Dengan dagu terdongak angkuh Camilla Sanders memasuki Gedung Pusat Benneton Prime Company pagi itu. 'Hmm ... kelak semua karyawan pasti akan menunduk hormat ketika berpapasan denganku. Tentu saja karena aku dapat dipastikan menjadi nyonya bos. Mommy dari Jonas, CEO sombong itu sudah merestui langkah pendekatanku dengan putranya!' batin wanita berambut pirang terang tersebut percaya diri."TING." Lift terbuka di hadapannya dan beberapa karyawan menyenggol lengannya secara tidak sengaja karena berebut masuk untuk segera sampai di lantai divisi masing-masing."Hey, kalian tak tahu ya siapa aku?!" hardik Camilla meradang. Mata cokelat itu melotot seakan mau copot saja dari tempatnya. Salah seorang karyawati menyahut, "Memangnya kau siapa? Anak baru saja banyak tingkah!" "APA?! DASAR KURANG AJAR!" teriak Camilla mengamuk dan mengulurkan tangan kanannya yang berkuku tajam bermanikur dengan cat kuku merah menyala."Alaa ... siapa sih dia? Sudah tutup saja pintu lift. Dasar orang gila sok p
"Hoeekk ... hoeekk!" Suara mual dari kamar mandi di ujung pagi itu membangunkan Jonas dari tidur lelapnya.Pria itu terlalu lelah untuk bangun pagi-pagi buta dan tak menyadari istrinya menghilang dari sisinya di ranjang karena mereka terlalu banyak bercinta semalaman hingga dini hari. Sekalipun pernikahan Jonas bersama Audrey telah berjalan selama dua bulan lebih, mereka tetap saja mesra dan sepakat membuat rasa manisnya cinta tetap awet hingga ujung waktu.Dia bangkit dari tempat tidur dan setengah berlari menuju ke kamar mandi untuk memeriksa ada apa gerangan dengan Audrey. "Darling, kamu kenapa?" tanya Jonas, alisnya berkerut cemas."Hubby, mungkin aku butuh memeriksakan diri ke dokter kandungan. Menstruasiku terlambat dan rasanya sering mual di pagi hari. Biasanya aku bisa menahan rasa ingin muntah itu, tetapi pagi ini sudah tak mampu!" Audrey menyeka air matanya karena perutnya kembali bergolak. "Ohh, apa artinya aku akan jadi ayah? Wow, ini berita menggembirakan, Darling. Apa y
"Akhh ... perutku berkontraksi kuat sekali!" keluh Isabellla MacConnor saat dirinya sendirian di rumah. Suaminya masih bekerja di rumah sakit karena memang masih sore. Belum waktunya Gabriel pulang kerja.Sesaat Isabella berpikir bahwa dia ingin menunggu Gabriel saja baru memeriksakan diri ke dokter. Namun, kontraksi itu membuat perutnya serasa diremas-remas dan janinnya pun gelisah. Ketika akan naik ke ranjang, cairan hangat meleleh dari dalam melewati pahanya. "Astaga aku pecah ketuban!" Isabella lalu segera mengambil ponsel di nakas lalu menelepon nomor HP suaminya.Beberapa kali nada sambung terdengar lalu suara maskulin itu menyapa Isabella, "Hello, Dear Bella. Ada apa, tumben meneleponku jam segini?" "Gabe, aku pecah ketuban baru saja. Bagaimana ini?!" tanya Isabella panik karena belum pernah melahirkan."Hey ... hey, jangan panik, Sayang. Tarik napas dalam-dalam lalu hembuskan. Kamu akan melahirkan beberapa jam lagi, tak perlu terburu-buru. Siapkan saja yang ingin kau bawa ke
"Darling, aku ingin menunjukkan sebuah hadiah untukmu. Tutuplah matamu dulu sebentar!" ujar Jonas ketika mereka berkendara berdua dengan Lamborghini two seats menuju ke Woodlands, daerah suburban kota Houston yang lebih tenang lingkungannya."Ohh, hadiah dalam rangka apa, Jonas? Aku tidak sedang berulang tahun," tanya Audrey sedikit heran."Hadiah istimewa untuk istriku tercinta. Aku mempertimbangkan karena sebentar lagi kau akan melahirkan. Sabar ya, pakailah penutup mata yang kusiapkan di laci dashboard. Aku jadi teringat kencan buta kita dulu!" ujar Jonas terkekeh. Tempat tujuan mereka sudah dekat, dia pun melirik sekilas ke arah Audrey yang dengan patuh mengenakan penutup matanya. Setelah memarkir mobil di depan pintu garasi samping rumah bertingkat dua lantai itu. Jonas membukakan pintu mobil lalu membantu istrinya turun. Perut Audrey telah membuncit seiring berjalannya proses kehamilan, dia dibimbing dengan hati-hati oleh Jonas menaiki tangga teras depan lalu suaminya membuka
"TING TONG." Bel pintu depan rumah baru di Woodlands berbunyi. Audrey mencoba bangkit dari sofa dengan hati-hati dan melangkah sendiri untuk menyambut tamu istimewanya weekend ini. Senyuman menghiasi wajahnya yang kalem. "Surprise!" seru Jessica Carrera dan Chantal Brickman sembari memeluk hangat sobat mereka."Selamat datang, Guys! Senang melihat kalian lagi setelah beberapa bulan tak berkumpul," sambut Audrey terharu sekaligus gembira. Dia menepi dan membiarkan tamu-tamunya masuk ke dalam rumah barunya."Hai, Auntie Audrey!" sapa kedua putra Chantal kompak."Hai, Boys! Di mana ayah kalian? Kenapa kalian hanya berempat?" tanya Audrey sambil celingukan mencari suami-suami sahabatnya.Jessica yang menjawabnya, "Mereka mampir ke kantor Jonas di Houston. Sedangkan, kami diantar Donald ke mari bersama Raphael dan Michael!""Okay, biarkan para pria menghabiskan waktu bersama. Seharusnya di weekend Jonas hanya setengah hari kerja, pasti mereka bertiga akan segera menyusul ke mari," balas
"Halo, Jonas. Tolong transfer sejumlah uang ke Pelelangan City Prestige Jewelry. Mommy membeli beberapa koleksi perhiasan limited edition," ujar Nyonya Cecilia Benneton di telepon. Sejenak Jonas tercenung lalu bertanya, "Halo, Mom. Berapa jumlah pembeliannya?" "Hanya satu juta lima ratus ribu USD, Jonas. Kau transferlah pembayarannya segera ke rekening bank perusahaan yang mengadakan pelelangan ini," jawab ibunda Jonas santai. Beberapa wanita sosialita menatap penuh perhatian ke arah Nyonya Cecilia Benneton. Mereka berbisik-bisik karena tahu bahwa yang akan membayar tagihan perhiasan super mahal itu adalah putra wanita tersebut.Mendengar jumlah belanja perhiasan mewah mommy-nya, Jonas syok berat. Dia tak sudi membayar jumlah sebanyak itu untuk pembelian perhiasan yang tidak bermanfaat dan nilai purna jualnya pasti turun jauh karena dibeli di sebuah pelelangan."Maaf, Mom. Batalkan saja pembelian perhiasan itu. Aku tak ingin membayarnya. Perusahaan memang menghasilkan profit, tetap
"Maaf, Teman-teman, aku harus pergi ke Houston sekarang juga. Mommy pingsan dan dilarikan ke rumah sakit!" ujar Jonas berpamitan dengan kedua pasangan Fremantle."Apa aku perlu ikut ke rumah sakit, Jonas?" tanya Audrey mencemaskan mertuanya.Namun, Jonas menggeleng tidak setuju. "Kamu di rumah saja menemani keluarga Fremantle, Darling. Kita bagi tugas ya, lagi pula terlalu melelahkan untukmu nantinya bila harus berjaga di rumah sakit!""Baiklah, aku mengerti. Hati-hati di jalan, Hubby!" ujar Audrey lalu mengantarkan Jonas sampai ke depan teras. Jordan dan Calvin berbisik-bisik mengenai ibunda Jonas yang memang agak merepotkan. Sejak di acara pernikahan Gabriel dan Isabella tempo hari, mereka menjadi antipati terhadap wanita berumur itu. Kasihan Audrey yang mendapat tekanan secara mental karena dianggap tak sederajat dengan keluarga Benneton."Dulu Cecilia itu setahu Daddy bukan berasal dari keluarga terpandang, Richard Benneton sangat menyukainya semenjak kuliah bersama di Harvard. M
"Honey, aku rindu menyentuhmu lagi. Beberapa hari ini aku terlalu sibuk dengan pekerjaan dan urusan mommy di rumah sakit," ujar Jonas sembari membelai-belai tubuh Audrey di atas ranjang. Telapak tangan Audrey menangkup wajah tampan suaminya, dia tak banyak komplain dengan kesibukan Jonas. Akan tetapi, mereka memang sama-sama merindukan satu dengan lainnya. Sebuah ciuman yang dalam tercipta dan mengawali gairah yang bergelora di ujung pagi.Perut membuncit Audrey dikecupi oleh suaminya Dia pun mendesah memanggil-manggil nama Jonas dengan mesra hingga Jonas makin bersemangat untuk membawa mereka ke puncak kenikmatan bercinta. "Ohh Baby ... faster akhh!" ucap Audrey dengan mata birunya berkabut hasrat nan pekat.Jonas pun mengisap pucuk buah kembar ranum istrinya seolah tak ingin permainan panasnya berakhir cepat. Dia menahan pergelangan tangan Audrey di atas kepala dan mengayunkan pinggulnya ritmis hingga kejantanannya yang keras melesak keluar masuk di liang sempit Audrey."Mmhh ...
Skylar dan Shine yang telah siap untuk naik ke panggung pertunjukan talent show sekolah dasar siang itu masih menantikan kehadiran sosok ayah mereka."Apa dad terjebak kemacetan lalu lintas?" tanya Skylar ke saudari kembarnya.Shine menghela napas melihat mata biru Skylar yang berkaca-kaca. Dia menghibur kembarannya itu seraya berkata, "Entahlah, kita berdoa saja agar dad bisa segera tiba!" Pembawa acara talent show mengumumkan pertunjukan tari balet berpasangan bertema Swan Lake Dance. Kedua putri kembar Jonas-Audrey mulai naik ke pentas di balik tirai hitam yang masih menutup panggung. Musik rekaman orkestra mengalun merdu seiring tirai yang terangkat ke atas.Tepuk tangan riuh dari para penonton yang sebagian besar adalah orang tua siswa-siswi SD tersebut membahana di auditorium. Sekilas Skylar dan Shine menatap ke bangku penonton, mereka pun tersenyum ceria karena sang ayah tercinta duduk di baris terdepan membawa handicam bersebelahan dengan mommy serta kedua kakak laki-laki mer
Delapan tahun kemudian."Daddy, besok adalah hari pertunjukan balet kami di sekolah. Apa Daddy bisa datang untuk melihat kami menari?" seru Skylar sambil memperagakan gaya tari balet yang telah dia latih bersama Shine sebulan terakhir ini."Wow, tentu saja, Baby Girl! Daddy bangga kepada kalian!" jawab Jonas sembari merangkul bahu kedua putri kembarnya sepulang kantor. Audrey tahu suaminya pasti lelah setelah seharian bekerja lalu berkata kepada gadis-gadis ciliknya, "Sky, Shine, biarkan daddy kalian mandi sebentar ya. Kita bertemu di ruang makan pukul 19.30, okay?" "Okay, Mommy!" sahut Skylar dan Shine serempak lalu mereka berlari-lari riang ke ruang keluarga untuk menonton serial kartun Nickelodeon favorit mereka. Kedua kakak laki-laki mereka sedang berada di kamar Shawn yang sulung untuk merakit miniatur kota Houston. Permainan lego edisi spesial limited edition itu dibelikan Jonas sebagai hadiah untuk Shawn dan Anthony yang meraih ranking satu di kelas masing-masing. Kedua putr
Jonas tak mampu menghilangkan seringai konyol dari wajah tampannya sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya di Woodlands. Istrinya berusaha untuk mengabaikan hal itu, tapi tak bisa. Audrey akhirnya tertawa seraya berkata, "Hubby, nanti otot wajahmu kram karena terlalu banyak tersenyum lebar seperti itu.""Ohh ... aku sangat gembira. Mungkin pria paling bahagia di planet ini!" jawab Jonas terkekeh. Audrey pun tahu alasannya, suaminya itu sangat mendambakan kehadiran anak perempuan. Dan dia baru saja mendapat berita sepasang anak kembar di rahim istrinya. Sekalipun belum pasti jenis kelaminnya, tetapi jikalau benar itu perempuan tentu saja Jonas semakin senang."Okay, aku ingin bertanya kepadamu. Seandainya anak ini perempuan dua-duanya, akan diberi nama siapa, Hubby?" tanya Audrey iseng."Aku sudah memiliki nama panggilan yang cocok untuk mereka berdua. Skylar dan Shine!" jawab Jonas dengan yakin."Nama yang cantik dan bermakna! Hanya Anthony yang memiliki inisial A. Nanti dia sedih ka
Waktu mengalir begitu deras dari hari ke hari berikutnya, Jonas masih saja memuja istrinya bagaikan titisan dewi cinta. Perubahan tubuh Audrey yang lebih menebal di beberapa tempat tidak menyurutkan perasaan cinta suaminya setelah mengarungi kehidupan bersama dengan terpaan badai problematika yang wajar terjadi dalam berumah tangga.Godaan wanita-wanita yang silau akan harta ke suaminya tak terhitung banyaknya. Audrey berusaha memaklumi hal itu setiap kali dia diminta Jonas mendampinginya ke pesta kalangan atas. Para wanita berlomba-lomba mencari perhatian Jonas dan juga mengajak berdansa. Seperti malam ini ketika mereka menghadiri pesta anniversary pasangan MacConnor senior. Orang tua Isabella telah berhasil melalui 30 tahun pernikahan dengan setia satu sama lain. Pesta dansa megah diselenggarakan di ballroom Hotel Royal Triumph Houston. "Jonas, kuharap kau bisa menemaniku berdansa sekali saja!" ujar Kathrine MacLewis seraya menaruh tangannya di lekuk lengan suami Audrey."Ehm ...
Setahun telah berlalu semenjak bulan madu pasangan Benneton ke Eropa. Seorang putra kecil telah hadir lagi di keluarga Jonas dan Audrey. Sementara Shawn telah berusia hampir dua tahun. Kini keluarga kecil itu telah memiliki dua orang anak yang usianya tak terpaut jauh."Audrey, sepertinya aku harus menanyakan kepada dokter kandungan tentang cara mendapatkan anak perempuan. Bisa jadi aku terlalu perkasa jadi kedua keturunanku laki-laki semua!" ujar Jonas sambil menimang-nimang putra keduanya di kamar tidur usai disusui oleh Audrey."Ohh ... ayolah, masa kau sudah memikirkan tentang anak ketiga, Jonas! Aku ingin jeda hamil dan melahirkan setidaknya dua tahun, kumohon!" rengek Audrey nyaris menangis. Dia merasa tubuhnya terlalu lelah dengan aktivitas merawat newborn.Maka Jonas pun membaringkan Anthony Clark Benneton yang telah tertidur pulas di tempat tidur bayi. Kemudian dia duduk di tepi ranjang merangkul bahu Audrey. "Maafkan aku kalau terlalu antusias memiliki banyak anak, Darling.
Perjalanan bulan madu Jonas dan Audrey ke Swiss dan Italia dilalui dengan banyak kenangan manis. Mereka kembali ke Texas setelah seminggu lamanya berada di benua biru itu dan hari selanjutnya Jonas mulai bekerja normal di kantor seperti sedia kala. Audrey di rumah mengurus Shawn sekaligus beristirahat pasca liburan panjang yang cukup melelahkan. Dia menyadari bahwa jadwal menstruasinya terlambat dari tanggal yang seharusnya. Nampaknya dengan segala aktivitas ranjang yang dia jalani bersama Jonas setiap hari tanpa absen, kehamilan kedua terasa nyata di depan mata. "TING TONG." Pelayan rumah Audrey bergegas membukakan pintu untuk tamu yang berkunjung siang itu. Namun, ternyata bukan tamu melainkan seorang tukang pos yang mengirimkan sepucuk surat. "Hello, Miss. Ada surat untuk Nyonya Audrey Newman. Apakah benar tempat tinggalnya di sini?" ujar tukang pos berusia tiga puluh tahunan itu seraya mengulurkan sepucuk surat beramplop putih yang tidak terlalu tebal dengan tulisan tangan."O
Pesawat yang membawa Jonas dan Audrey dari Bandara Zurich menuju ke Bandara Naples mendarat dengan mulus di landasan. Hari sayangnya telah sore sehingga mereka praktis hanya bisa berkendara dengan taksi menuju ke hotel yang terletak di Amalfi Coast.Pesisir pantai di sebelah selatan Italia itu terbentang sejauh kurang lebih 100 kilometer dengan tiga belas kotamadya yang berbeda karakteristiknya sekalipun masih sama-sama menghadap Laut Tirenian dan Teluk Salerno. Jonas sengaja mengajak Audrey langsung ke kota Positano yang paling terkenal akan keindahannya. Mereka berencana menghabiskan lima hari di Amalfi Coast. Dia menunjuk dari jendela taksi yang melaju daerah perkebunan lemon, zaitun, dan jeruk yang tumbuh mencolok di sisi tebing daerah Positano. "Wow, indah sekali tampilan kota ini, Jonas. Gedung-gedungnya dicat berwarna-warni dengan bentuk vertikal karena memang terletak di daerah tebing yang langsung menghadap ke laut. Aku tak bisa tidak takjub melihat panorama di sini!" desah
"Good morning, Audrey Darling! Bersyukur kita tidak terkena hipotermia karena listrik padam semalam ya, bagaimana kondisimu pagi ini?" sapa Jonas ketika istri tercintanya menggeliat terbangun dalam dekapannya.Audrey tersenyum menatap wajah Jonas dan menjawab, "Untungnya aku baik-baik saja. Apa rencanamu hari ini?""Aku ingin bermain ski, apa kau suka juga main ski?" sahut Jonas dengan santai sembari berbaring miring di samping Audrey."Ohh ... tentu saja, pasti asik. Apa kita bisa mandi dan sarapan terlebih dahulu?" Audrey bangkit dari tempat tidur dan merenggangkan otot-ototnya yang kaku sembari melangkah ke kamar mandi.Jonas segera menyusulnya dan menjawab, "Okay, kita mandi lalu turun ke bawah."Setelah mandi singkat dan berpakaian, pasangan Benneton pun turun dengan lift yang telah mulai beroperasi normal sejak listrik padam semalam. Mereka menikmati menu buffet yang disediakan di restoran resort bersama tamu-tamu lainnya yang menginap di tempat yang sama.Sekitar pukul 08.00 wa
Malam pertama yang dilalui Audrey bersama Jonas di Pegunungan Alpen begitu melelahkan, suaminya seperti banteng yang baru saja dikeluarkan dari gerbang arena matador. Memang sedari mereka awal berkenalan gairah pria itu kepadanya begitu tak terkendali. "Baby, suhu udaranya dingin membeku di sini. Bolehkah aku mengenakan pakaian dan tidak bertelanjang di bawah selimut?" tanya Audrey yang masih berkeringat pasca pergumulan marathon bersama Jonas di atas ranjang. Jonas merasakan tubuh istrinya bergidik karena kedinginan. Salju di luar kaca jendela seolah tak akan berhenti tercurah dari langit yang gelap. "Yes, pakailah baju tebal yang hangat, Darling. Tunggu, akan kuambilkan di koper!" jawabnya lalu menyibak selimut untuk turun dari tempat tidur."Terima kasih, Jonas!" ucap Audrey sembari menatap punggung bidang berotot liat itu dari belakang. Kaos berbahan katun dan sweater merah maroon menjadi pilihan Jonas untuk dikenakan oleh Audrey, dia tidak mencarikan bawahan dan berlanjut meng