"Jika firasatku salah, apa kamu mau membantuku?" James menaikkan alisnya lalu menoleh pada Jayden."Tentu.""Sekalipun aku meledakkan mobilmu. Kamu tidak akan marah kan?" goda Jayden. James langsung cemberut dan itu membuat Jayden tersenyum lebih lebar."Kamu boleh meledakkan pesawatku kalau mau," ujar James setelah terdiam lama. Jayden mengangguk sambil tersenyum. Ia terus memperhatikan Aidan yang kini sedang menarik Malikha lembut ke dalam pelukannya."Apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya Aidan pada Malikha yang tengah bicara pada Deanisa."Tidak ada, hanya seputar kehamilannya," jawab Malikha lembut dan masih tersenyum. Aidan ikut mengangguk pelan lalu memindahkan beberapa helai rambut Malikha dari sisi wajahnya. Malikha yang dipandangi lembut seperti itu hanya bisa menundukkan mata dan merona."Jangan menunduk, aku ingin melihat wajahmu," bisik Aidan menaikkan wajah dengan memegang sisi rahang Malikha agar memandanginya lagi. Aidan t
"Aku berencana merotasi beberapa pegawai, menurutmu siapa yang kemungkinan besar bisa aku rotasi?" Malikha kemudian menjelaskan rating kinerja masing-masing pegawai berdasarkan penilaian dari kepala divisi masing-masing. Selama Malikha menjelaskan, Bruce memperhatikannya dengan seksama.“Gadis ini pintar dan cantik. Sangat cantik,” ujar Bruce dalam hatinya.Namun tak sengaja, Malikha menaikkan sedikit jemarinya dan terlihatlah sebuah cincin yang melingkar di jari manisnya. Mata Bruce dengan cepat menangkap kilauan berlian yang terselip dari balik lengan panjang kemeja putih yang menjulur hampir menutupi seluruh tangan Malikha. Ia mengernyitkan kening dan tak tahan untuk langsung memotong penjelasan Malikha tentang para pegawai itu."Apa itu dijarimu?" tanya Bruce memotong lalu menarik setengah memaksa pergelangan tangan kiri Malikha. Betapa terkejutnya Bruce saat melihat cincin kawin melingkar di jari manis Malikha.
BEBERAPA JAM SEBELUMNYALucy McClaine memang pintar memanfaatkan keadaan. Ia sedang sakit hati karena pria yang disukainya ternyata menikahi wanita lain. Wanita yang tak lain lebih rendah darinya, seorang pelayan di restoran hotel berbintang, Estrela. Karena itu, perlahan ia mulai mengubah penampilannya. Dari gadis kuper yang pemalu menjadi wanita modis dan seksi.Glenn Matthews adalah orang yang pertama menyadari perubahan Lucy, Sekretaris Aidan Caesar yang dulu dipilihnya untuk mendampingi atasannya itu. Kening Glenn mengenyit saat melihat wanita cantik berambut brunette masuk ke dalam lift yang sama dengannya."Lucy?" panggil Glenn dengan wajah heran. Lucy menoleh dan tersenyum tipis. Ia tak lagi memakai kacamata dan sudah bermake up cukup tebal."Hai, Tuan Matthews. Selamat pagi," jawab Lucy sembari tersenyum."Kamu... baik-baik saja?" Glenn malah bertanya hal yang membuat Lucy heran."Kenapa bertanya seperti itu?""Tidak. Aku melihat kamu berubah banyak sekarang. Boleh ku tau ken
Pertemuan itu berlangsung sangat baik dan lancar, sampai tiba saatnya para peserta akan menikmati santap makan malam di hotel tersebut. Aidan mengira, Malikha pasti menjadi salah satu pelayan yang akan melayani meja-meja makan CEO di ballroom tersebut. Maka ia memanggil manajer restoran, hendak meminta agar Malikha hanya melayani mejanya saja."Panggil pelayan Malikha Swan dan layani hanya mejaku saja," ujar Aidan memberi perintah pada manajer restoran. Aidan kemudian berbalik meninggalkan manajer restoran yang mengernyitkan kening kebingungan. Bukankah Malikha Swan sudah keluar hampir satu bulan yang lalu?"Ehm, maaf Tuan Caesar. Tapi Nona Swan sudah mengundurkan diri tiga minggu yang lalu," ujar manajer restoran itu. Aidan yang semula tengah berbicara dengan salah satu CEO kemudian terdiam dan berbalik melihat pada manajer itu lagi."Apa katamu?" sahut Aidan dengan kening mengernyit."Nona Malikha Swan sudah tidak lagi bekerja di Estrela lebih dari tiga
Seperti biasa, hari ini Malikha akan pulang sendiri dengan menggunakan bis. Di tengah cuaca dingin, ia sempat menoleh ke arah luar dan sedikit tersenyum. Malikha sudah menyelesaikan membuat bahan untuk makan malam bagi Aidan, setidaknya ia tak akan begitu kerepotan menyiapkannya lagi nanti.“Oh aku harus keluar sekarang!” gumamnya pelan begitu melihat jam. Malikha harus mengatur jarak dan waktu dengan baik agar tak terlambat sampai di rumah. Aidan hingga saat ini masih belum mengetahui tentang pekerjaan barunya. Jadi dengan langkah yang lebih cepat, Malikha turun dari kantornya dan berjalan keluar lobi sambil mengeratkan mantel yang ia pakai. Cuaca di luar makin dingin, Malikha harus cepat pulang. Namun sebuah suara kemudian mengagetkannya ketika ia hampir saja melewati pintu keluar lobi."Malikha ..." panggil Bruce Caldwell begitu ia melihat Malikha keluar dari ruangannya. Bruce berjalan sedikit lebih cepat menghampiri Malikha yang menunggu. Ia menghela na
Di dalam mobil, Aidan kembali tidak memperdulikan Malikha. Ia mendiamkan Malikha sedangkan Malikha bahkan tak berani menoleh sama sekali pada Aidan. Ia hanya melirik dengan ujung mata lalu menunduk lagi. Aidan sendiri lebih memilih untuk melihat pemandangan di luar jendela mobilnya sambil menenangkan dirinya yang hampir saja kelepasan mencium Malikha tadi.Namun hasrat yang tak tersalurkan itu sebenarnya malah makin membuat Aidan uring-uringan. Terlebih ternyata atasan Malikha adalah pria tampan yang sangat menarik. Rasa marah, kesal, gairah dan cemburu bercampur jadi satu membuat Aidan makin tak bisa mengendalikan marahnya.Sehingga ketika tiba di apartemen, Aidan langsung menarik tangan Malikha untuk masuk ke dalam bangunan apartemen melalui lobi seperti biasa. Yang tidak biasa adalah pergelangan tangan Malikha ditarik oleh Aidan dari lift sampai ke apartemen mereka.Aidan bahkan tidak berkata apapun pada Glenn saat ia pergi. Sesampainya di dalam apartemen, Aidan menghentakkan tanga
Aidan masuk ke kamarnya setelah membanting pintu dengan napas tersengal dan emosi yang memuncak sampai ke ubun-ubun. Ia menopang kedua tangan di pinggang dan terus bernapas cepat. Entah mengapa kenangan masa SMA itu terlintas lagi di kepalanya.Sambil meremas rambut dengan sebelah tangannya, ia meneteskan airmata saat mengingat pertama kali melihat wajah Malikha dari lantai sekolah. Ia yang baru saja dibuat terjatuh karena sabun, mengira baru saja melihat seorang bidadari yang begitu cantik. Dengan ramah Malikha menyapa Aidan dengan membungkukkan tubuhnya melihat Aidan di bawah kakinya."Hai ... apa kamu baik-baik saja?" tanya Malikha waktu itu.Aidan makin terisak saat kenangan yang tersimpan di alam bawah sadarnya itu muncul lagi. Ia hanya semakin emosi dan berusaha melepaskan kenangan lama itu dari kepalanya. Tak bisa melampiaskan dengan menyakiti fisik Malikha, ia mengamuk dengan memecahkan seluruh barang yang bisa ia raih di kamar
"Waktu kematian... " Dokter yang merawat sedang membacakan waktu kematian Fiona Allister Swan. Namun sesungguhnya tak ada lagi yang didengar Malikha. Yang ia lihat hanyalah mulut dokter yang bergerak sendiri tanpa ada suara. Malikha berdiri terpaku di sana tanpa hanya terus meneteskan air mata tanpa suara dan terisak. Jiwanya terguncang dan terlihat begitu bersedih. Tak ada yang bersamanya ketika ibunya pergi meninggalkannya sendiri.Dengan mata sembab dan pipi merah karena menangis, Malikha berbalik dan keluar dari ruang tersebut. Ia kemudian duduk di luar ruang perawatan sementara menunggu jenazah Ibunya akan diurus oleh pihak rumah sakit untuk dimakamkan.Malikha belum tau harus berbuat seperti apa. Ia sudah berhenti meneteskan air mata tapi masih termenung tak bergerak dengan bekas air mata masih belum mengering. Ratu meminta ijin pada Dokter yang merawat Fiona agar ia bisa membantu Malikha mengurus jenazah. Setelah diberi ijin, Ratu keluar dan menemui Malikha yang
BEBERAPA TAHUN KEMUDIANPanggung yang cukup besar karena berada di tengah aula SMA Jersey Rey New York. Sorak-sorai seluruh siswa yang berdiri ikut mengangkat tangan dan bertepuk di atas kepala mereka saat gebukan drum Aldrich menggema memulai sebuah lagu. Dan suara Aldrich memulai lagu tersebut setelah gitar Ares dan piano milik Andrew mengiringinya."I don't even know how I can talk to you now, It's not you the you who talks to me anymore, And sure I know that sometimes it gets hard, But even with all my love, what we had you just gave it up!"Usai Aldrich, lalu Andrew adalah giliran kedua menyanyikan liriknya,"Thought we were meant to be, I thought that you belonged to me, I'll play the fool instead, Oh but then I know that this is the end!" mata Aldrich tak sengaja melirik pada satu orang gadis yang menjadi musuh abadinya, Chloe Harristian. Tak biasanya ia datang melihat pertunjukan bandnya The Skylar.Aldrich masih terus menggebuk drumnya dan
HUTAN TIJUANABryan, Mars, Aidan, Juan, Arya, Blake, Shawn, Erikkson, Han, Glenn, Earth, serta beberapa anggota Golden Dragon membentuh empat kelompok untuk melakukan pencarian terhadap pesawat James yang belum ditemukan. Bryan menerbangkan beberapa drone untuk mengawasi dari udara dan menentukan letak titik jatuh pesawat tersebut. Ia juga telah berkoordinasi dengan tim keamanan untuk saling memberi berita saat menemukan jejak apapun.Cukup lama mereka harus berputar-putar untuk bisa mencari jejak. Sampai salah satu drone milik Bryan kemudian mendeteksi ekor pesawat."Sebelah timur, 3 km lagi dari sini. Kita sudah agak dekat!" ujar Bryan memperlihatkan alatnya pada Aidan. Aidan mengangguk lalu memanggil kelompok yang lain agar mengikuti mereka.Bryan memimpin kelompok pencarian dan mulai memanggil nama James tak lama kemudian."JAMES ... DELILAH! JAMES! J!" tapi tak ada jawaban sama sekali sampai akhirnya Bryan melihat ekor pesawat yang tersangkut
BEBERAPA TAHUN KEMUDIANAidan tak berhenti tersengal saat ia keluar dari apartemen Arjoona. Ia harus menenangkan diri dengan bersandar dan memejamkan matanya. Ludahnya ia telan berkali-kali tapi masalahnya tenggorokannya begitu kering. Ia nyaris tak bisa bernapas.Di dalam, Aidan menahan mati-matian air matanya saat tahu jika pesawat James Belgenza mengalami kecelakaan di hutan Mexico. Ia hilang dan kabarnya tak ada yang selamat.“Aku harus tenang, aku harus tenang!” gumam Aidan pada dirinya sambil bersandar. Aidan memandang ke arah lobi apartemen mewah tersebut dan berjalan kembali separuh berlari ke arah mobilnya. Mobilnya datang diberikan oleh petugas parkir valet dan ia segera masuk ke dalamnya.Aidan harus cepat ke apartemen James untuk menjemput anak-anaknya. Selama perjalanan, ia kemudian menghubungi Glenn.“Di mana kamu?”“Aku sedang terjebak macet akan kembali ke Orcanza, Tuan!” jawab Gle
"Bersediakah kamu menikah denganku lagi, Malikha Swan?" tanya Aidan bergumam lembut. Malikha terus memandanginya dan Aidan pun tak melepaskannya sama sekali. Semua cinta rasanya berpendar di mata Aidan untuk Malikha. Cinta yang tak mungkin ditutupinya lagi. Malikha pun tersenyum dengan mata berkaca-kaca."Ya ... aku bersedia jadi istrimu, Aidan Caesar," jawab Malikha bergumam lembut pula. Malikha mendekat lebih dulu dan mencumbu Aidan dengan lembut. Aidan ikut membalas dan memperdalam pagutan bibirnya sambil memeluk Malikha lebih dekat dan erat. Pemandangan tengah kota dan taman New York dari atas menjadi saksi bersatunya cinta Aidan dan Malikha kembali."I do love you ... too much," bisik Aidan di sela bibirnya yang masih menempel pada Malikha. Malikha hanya melingkarkan kedua tangannya memeluk leher dan pundak Aidan."I love you too.""Benarkah? Kali ini kamu tidak berbohong kan!" goda Aidan tak melepaskan dirinya sama sekali. Malikha tergelak kecil dan
Malikha menaikkan pandangannya sambil berbaring menyamping pada Aidan yang baru saja menghubungi Glenn, asistennya. Ia tersenyum dan masih belum bicara. Malikha tampak tenang padahal ia baru saja disatroni perampok. Sementara Aidan sudah cemas setengah mati gara-gara kejadian itu. Ia bahkan belum membuka jasnya sama sekali dan terus berada di dekat Malikha yang tengah menjaga AldrichSetelah berpikir beberapa saat, Aidan akhirnya memutuskan untuk menelepon Arjoona melaporkan yang baru saja terjadi. Arjoona harus tahu setidaknya untuk mengantisipasi yang terjadi."Halo, Aidan.""Joona, rumah Malikha baru saja mengalami perampokan," ujar Aidan tanpa basa basi."APA! apa yang terjadi!" Arjoona sampai berteriak karena berita tersebut."Aku pergi keluar sebentar mengurus pekerjaan. Dua pria masuk lewat pintu depan dan membongkar semua laci. Mereka tidak mengambil apa pun, aku rasa ini bukan perampokan. Tapi apa yang mereka cari?" dengu
Malikha yang mendengar bunyi pintu berdecit mengira pelayan di rumahnya sudah tiba. Sambil tersenyum, ia kemudian berjalan hendak melihat dan menyapa. Dengan langkah agak cepat ia akan turun sampai akhirnya matanya membesar. Ia melihat dua orang pria bertopeng masuk lewat pintu depan.Mereka membawa senjata tajam dan sedang mengendap masuk lewat ruang tamu. Malikha yang hampir saja menuju tangga kemudian berbalik dan bersembunyi pada dinding di dekat tangga. Malikha benar-benar terkejut dan jantungnya berdegup kencang."Oh, tidak. Mereka bukan pelayan!" gumam Malikha pada dirinya sendiri. Malikha langsung mundur dan mencari tempat bersembunyi sambil bisa melihat apa yang sebenarnya tengah terjadi. Ia mengintip lagi dan melihat dua orang itu tengah membongkar laci dan lemari di lantai bawah. Malikha langsung berbalik dan mengendap separuh berlari masuk ke kamarnya. Satu orang pasti akan naik ke atas dan memeriksa.Dengan panik Malikha ingat jika ia meletakkan pon
Beberapa hari kemudian, keadaan Malikha tak juga kunjung membaik. Ia sudah diperbolehkan pulang karena luka operasinya semakin membaik tapi ia tak ingin berada di dekat bayinya sama sekali. Aidan otomatis harus pindah ke rumah Malikha karena ia tak mungkin bolak balik dari rumahnya meskipun jaraknya dekat.Aidan berubah menjadi seperti Ayah single yang merawat Aldrich sendirian. Ia otodidak belajar mengganti popok dan mengambil donor ASI dari istri Mars King, Vanylla King. Tak hanya Vanylla yang mendonorkan ASI-nya, Kiran Miller juga ikut memberikan ASI-nya.Saat malam hari, Aidan menggendong Aldrich memberinya botol ASI sampai ia tertidur sembari membacakan puisi atau mengumamkan sebuah lagu. Aldrich yang mengerti bahwa ia sementara hanya bisa bersama sang Ayah, tak banyak rewel. Ia bayi yang manis dan penurut."Cobalah untuk menggendongnya, Sayang," bujuk Aidan lembut sambil mencoba mendekatkan Aldrich pada Malikha. Malikha yang awalnya tersenyum jadi defensif
Sampai hari yang ditunggu-tunggu tiba adalah saat Malikha akan menyusui bayinya untuk yang pertama kali. Keadaan bayinya sudah semakin baik dan kembali sehat."Kamu sudah mendapatkan nama yang pas?" tanya Bryan pada Aidan saat menunggu bayi tersebut di bawa ke kamar Malikha. Aidan mengangguk tersenyum"Aldrich Tristan Caesar," jawab Aidan sambil tersenyum pada Bryan yang mengangguk ikut tersenyum.Saat mereka selesai bicara, kereta bayi kemudian terlihat sedang didorong menuju kamar Malikha dan Aidan pun mengikutinya. Di kamar Malikha, seluruh keluarga besar The Seven Wolves dan anak-anak mereka sudah menunggu."Mila kemari, Sayang. Coba lihat itu ... ada bayi!" ujar Bryan menggendong balitanya Mila yang terkekeh menggemaskan saat melihat salah satu "adiknya" yang baru lahir beberapa hari lalu. Kembarannya Izzy digendong oleh Nisa ikut mendekat melihat bayi Aldrich yang menyihir banyak orang dengan ketampanannya. Setelah bayi itu diletakkan di dekat tempa
Tak ada yang dirasakan Aidan saat ini kecuali rasa bahagia. Ia telah resmi menjadi seorang Ayah. Segala perjuangan dan rasa sakit akibat dendam dan perceraian yang terjadi pada pernikahannya, terbayar sudah. Aidan tak berhenti mengecup Malikha yang terlihat semakin mengantuk pasca bayi mereka lahir. Namun usai dibersihkan, bayi itu harus dipantau karena ia mulai membiru."Apa yang terjadi?" tanya Aidan setelah ia dikeluarkan dari ruang operasi."Bayinya sudah melewati waktunya lahir, dia harus masuk ruang ruang intensif untuk dimasukkan dalam inkubator. Aku tidak berharap dia sudah keracunan air ketuban, tapi aku benar-benar harus memantau keadaan putramu. Untuk saat ini, temani istrimu. Bayimu akan baik-baik saja," ujar salah satu Dokter Anak yang ikut dalam operasi tersebut."Lakukan apa pun untuk putraku, aku tidak mau terjadi sesuatu padanya!""Aku yakin kondisi ini hanya sementara, setelah dia pulih, aku sendiri yang akan memberikannya pada kalian."