"Jadi kalian apa akan pulang ke rumah besok?" tanya Jonas yang masih dalam suasana bulan madu.Ketiga pasangan suami istri itu duduk mengelilingi meja makan salah satu restoran masakan khas Turki. Mereka sengaja makan malam usai seharian puas berkeliling kota Istanbul. Hari pertama dan kedua memang sengaja dihabiskan di Cappadocia dengan wisata festival balon udara."Iya, kami sudah berlibur terlalu lama, Jonas. Kalian berdua silakan menikmati momen spesial tanpa gangguan dari kami. Apa besok jadi terbang langsung ke Swiss?" jawab Jordan sambil menikmati suapan köfte (daging cincang berbentuk bola dengan rasa rempah) dari sendok Chantal.Jonas pun menyahut, "Rencananya begitu, nanti setelah dari Swiss barulah kami pulang ke Texas. Terima kasih sudah menemani liburan bersama ke Turki ya, Guys!"Mereka mengobrol seru mengenai rencana untuk kapan-kapan lagi tur Eropa. Namun, Chantal menyeletuk, "He
"Hello, Mom. Ada apa?" jawab Jonas yang baru saja melakukan check in tiket pesawat di Bandara Istanbul. Nyonya Cecilia Benneton berkata dengan nada geram, "Hello, Jonas. Apa wanita itu terus menerus mengajak kau berlibur dan melupakan pekerjaanmu di kantor? Daddy sudah terlalu lama menghandle pekerjaanmu di sini. Apa kau masih lama pulang ke Texas?"Perkataan ibundanya membuat Jonas menjadi tidak enak hati. Dia dan Audrey berencana memperpanjang bulan madu ke Swiss. Tiket telah dibeli dan mereka siap berangkat sebentar lagi kurang dari satu jam jadwal penerbangan pesawatnya. "Mom, kami akan meneruskan bulan madu ke—""Jangan berangkat, kau pulang sekarang ke Texas. Mom sudah melarang dad untuk masuk kantor besok pagi!" potong Nyonya Cecilia Benneton tak mau tahu alasan putra sulungnya yang menjadi CEO perusahaan manufaktur makanan dan minuman kaleng terkemuka.Jordan dan Calvin yang mendengar suara merepet ibunda Jonas dari loud speaker ponsel sobat mereka pun saling berbisik. Tiket
"Ohh no, Calvin. Baru saja kita sampai di hotel sudah turun salju. Udaranya dingin sekali!" keluh Jessica Carrera dengan tubuh menggigil. Seusai membayar tarif taksi yang mahal karena perjalanan jauh dari Bandara Zürich hingga hotel tempat mereka menginap, Calvin membiarkan bell boy mengangkut koper mereka dan tas belanjaan Jessica tadi ke dalam lobi. "Tenanglah, ada penghangat di kamar pastinya dan aku juga akan membuatmu tak kedinginan lagi. Tunggu sebentar ya aku akan selesaikan proses check in kamarnya di resepsionis!" jawab Calvin sembari berjalan ke meja konter di lobi."Selamat datang di Hotel Villa Honeg. Apa sudah membuat reservasi kamar, Sir?" sambut wanita muda berambut sedagu pirang itu kepada tamunya."Hello, Miss. Saya mereservasi sebuah kamar atas nama Mister Jonas Benneton. Apa ada di daftar Anda?" jawab Calvin sesuai perubahan rencana sobatnya.Petugas resepsionis itu memeriksa di layar komputer kerjanya lalu menjawab, "Yes, Sir. Ada reservasi satu kamar di lantai t
"Perjalanan pulang yang melelahkan, Audrey. Kuharap kau tidak jatuh sakit setelah liburan usai!" ujar Jonas setelah menurunkan koper Jessica dan Calvin di Bandara Miami, Florida. "Tidak, aku baik-baik saja, Hubby. Lantas apa koper mereka akan kita bawa sampai Texas?" balas Audrey sembari berjalan di sebelah Jonas menuju ke loket pembelian tiket pesawat dari Miami ke Dallas. Setelah selesai membeli tiket berdua, Jonas pun menjawab, "Ada karyawan Calvin yang akan membawa pulang koper-koper ini ke penthouse mereka. Sepertinya itu orang suruhan Calvin!" Dia menunjuk seorang pria awal dua puluh tahunan berkemeja lengan pendek mengangkat papan kertas bertuliskan nama Mr. Jonas Benneton."Hello, Sir. Saya Bobby, yang akan membawa pulang koper Mister Calvin dan istrinya," ujar pemuda itu berjabat tangan dengan Jonas. "Ini silakan diambil, ada dua koper saja. Baiklah, saya harus melanjutkan penerbangan ke Dallas, terima kasih atas bantuanmu, Bobby!" jawab Jonas seraya menyerahkan troli beri
"Mom, ada apa pagi-pagi begini sudah bertandang ke kantorku? Permintaan Mommy kemarin untuk membatalkan honeymoon ke Swiss sudah kulakukan, bukan?" ujar Jonas dengan wajah tanpa senyuman. Dia melirik ke arah wanita muda berpakaian elegan yang duduk di sebelah Nyonya Cecilia Benneton, dia seperti sempat berpapasan dengannya di suatu tempat.Ibundanya tertawa riang lalu bangkit dari sofa diikuti perempuan yang menemaninya. "Mom, ada perlu denganmu tentunya, Jonas My Son. Oya, perkenalkan ini Camilla Sanders, cucu dari Mrs. Agatha Sanders. Aku ingin dia menjadi asisten pribadimu mulai hari ini!" tuturnya ringan dengan tatapan meremehkan ke arah Audrey yang nampak terkejut."No. Itu tak bisa terjadi. Kalau Mom mau, nona ini bisa kucarikan pekerjaan di bagian lain di perusahaan kita. Di Departemen Marketing atau Departemen Humas, dia bisa magang di bagian tersebut!" tolak Jonas dengan keras. "Ya ampun, kenapa kau begitu kasar dengan putri kolegaku, Jonas?! Camilla ini memiliki gelar Maste
"Auntie Cecil, nampaknya Jonas sudah lengket sekali dengan istri barunya itu. Aku jadi tak enak hati harus mengganggu pernikahan mereka!" cerocos Camilla Sanders sambil duduk di sofa ruangan presdir Benneton Prime Company.Ibunda Jonas memijit pelipisnya karena bingung memikirkan taktiknya yang gagal total pagi ini. Dia mencoba mencari kesempatan lain untuk memisahkan Jonas dan Audrey."Sepertinya aku minta bagian personalia memasukkanmu ke perusahaan ini saja dulu!" jawab Nyonya Cecilia Benneton berusaha mencari solusi jitu dari segala penolakan Jonas."Sebenarnya tujuan Auntie Cecil mendekatkan aku dengan Jonas untuk apa sih?" pancing Camilla berharap memang ada kesempatan menjadi menantu keluarga Benneton.Wanita paruh baya itu tersenyum penuh arti seraya menjawab, "Aku ingin Jonas mendapat pasangan yang sepadan. Wanita intelek yang berasal dari keturunan terhormat pastinya!""Ohh ...benar, memang penting, Auntie. Kalau memang aku pilihan yang dianggap cocok sebagai pendamping Jona
Dengan dagu terdongak angkuh Camilla Sanders memasuki Gedung Pusat Benneton Prime Company pagi itu. 'Hmm ... kelak semua karyawan pasti akan menunduk hormat ketika berpapasan denganku. Tentu saja karena aku dapat dipastikan menjadi nyonya bos. Mommy dari Jonas, CEO sombong itu sudah merestui langkah pendekatanku dengan putranya!' batin wanita berambut pirang terang tersebut percaya diri."TING." Lift terbuka di hadapannya dan beberapa karyawan menyenggol lengannya secara tidak sengaja karena berebut masuk untuk segera sampai di lantai divisi masing-masing."Hey, kalian tak tahu ya siapa aku?!" hardik Camilla meradang. Mata cokelat itu melotot seakan mau copot saja dari tempatnya. Salah seorang karyawati menyahut, "Memangnya kau siapa? Anak baru saja banyak tingkah!" "APA?! DASAR KURANG AJAR!" teriak Camilla mengamuk dan mengulurkan tangan kanannya yang berkuku tajam bermanikur dengan cat kuku merah menyala."Alaa ... siapa sih dia? Sudah tutup saja pintu lift. Dasar orang gila sok p
"Hoeekk ... hoeekk!" Suara mual dari kamar mandi di ujung pagi itu membangunkan Jonas dari tidur lelapnya.Pria itu terlalu lelah untuk bangun pagi-pagi buta dan tak menyadari istrinya menghilang dari sisinya di ranjang karena mereka terlalu banyak bercinta semalaman hingga dini hari. Sekalipun pernikahan Jonas bersama Audrey telah berjalan selama dua bulan lebih, mereka tetap saja mesra dan sepakat membuat rasa manisnya cinta tetap awet hingga ujung waktu.Dia bangkit dari tempat tidur dan setengah berlari menuju ke kamar mandi untuk memeriksa ada apa gerangan dengan Audrey. "Darling, kamu kenapa?" tanya Jonas, alisnya berkerut cemas."Hubby, mungkin aku butuh memeriksakan diri ke dokter kandungan. Menstruasiku terlambat dan rasanya sering mual di pagi hari. Biasanya aku bisa menahan rasa ingin muntah itu, tetapi pagi ini sudah tak mampu!" Audrey menyeka air matanya karena perutnya kembali bergolak. "Ohh, apa artinya aku akan jadi ayah? Wow, ini berita menggembirakan, Darling. Apa y
Skylar dan Shine yang telah siap untuk naik ke panggung pertunjukan talent show sekolah dasar siang itu masih menantikan kehadiran sosok ayah mereka."Apa dad terjebak kemacetan lalu lintas?" tanya Skylar ke saudari kembarnya.Shine menghela napas melihat mata biru Skylar yang berkaca-kaca. Dia menghibur kembarannya itu seraya berkata, "Entahlah, kita berdoa saja agar dad bisa segera tiba!" Pembawa acara talent show mengumumkan pertunjukan tari balet berpasangan bertema Swan Lake Dance. Kedua putri kembar Jonas-Audrey mulai naik ke pentas di balik tirai hitam yang masih menutup panggung. Musik rekaman orkestra mengalun merdu seiring tirai yang terangkat ke atas.Tepuk tangan riuh dari para penonton yang sebagian besar adalah orang tua siswa-siswi SD tersebut membahana di auditorium. Sekilas Skylar dan Shine menatap ke bangku penonton, mereka pun tersenyum ceria karena sang ayah tercinta duduk di baris terdepan membawa handicam bersebelahan dengan mommy serta kedua kakak laki-laki mer
Delapan tahun kemudian."Daddy, besok adalah hari pertunjukan balet kami di sekolah. Apa Daddy bisa datang untuk melihat kami menari?" seru Skylar sambil memperagakan gaya tari balet yang telah dia latih bersama Shine sebulan terakhir ini."Wow, tentu saja, Baby Girl! Daddy bangga kepada kalian!" jawab Jonas sembari merangkul bahu kedua putri kembarnya sepulang kantor. Audrey tahu suaminya pasti lelah setelah seharian bekerja lalu berkata kepada gadis-gadis ciliknya, "Sky, Shine, biarkan daddy kalian mandi sebentar ya. Kita bertemu di ruang makan pukul 19.30, okay?" "Okay, Mommy!" sahut Skylar dan Shine serempak lalu mereka berlari-lari riang ke ruang keluarga untuk menonton serial kartun Nickelodeon favorit mereka. Kedua kakak laki-laki mereka sedang berada di kamar Shawn yang sulung untuk merakit miniatur kota Houston. Permainan lego edisi spesial limited edition itu dibelikan Jonas sebagai hadiah untuk Shawn dan Anthony yang meraih ranking satu di kelas masing-masing. Kedua putr
Jonas tak mampu menghilangkan seringai konyol dari wajah tampannya sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya di Woodlands. Istrinya berusaha untuk mengabaikan hal itu, tapi tak bisa. Audrey akhirnya tertawa seraya berkata, "Hubby, nanti otot wajahmu kram karena terlalu banyak tersenyum lebar seperti itu.""Ohh ... aku sangat gembira. Mungkin pria paling bahagia di planet ini!" jawab Jonas terkekeh. Audrey pun tahu alasannya, suaminya itu sangat mendambakan kehadiran anak perempuan. Dan dia baru saja mendapat berita sepasang anak kembar di rahim istrinya. Sekalipun belum pasti jenis kelaminnya, tetapi jikalau benar itu perempuan tentu saja Jonas semakin senang."Okay, aku ingin bertanya kepadamu. Seandainya anak ini perempuan dua-duanya, akan diberi nama siapa, Hubby?" tanya Audrey iseng."Aku sudah memiliki nama panggilan yang cocok untuk mereka berdua. Skylar dan Shine!" jawab Jonas dengan yakin."Nama yang cantik dan bermakna! Hanya Anthony yang memiliki inisial A. Nanti dia sedih ka
Waktu mengalir begitu deras dari hari ke hari berikutnya, Jonas masih saja memuja istrinya bagaikan titisan dewi cinta. Perubahan tubuh Audrey yang lebih menebal di beberapa tempat tidak menyurutkan perasaan cinta suaminya setelah mengarungi kehidupan bersama dengan terpaan badai problematika yang wajar terjadi dalam berumah tangga.Godaan wanita-wanita yang silau akan harta ke suaminya tak terhitung banyaknya. Audrey berusaha memaklumi hal itu setiap kali dia diminta Jonas mendampinginya ke pesta kalangan atas. Para wanita berlomba-lomba mencari perhatian Jonas dan juga mengajak berdansa. Seperti malam ini ketika mereka menghadiri pesta anniversary pasangan MacConnor senior. Orang tua Isabella telah berhasil melalui 30 tahun pernikahan dengan setia satu sama lain. Pesta dansa megah diselenggarakan di ballroom Hotel Royal Triumph Houston. "Jonas, kuharap kau bisa menemaniku berdansa sekali saja!" ujar Kathrine MacLewis seraya menaruh tangannya di lekuk lengan suami Audrey."Ehm ...
Setahun telah berlalu semenjak bulan madu pasangan Benneton ke Eropa. Seorang putra kecil telah hadir lagi di keluarga Jonas dan Audrey. Sementara Shawn telah berusia hampir dua tahun. Kini keluarga kecil itu telah memiliki dua orang anak yang usianya tak terpaut jauh."Audrey, sepertinya aku harus menanyakan kepada dokter kandungan tentang cara mendapatkan anak perempuan. Bisa jadi aku terlalu perkasa jadi kedua keturunanku laki-laki semua!" ujar Jonas sambil menimang-nimang putra keduanya di kamar tidur usai disusui oleh Audrey."Ohh ... ayolah, masa kau sudah memikirkan tentang anak ketiga, Jonas! Aku ingin jeda hamil dan melahirkan setidaknya dua tahun, kumohon!" rengek Audrey nyaris menangis. Dia merasa tubuhnya terlalu lelah dengan aktivitas merawat newborn.Maka Jonas pun membaringkan Anthony Clark Benneton yang telah tertidur pulas di tempat tidur bayi. Kemudian dia duduk di tepi ranjang merangkul bahu Audrey. "Maafkan aku kalau terlalu antusias memiliki banyak anak, Darling.
Perjalanan bulan madu Jonas dan Audrey ke Swiss dan Italia dilalui dengan banyak kenangan manis. Mereka kembali ke Texas setelah seminggu lamanya berada di benua biru itu dan hari selanjutnya Jonas mulai bekerja normal di kantor seperti sedia kala. Audrey di rumah mengurus Shawn sekaligus beristirahat pasca liburan panjang yang cukup melelahkan. Dia menyadari bahwa jadwal menstruasinya terlambat dari tanggal yang seharusnya. Nampaknya dengan segala aktivitas ranjang yang dia jalani bersama Jonas setiap hari tanpa absen, kehamilan kedua terasa nyata di depan mata. "TING TONG." Pelayan rumah Audrey bergegas membukakan pintu untuk tamu yang berkunjung siang itu. Namun, ternyata bukan tamu melainkan seorang tukang pos yang mengirimkan sepucuk surat. "Hello, Miss. Ada surat untuk Nyonya Audrey Newman. Apakah benar tempat tinggalnya di sini?" ujar tukang pos berusia tiga puluh tahunan itu seraya mengulurkan sepucuk surat beramplop putih yang tidak terlalu tebal dengan tulisan tangan."O
Pesawat yang membawa Jonas dan Audrey dari Bandara Zurich menuju ke Bandara Naples mendarat dengan mulus di landasan. Hari sayangnya telah sore sehingga mereka praktis hanya bisa berkendara dengan taksi menuju ke hotel yang terletak di Amalfi Coast.Pesisir pantai di sebelah selatan Italia itu terbentang sejauh kurang lebih 100 kilometer dengan tiga belas kotamadya yang berbeda karakteristiknya sekalipun masih sama-sama menghadap Laut Tirenian dan Teluk Salerno. Jonas sengaja mengajak Audrey langsung ke kota Positano yang paling terkenal akan keindahannya. Mereka berencana menghabiskan lima hari di Amalfi Coast. Dia menunjuk dari jendela taksi yang melaju daerah perkebunan lemon, zaitun, dan jeruk yang tumbuh mencolok di sisi tebing daerah Positano. "Wow, indah sekali tampilan kota ini, Jonas. Gedung-gedungnya dicat berwarna-warni dengan bentuk vertikal karena memang terletak di daerah tebing yang langsung menghadap ke laut. Aku tak bisa tidak takjub melihat panorama di sini!" desah
"Good morning, Audrey Darling! Bersyukur kita tidak terkena hipotermia karena listrik padam semalam ya, bagaimana kondisimu pagi ini?" sapa Jonas ketika istri tercintanya menggeliat terbangun dalam dekapannya.Audrey tersenyum menatap wajah Jonas dan menjawab, "Untungnya aku baik-baik saja. Apa rencanamu hari ini?""Aku ingin bermain ski, apa kau suka juga main ski?" sahut Jonas dengan santai sembari berbaring miring di samping Audrey."Ohh ... tentu saja, pasti asik. Apa kita bisa mandi dan sarapan terlebih dahulu?" Audrey bangkit dari tempat tidur dan merenggangkan otot-ototnya yang kaku sembari melangkah ke kamar mandi.Jonas segera menyusulnya dan menjawab, "Okay, kita mandi lalu turun ke bawah."Setelah mandi singkat dan berpakaian, pasangan Benneton pun turun dengan lift yang telah mulai beroperasi normal sejak listrik padam semalam. Mereka menikmati menu buffet yang disediakan di restoran resort bersama tamu-tamu lainnya yang menginap di tempat yang sama.Sekitar pukul 08.00 wa
Malam pertama yang dilalui Audrey bersama Jonas di Pegunungan Alpen begitu melelahkan, suaminya seperti banteng yang baru saja dikeluarkan dari gerbang arena matador. Memang sedari mereka awal berkenalan gairah pria itu kepadanya begitu tak terkendali. "Baby, suhu udaranya dingin membeku di sini. Bolehkah aku mengenakan pakaian dan tidak bertelanjang di bawah selimut?" tanya Audrey yang masih berkeringat pasca pergumulan marathon bersama Jonas di atas ranjang. Jonas merasakan tubuh istrinya bergidik karena kedinginan. Salju di luar kaca jendela seolah tak akan berhenti tercurah dari langit yang gelap. "Yes, pakailah baju tebal yang hangat, Darling. Tunggu, akan kuambilkan di koper!" jawabnya lalu menyibak selimut untuk turun dari tempat tidur."Terima kasih, Jonas!" ucap Audrey sembari menatap punggung bidang berotot liat itu dari belakang. Kaos berbahan katun dan sweater merah maroon menjadi pilihan Jonas untuk dikenakan oleh Audrey, dia tidak mencarikan bawahan dan berlanjut meng