muda   Membawa Pulang Amanda

    Mobil-mobil berhenti tepat di depan rumah sederhana terbuat dari bata merah dan belum d plester. Terasnya cukup lebar dan ada bale-bale bambu di depan sana. Dua wanita berbeda usia keluar dengan tergesa-gesa dari pintu dan tampak terkejut menatap dua mobil yang berhenti di halaman yang rapi. Satu mobil lagi parkir di tepi jalan karena tidak muat di halaman.Ketika para lelaki yang ada di dalam mobil keluar, kedua wanita yang berbeda usia tersebut mundur. Yang lebih muda melindungi wanita yang lebih tua yang berada di belakangnya.“Maaf mengagetkan kalian berdua!” kata William lekas.Begitu turun ia bergegas menghampiri kedua wanita yang berdiri dan menatap takut ke arah mobil-mobil yang datang.“Kalian siapa? Ada urusan apa kemari?”Ada getaran yang jelas-jelas didengar William tanpa usaha. Datang dengan tiga mobil sekaligus ternyata adalah pilihan yang buruk. Ia mendesah dan sekali lagi mengumamkan kata maaf.“

  • Perangkap Tuan Muda   Di Mana Amanda?

    “Aku akan ikut untuk menjemput Amanda!” Keputusan bulat itu mendadak muncul di kepala William dan lekas disuarakan.Mata-mata yang tidak setuju milik Esme dan Azzar langsung terlihat. William sama sekali tidak peduli. Kalau ia mengutus orang lain maka akan butuh waktu untuk bisa melihat Amanda. Waktu yang dibutuhkan menjadi dua kali lipat dihitung saat keberangkatan dan saat pulang.“Ada banyak yang harus kamu urus di sini, Wil!” ingat Esme.“Semuanya bisa diurus atau kalau benar-benar membutuhkanku bisa dipending! Aku akan pergi dengan mereka juga!”Azzar dan juga Esme tahu kalau William sudah mengambil keputusan maka tidak ada seorang pun yang bisa mengubahnya. Mereka berdua hanya bisa menghela napas.“Berhati-hatilah dan bawa istrimu pulang dengan selamat!” Pesan Esme pada akhirnya.Ia mengangat tangan dan seorang pelayan datang lalu mendorong kursi roda milik Esme. Mereka berdua keluar dari

  • Perangkap Tuan Muda   Pasti Akan Pulang

    “Kami berhasil membawa wanita yang disebut-sebut dokter itu, Tuan!” kata Azzar memberitahu William.William duduk dengan wajah tegang. Tetapi ia benar-benar sangat bahagia. Akhirnya setelah sebulan lebih pencarian, ia menemukan titik terang ke mana Amanda di bawa oleh Wyatt. Pantas saja tak ada kabarnya kalau Amanda disembunyikan di tempat kecil begitu.“Apa wanita itu mencoba melarikan diri?” tanya William.“Tidak, Tuan, malahan ia langsung pergi saat kami mengatakan kalau merupakan utusan Anda dan memperlihatkan foto pernikahan Anda!” kata Azzar.Ia pikir komplotan Wyatt yang kali ini lumayan bodoh. Atau ia tahu kalau Wyatt sudah tewas dan makanya berpendapat sudah tak ada gunanya membantu. Semakin lama bersama Amanda kemungkinan terciduk juga akan semakin besar.“Bawa dia kemari!” suruh William.Ia ingin mendengar wanita yang sudah menyembunyikan istrinya memohon dan meminta ampun untuk tida

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status