Elisa tersenyum bahagia ketika sudah berada di lapangan. Ruang terbuka itu sebenarnya untuk para prajurit berlatih. Namun, hari ini disulap menjadi tempat kontes yang diadakan di pack ini. Kontes ini bertujuan untuk memilih tabib terbaik dari segala penjuru Lotus pack, jadi siapapun boleh mengikutinya, dengan syarat termasuk kaum dari Lotus pack.Pemenang akan dinobatkan sebagai tabib kerajaan yang bertugas untuk membantu raja dan rat dalam bidang Kesehatan. Tak hanya itu, siapapun yang menang akan tinggal di dalam kerajaan dan akan mengikuti pelajaran dari tabib terkenal di benua Marel. Hal itulah yang menjadikan Elisa begitu semangat hari ini. Dia yakin bisa memenangkan kontes itu dengan ramuan yang sudah dibuatnya bersama Kiana.Elisa kembali berjalan menuju ke tengah lapangan. Hampir semua kontestan sudah berkumpul, termasuk Kiana, rekan kerjanya. Gadis itu melambai ke arahnya saat ia sudah semakin dekat. Sepanjang perjalanannya, ia melewati beberapa Rogue yang terluka. Bahkan ada
Kinan tersenyum melihat penampilan Elisa yang sempurna menurutnya. Dia bangga pada dirinya sendiri karena telah mengubah gadis itu menjadi sosok yang cantik dan anggun."Kau sangat cantik, aku yakin kakakku akan tergila-gila padamu, malam ini," ujar Kinan sambil merapikan gaun yang dikenakan Elisa.Gaun berwarna peach sangat cocok dengan tubuh Elisa. Ukurannya tidak terlalu besar maupun terlalu kecil, pas untuk calon luna."Tidak mungkin, Kia. Kau tahu sendiri bagaimana Daren itu," ujar Elisa dengan wajah kesal.Dia ingat betul semua yang telah dilakukan pria itu. Setelah pengangkatan ini, dia akan memiliki kesempatan untuk membalas dendam pada mereka semua, termasuk alpha sombong itu."Kau benar, El. Tapi aku merasa Daren sedikit demi sedikit berubah. Aku tahu kakakku dengan baik. Jika dia tidak peduli, maka rasa iri itu tidak akan membuatnya membantumu ketika kau ada masalah, ingat kan?" tanya Kiana sambil menatap Elisa.Elisa mengingatnya. Itulah yang ada dipikirannya sekarang. Apa
Semua orang terkejut, termasuk Valeri. Wanita itu menatap dengan ketakutan pada semua orang di sekitarnya, tak menyadari bahwa belatinya telah terjatuh. Dia memandangi tangannya yang kini berlumuran darah.Kemudian, dia menoleh ke arah Elisa yang tersenyum dengan nada mengejek. Apa arti dari senyuman gadis itu? Apakah Elisa menyadari bahwa dia akan melukainya? Jika benar, maka Valeri telah salah mengira orang yang harus dia lawan. Musuhnya ternyata lebih cerdas daripada yang dia duga sebelumnya."Elisa!" teriak Kinan mendekati Elisa, membuat Valeri tersadar. Wanita itu kembali fokus pada pandangannya pada gadis yang terbaring lemah di tanah.Sementara itu, Kiana buru-buru mengangkat kepala Elisa dan menutup luka di perutnya. Darah terus mengalir tanpa henti. Melihat Elisa mulai kehilangan kesadaran membuatnya semakin khawatir.Wajah Elisa pucat dengan matanya yang tertutup. Napasnya mulai melemah, hingga tak terdengar lagi. Kiana hampir tak bisa mendengarnya. Air mata mulai mengalir d
Valeri terus berlari tanpa arah. Yang pasti, dia harus meninggalkan kelompok ini. Dia yakin bahwa raja dan pemimpin Kelompok Lotus akan mengumpulkan semua orang untuk menangkapnya."Ke mana aku harus pergi?" tanya Valeri sambil menggasap napas karena kelelahan berlari.Saat dia ingin istirahat, tiba-tiba suara prajurit Daren terdengar. Dia bisa merasakan banyak pejuang yang mengejarnya saat ini. Tanpa pilihan, Valeri kembali berlari untuk menghindari penangkapannya."Bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan?" tanya serigala dalam dirinya yang mulai kelelahan."Diamlah! Jika kamu tidak bisa memberikan ide untuk keluar dari kelompok ini, maka jangan bicara!" sindir Valeri pada serigalanya sendiri.Dia membenci semuanya. Baginya, semua orang selain dirinya adalah pengganggu saat ini. Tidak ada yang bisa membantu kecuali dirinya sendiri. Sampai akhirnya dia bertemu dengan jurang di depannya. Ketika ingin berbalik arah, dia sudah dikelilingi oleh para prajurit. Dia tahu ini adalah akhir
Daren menghembuskan napas lega. Dia merasa hampir saja jantungnya ingin copot karena kondisi Elisa semalam. Gadis itu bisa saja mati jika tak mendapat perawatan yang cepat.Pagi ini, dia mendapat kabar jika luka yang dialami Elisa telah sembuh. Meskipun masih tersisa luka yang belum menutup sempurna. Dia tahu itu akan terjadi, karena Elisa masih tidak bisa menyembuhkan dirinya sendiri.Sial. Entah mengapa Moongoddess memberikannya pasangan yang begitu lemah. Hanya luka tergores saja belum tentu bisa disembuhkan oleh gadis itu.Meskipun begitu, dia juga kagum pada gadis itu. Dia bahkan tak menyangka jika ramuan yang diberikan berasal dari Elisa sendiri. Gadis itu begitu pintar dalam bidang Kesehatan. Meskipun sebenarnya kaum mereka tak terlalu memerlukan obat herbal ataupun ramuan untuk penyembuhan. Kaum mereka bisa memulihkan tenaga dengan cepat. Bahkan jika terluka, hanya dalam hitungan detik saja luka tersebut telah hilang tak berbekas.Yang terpenting, pagi ini gadis itu sudah sada
Pagi ini, Elisa berada di penjara bawah tanah. Ia berjalan sendirian menuju sana karena Kinan sudah pergi lebih awal. Sebenarnya, ia seharusnya tidak berada di sana saat ini. Daren telah memberikan perintah agar ia tidak datang beberapa hari yang lalu. Namun, Elisa merasa bosan. Selain itu, ada kewajiban yang harus dilakukannya, terutama karena ia mengikuti kontes bersama Kiana. Tidak mungkin bagi gadis itu untuk melakukannya sendirian, bukan? Sementara itu, Elisa hanya tidur di tempat tidur, makan, dan minum tanpa melakukan apapun.Elisa melangkahkan kakinya ke dalam lorong yang gelap dan tak berujung. Awalnya, ia ragu untuk masuk. Ada perasaan takut melihat lorong yang gelap di depannya. Lorong itu terasa sepi, tanpa ada pelayan atau warrior yang lewat. Udara di bawah tanah terasa lembab dan dingin, dan Elisa bisa mencium bau bangkai.Semakin mendekati penjara, aroma bangkai semakin tercium. Elisa yakin aroma itu berasal dari mayat-mayat Rogue yang tewas, entah karena apa. Mungkin k
Matahari telah mencapai titik tertinggi di langit. Elisa akhirnya bisa keluar dari kamarnya setelah mendapatkan izin dari Daren. Ia senang bisa berjalan-jalan di istana, meskipun harus mematuhi beberapa persyaratan yang ditetapkan. Ia menyadari bahwa melanggar salah satu persyaratan tersebut akan berakibat buruk baginya, seperti dikurung di dalam kamar tanpa diizinkan keluar.Dengan demikian, Elisa hanya bisa berjalan mengelilingi istana sampai dia benar-benar pulih. Padahal, dia sudah tidak merasakan rasa sakit lagi, terutama setelah menggunakan ramuan yang dia buat sendiri. Sebenarnya, dia bisa sembuh sepenuhnya dengan ramuan dari X, namun dia memutuskan untuk tidak menggunakannya. Elisa takut jika tabib-tabib akan mengetahui hal tersebut. Baginya, itu sama saja seperti memberi tahu X tentang keberadaannya. Dia yakin bahwa X akan dicari ketika para tabib mengetahuinya."Salam, Luna," sapa para pelayan yang dengan hormat menundukkan kepala mereka.Elisa tersenyum kepada mereka semua
"Apakah aku boleh membuatkannya untukmu?" tanya Elisa dengan sopan. Ia sedikit tersanjung karena telah dikagumi. Mungkin memberikan ramuannya sebagai ucapan terima kasih jauh lebih baik, dibandingkan sekedar ucapan saja."Tentu saja, aku ingin merasakan manfaat dari ramuan yang kau buat," ujar Marius sambil tertawa. Tawa yang tak pernah berubah sejak dulu. Bahkan tawa itulah yang membuat Elisa jatuh cinta pada pandangan pertama.Itu dulu, tidak sekarang. Masa kini melihat tawa pria itu membuatnya geram. Bahkan kini, ia mengepalkan kedua tangannya agar amarah tak keluar begitu saja. Ila tahu ini bukan waktu yang tepat. Banyaknya serigala yang berkumpul membuatnya sadar diri. Sama saja ia mengganggu macan di kandangnya. Ia akan kalah telak.Saat itu juga beberapa pelayan datang membawakan makanan dan minuman untuk mereka, termasuk pelayan yang ditemuinya tadi saat di dapur.Elisa langsung mengambil salah satu minuman tersebut. Tanpa rasa takut, ia memasukkan beberapa tetes ramuan yang s