DUA : PERESMIAN BERPISAH
ANJALI melihat kosong ke arah Agam dan Anya. Keduanya tengah mengantre di tukang jagung bakar. Sesekali anak dan ayah itu terlihat melempar gurauan yang membuat keduanya tertawa.'Kalau kita mau jadi pergi ke pasar malam, kuharap kau tidak terlalu dekat dengan saya dan Anya.'Anjali tersenyum miris mendengar syarat aneh yang keluar dari mulut suaminya. Bener-bener gila dan tidak masuk akal, namun tak ayal Anjali menurutinya. Perempuan itu benar-benar menjaga jarak dengan anak dan suaminya. Anjali sungguh tidak mau merusak suasana hati suaminya yang akan berimbas dengan kebahagiaan Anya. Anjali lakukan ini demi putri tersayangnya."MAMAAA SINII!"Anjali terkesiap. Pandangannya tertuju pada lambaian tangan Anya. Rupanya anak gadis menyuruh mendekat padanya. Sebelum beranjak dari tempatnya, Anjali sempat melirik wajah Agam. Namun hanya tatapan datar yang di tampilkan pria itu."MAMAA KATA PAPA AYOK SINII CEPETAN,"Tidak percaya apa yang di dengar nya barusan. Anjali kembali melempar tatapan pada Agam. Kali ini ada anggukkan kecil dari pria itu. Tanpa sadar Anjali tersenyum dan melangkah mendekat."Kata papa sekarang kita mau kemana lagi ma? Langsung pulang atau main ke tempat lain?" Celoteh Anya begitu Anjali sudah di dekat mereka.Anjali melirik jam tangannya. Jarum pendek menunjukkan pukul 21.15. Ini sudah lewat dari jam malam putrinya. Lagipula kalau mereka memaksakan main takutnya Anya masuk angin dan sakit."Gimana kalau kita pulang aja. Ini sudah kemaleman sayang, besok lagi mainnya ya? Iya kan papanya Anya?" Anjali meminta persetujuan dari suaminya itu. Namun bukannya menjawab Agam malah menggaruk tengkuk kepalanya. Anjali paham betul kalau calon mantan suaminya itu tengah salah tingkah."Beneran Pa besok kita bisa main lagi?"Barulah ketika Anya menyentuh pipinya, Agam mengangguk ragu, "Iya,"Keheningan yang terjadi sejak mereka memasuki mobil. Anya yang sudah tertidur pulas sejak 20 menit lalu tidak lagi berceloteh mengisi kecanggungan di dalam mobil.Sedari tadi yang dilakukan Anjali hanya memandang pemandangan malam lewat kaca mobil. Sesekali membenarkan letak tubuh Anya yang bergerak-gerak agar kembali nyaman."Anya milik kita. Hak asuh Anya pasti ada di kamu. Namun kalau dia memilih tinggal bersamaku nantinya, dengan senang hati aku akan menerima Anya, Ryanti pasti akan senang menjaga dan merawat Anya."Bibir Anjali berkedut mendengarnya. Umur Anya yang baru 3 tahun, sangat memungkinkan hak asuh ada ditangannya. Anjali bersyukur setidaknya dia tidak akan kesepian. Namun ada rasa tidak enak dibenaknya kalau Anya tinggal bersamanya. Dirinya takut Anya tidak terbiasa dengan kehidupan yang akan dilaluinya kelak.Terbiasa dengan kemewahan dan bergelimang harta, Anjali takut Anya tidak akan bahagia kalau memilihnya."Besok surat perceraian akan diantarkan oleh pengadilan kuharap kamu langsung menandatanginya supaya proses perceraian kita segera selesai."Anjali hanya bisa mengangguk mendengar penuturan Agam."Bang," panggil Anjali pelan. Entah kenapa memikirkan nasib Anya sungguh mengganggu pikirannya. Sepertinya dia harus segera membicarakan hal ini dengan Agam."Hmm,""Aku bukannya gak mau merawat Anya. Hanya saja kamu tau sendiri keadaan ku bagaimana sekarang. Aku takut Anya tidak bahagia kalau tinggal bersamaku. Bolehlah kalau aku menitip Anya padamu. Aku berjanji aku akan mengambil Anya darimu setelah aku mampu.""Apa maksudmu dengan kata menitip. Anya juga anakku bukan hanya anakmu! Kamu dengar kata menitip benar-benar menganggu dan menyinggung ku!" Suara Agam terdengar dingin.Anjali menutup mulutnya. Dirinya sadar perkataannya begitu kejam dan kasar. Tidak seharusnya dia berkata seperti itu."Maaf," cicit Anjali menyesal."Sudah aku katakan kalau Anya memilihku dengan senang hati aku akan menerimanya."Tidak mau kemarahan calon mantan suaminya melebar, Anjali memilih diam. Lagipula dirinya juga sudah sangat lelah.Seperkian detik akhirnya Anjali tertidur pulas menyusul putrinya ke alam mimpi.Pagi hari ketika dia membuka mata. Dikejutkan dirinya sudah berada di dalam kamar lengkap dengan selimut membungkus sebagian tubuhnya.Anjali mengernyit heran, ingat betul kalau semalam dia tertidur di dalam mobil. Apa Agam yang membawanya ke sini?Anjali menyibakkan selimut berniat hendak membersihkan diri. Namun melihat Agam yang baru saja keluar dari pintu kamar mandi segera mengurungkan niatnya. Agam sudah sangat rapi dengan stelan kantornya."Bang, maaf aku kesiangan." Anjali menatap Agam takut. Alih-alih marah seperti dugaan Anjali, Agam hanya mengangguk.Anjali bengong sebentar melihat reaksi Agam yang tidak seperti biasanya."Bang, aku tidak sempat memasak untukmu pagi ini," kata Anjali menjelaskan."Iya,""Kamu tidak marah?""Aku akan sarapan bersama Riyanti pagi ini."Hati Anjali mencelos mendengar jawaban dari Agam. Lebih menyakitkan dari biasanya. Anjali rasa, Agam mendingan marah karena tidak dimasakkan pagi ketimbang mengeluarkan perkataan itu.Pantas saja Agam tidak marah karena dia akan sarapan bersama sang pujaan hati.Anjali mengangguk kecil, "Terimakasih sudah membawaku ke kamar semalam."Anjali masuk ke dalam kamar mandi tanpa menyempatkan menoleh pada Agam. Rasanya tidak sanggup kalau harus melihat muka Agam pagi ini. Seharusnya dia tidak terlalu berharap di saat perceraian sudah di depan mata. Kebahagiaan pernikahan yang dia dambakan hanyalah mustahil dia dapatkan.Tanpa Anjali sadari, Agam menatap kepergian dirinya dengan tatapan sulit diartikan.Siangnya benar saja, perwakilan dari pengadilan membawakan surat perceraian yang dimaksud Agam malam tadi. Tanpa menunggu lama lagi Anjali segera menandatangani seperti keinginan Agam.Kalau perceraian ini adalah solusi dari akhir rumah tangganya. Anjali akan terima. Kebahagiaan yang direncakan sirna begitu tangannya menari di atas surat materai.Semuanya sudah jelas. Anjali gagal mempertahankan rumah tangganya."Jaliii, kenapa kamu menangis, Nak?"Anjali mengusap pipinya kasar."Sejak kapan Mama di sini? Maaf jali tidak sadar," Anjali menyalimi tangan mertuanya."Sejak kamu menangis. Kamu ada masalah dengan suamimu?"Mendengar pertanyaan dari mertuanya Anjali yakin, Agam tidak memberitahu mamanya tentang perceraian ini.Anjali pikir dia tidak ada berhak memberitahu mamanya tentang ini. Biarlah Agam yang bercerita.Anjali menuntun mamanya masuk ke dalam rumah. Membiarkan wanita paruh baya itu menyimpan ribuan keanehan dibenaknya."Siapa orang tadi, Jali?""Siapa, Ma?"Terlihat mama mertuanya menghembuskan napas pelan. "Kayaknya dia dari pengadilan agama keliatan dari mobilnya. Apa yang terjadi, Nak? Kamu mau bercerai dengan Agam?"Anjali diam seribu bahasa. Tidak tau harus bersikap bagaimana. Kedatangan mama nya benar-benar tidak terpikirkan olehnya."Maaf, Anjali gagal mempertahankan pernikahan Anjali, Ma. Maaf Anjali tidak memenuhi permintaan mama untuk menjadi menantu mama selamanya."Tidak bisa membendung air matanya lagi, Anjali menangis keras di dalam dekapan mama mertuanya. Bukan hanya gagal menjaga pernikahan dari perceraian tapi dirinya gagal juga mewujudkan permintaan mama mertuanya."Mama tidak menyalahkan kamu atas ini, Jali. Kamu tidak harus meminta maaf. Sepantasnya mama yang minta maaf sudah memaksa kamu menjalani kehidupan bersama Agam. Mama tau kamu tidak bahagia hidup selama tiga taun bersama pria yang tidak kamu cintai. Mama minta maaf, Nak."Anjali menggeleng tidak setuju dengan penuturan mama mertuanya. Anjali begitu menikmati hidup bersama Agam."Semoga kamu hidup bahagia Nak. Kamu akan tetap menjadi menantu mama sampai kapanpun,"TIGA : MEMULAI LEMBARAN BARUAGAM benar-benar ayah dan mantan suami baik pikir Anjali. Sebenarnya dia tidak minta banyak untuk harta gono-gini. Namun, Agam memberikan rumah yang ditinggali kepada Anjali dengan alasan Anya, putri mereka.Gadis kecil itu belum tau keadaan, dia pikir kepergiaan papanya hanya untuk sementara. Sehingga dia lebih memilih bersama Anjali sambil menunggu kepulangan papanya.Mungkin itulah sebabnya Agam mengatasnamakan rumah ini dengan nama mantan istrinya, Anjali.Anjali dan Anya menatap kepergian Agam dengan tatapan berbeda. Anjali dengan senyum miris sementara Anya tersenyum lebar sembari melambaikan tangannya."Papaaa, cepat kembali ya!"Dengan polosnya bibir mungil itu meminta Agam untuk kembali. Anya hanya mampu mengeratkan pelukan pada putrinya, karena tidak punya rangkaian kalimat untuk dijelaskan ke Anya.Agam membalas lambaian Anya sebelum benar-benar masuk ke dalam mobil.Anjali mengajak Anya masuk begitu mobil yang dikendarai Agam menghilang. Anak i
EMPAT : KELAKUAN ANYASETELAH menghubungi Pak Ben bahwa dia bersedia berkerja di AX Group, Anjali diminta mendatangi kantor untuk interview. Anjali sempat gugup mengingat besok adalah pertama kalinya di wawancara.Anjali tidak punya pengalaman kerja sebelumnya, setelah lulus kuliah dirinya langsung dipinang Agam.Entah karena apa mama mertuanya melarang keras Anjali untuk bekerja padahal waktu itu dia sudah tanda tangan kontrak di sebuah perusahaan besar. Agam lebih setuju kalau dia membayar pinalti karena melanggar perjanjian ketimbang membiarkan Anjali bekerja.Benar saja, yang menjadi interviewer Anjali adalah Agam sendiri membuat perempuan itu ketar-ketir. Entah ada apa dengan dirinya sehingga bisa bereaksi berlebihan seperti ini.Namun, Anjali tetap bersikap profesional dengan memandang Agam sebagai atasan nya. Sebenarnya yang lebih mengganggu adalah tatapan Agam yang tajam dan ... dalam. Kali ini Anjali dibuat takut dengan sorot mata Agam yang mengintimidasi."Bagaimana keadaan
LIMA : KETERLAMBATAN AGAM.***Anjali hanya mampu tersenyum begitu mengingat perbuatan anak gadisnya itu. Berkatnya rencana Agam yang akan mengenalkan Anya pada Ryanti gagal total.Anak kecil itu mahal mengaum keras begitu Agam bilang akan mengajak Ryanti gabung."Anya tidak mau! Anya tidak setuju ya kalo papa nelfon tante Ryanti. Anya gak suka!"Anjali ingat sekali ekspresi marah dari Anya saat mengatakan kalimat itu. Sangat menggemaskan."Kenapa kamu tertawa?"Anjali segera tersadar kala suara datar dan dingin Agam memenuhi ruangan. Anjali gelisah saat semua pasang mata teruju padanya."Maaf," cicit Anjali. Dia juga menganggukkan kepala ke setiap orang yang menghadiri rapat waktu itu."Saya tidak suka kalau ada orang melamun saat rapat apalagi tertawa padahal tidak ada hal lucu! Fokus dan konsentrasi!"Hidung Anjali kembang kempis mendengar ultimatum tajam yang keluar dari mulut Agam.Anjali menghembuskan napas pelan. Lalu kembali mendengarkan suara Agam. Mencatat yang perlu dicatat
ENAM : SEBUAH KECELAKAANSaat itu pukul 09.00 malam kala Anjali tiba di rumah. Dan setiap dia pulang, biasanya Anya sudah tertidur pulas. Dirinya hanya bisa mengecek ke dalam kamar Anya untuk memastikan keadaan putrinya.Akhir-akhir ini dirinya kerap kerja lembur. Anjali takut kalau Anya akan merasa kesepian dan merasa terbuang. Namun tidak ada pilihan lain untuk Anjali. Dia harus tetap bekerja untuk menunjang hidup. Hal itulah yang membuat Anjali mempekerjakan Irma untuk mengasuh Anya di saat dirinya pergi bekerja. Setidaknya ada yang menjemput Anya saat pulang serta menjaganya selama dirinya sedang bekerja.Namun kali ini berbeda, begitu dia membuka pintu kamar Anya dikejutkan dengan kehadiran sosok pria yang tertidur di samping Anya. Jantung Anjali berdetak begitu cepat, pikiran buruk sudah berseliweran memenuhi isi kepalanya. Kemungkinan terburuk adalah pria itu pembunuh berantai yang menargetkan keluarga kecilnya.Dengan berhati-hati Anjali menghampiri ranjang yang ditempati kedu
Halo! Terimakasih sudah ngikutin sampe sini. Happy reading!♥️TUJUH : Dugaan Pak Supir Sesuai rencana awal, Anya akan ikut ke luar kota bersama Agam dan Anjali. Hal itu membuat Anya senang bukan kepalang karena ini kali pertama mereka pergi bersama. Dipikiran gadis kecil itu kalau mereka akan liburan, bersenang-senang seperti sebuah keluarga kecil bahagia. Anya adalah gadis kecil yang periang tidak peduli seberapa banyak cerita temannnya tentang liburan keluarga. Anya hanya mampu berkata, "Benalkah itu selu? Wah nanti aku juga akan ajak papa main ke lual negeli, ya Epan!"Faktanya, Agam selalu saja punya alasan untuk menolak ajakan putrinya. Hingga sekarang dengan gamblang, Agam mengajak Anya liburan tanpa dipinta. Anya begitu senang dan hal itu wajib dia ceritakan pada Epan, teman sekolahnya."Mama, Anya senang bangettt deh bisa liburan kaya kelualga bahagia."Anjali tersenyum mendengar pengakuan putrinya. Namun ada juga perasaan tidak enak dengan Agam. Bagaimana pun Anya tahu seb
Terimakasih yang udh baca cerita ini dan biggg thanks untuk yg udh kasih vote 💓DELAPAN : LIBURAN DI BALI"Lagipula kami sempat menjadi suami istri sebelum bercerai."Mungkin maksud Agam baik murni untuk menjelaskan persepsi Pak Supir. Bukan untuk mempermalukan Anjali. Bagaimanapun tidak ada kesalahan dalam ucapan Agam. Namun, perkataan Agam telah mengusik hati Anjali."Tapi, saya hampir menyesali status kami saat ini," Agam kembali menoleh pada Anjali sehingga pandangan mereka kembali bertemu. Bedanya, selang beberapa detik Agam kembali mengalihkan matanya.Tidak ada yang berani mengeluarkan suara setelahnya. Baik Anjali maupun Pak Supir sama terdiam. Bedanya Pak Supir sempat melempar senyum penuh arti kepada Anjali dan Agam secara bergantian.Sementara tanpa sepengetahuan Anjali, Agam mengepalkan tangannya kuat-kuat menahan rasa malu setelah mengutarakan isi hatinya. Ketika sampai di hotel pun Agam tidak banyak bicara selain menyuruh Anjali untuk beristirahat di kamar yang sudah d
SEMBILAN : PIKIRAN DEWASA ANYA.Terimakasih yang udh baca cerita ini dan biggg thanks untuk yg udh kasih vote 💓Happy reading!Harusnya hari ini adalah hari terakhir mereka di Bali. Namun Anya meminta untuk tinggal satu hari lagi. Katanya mau ke pantai dan beberapa tempat yang belum pernah dia kunjungi. Dan tanpa berpikir panjang Agam langsung menyetujui permintaan putrinya itu."Reksa, tolong bantu kami untuk menjaga Anya, ya." Pesan Anjali kepada Reksa. Sudah Anjali larang keras untuk tidak menyewa Reksa lagi, tetapi Agam bersih keras dan keras kepala. Katanya biar Anya lebih terjaga."Sudah kewajiban saya untuk menjaga Anya, Bu."Anjali tersenyum mendengarnya. Lalu mereka masuk ke dalam mobil yang sudah Agam sewa sebelumnya. Begitu Anjali akan membukakan pintu belakang mobil, Agam berteriak. "Di sini saya bukan supir!""Yasudah kamu duduk di depan Sa biar saya dan Anya di belakang." Anjali mengambil alih Anya dari tangan Reksa. Sementara pria itu mengangguk patuh. "Gapapa bu, Anya
SEPULUH : TIDAK UNTUK KEMBALIHOWAAA!! TERIMAKASIH YANG SUDAH BACA CERITA INITERIMAKASIH JUGA YG UDH MAU NGOREKSI DISCLAIMER : UNTUK PENULISAN RIANTI DIGANTI YA MENJADI RYANTI JADI HURUF I-NYA DIMUSNAHKAN SAJA!TERIMAKASIH.***PUK!Bunyi segepok uang yang di taro ke atas meja memenuhi ruangan Agam. Anjali yang beberapa menit lalu di panggil oleh Agam, mengernyit bingung. Entah apa maksud Agam memberikan amplop coklat tebal itu."Ini apa, Pak?" Agam tersenyum tipis, "Uang."Anjali menaikkan alisnya membuat Agam melanjutkan perkataannya, "Uang nafkah untuk Anya."Terbilang sudah hampir 5 bulan mereka berpisah. Baru kali ini Agam menunaikan kewajibannya sebagai ayah. "Setelah lima bulan berlalu?" Anjali tertawa sumbang.Agam menaikkan satu alisnya melihat tingkah Anjali, di luar ekspetasinya. Dia kira Anjali akan sangat berterima kasih."Sudah saya lebihkan untuk menutupi bulan-bulan sebelumnya. Katakan kalau itu tidak cukup biar saya tambahkan nanti."Anjali menyipitkan matanya ku
#CIPIKA-CIPIKI PENGARANGHAIIII GAESSGIMANA KABAR KLEAN SEMUA ? GWENCANHA KAN?!SORRY NIH KALO EXTRA CHAPTERNYA LAMA SOALNYA LGI BANYAK URUSAN DI DUNIA LAEN ;(SIAPA YANG MASIH BERHARAP AGAM BANGKIT DARI KEMATIAN?SIAPA YG MAU GAMLI BERAKHIR BAHAGIAAA? cunggg!!!sorry gaes aku belum bisa kabulin permintaan klean karena aku hanya manusia biyasa;(BACA AJA YOK EXTRA CHAPTER NYA SEMOGA SUKAA.***Anjali menatap pusara di depannya. Rumput liar yang lancang tumbuh di sana pertanda kalau pusara tersebut sudah lama tidak dikunjungi. Agam memang tidak di makamkan di tempat umum melainkan di tanah keluarganya sendiri.Pagi ini Anjali membawa putranya mengunjungi Agam di peristirahatan terakhirnya. Hanya berdua. Tidak bersama Anya ataupun suaminya.Agam yang baru berusia 2 tahun berjongkok mengikuti mamanya mengambil daun kering dari atas pusara."Mama ini apa?" Tidak lama Agam bertanya sembari menyentuh gundukan tanah di depannya."Ini rumahnya Om Agam," jawab Anjali sembari tersenyum kecil.
#CIPIKA-CIPIKI PENGARANGHaii wargaaaGimana kabar kalian sekarang?Semoga bae bae terus ya biar bsa baca cerita aku yang lainnya, wkwkwk.Sorry banget semalem chapter ini ke up gaess 😭 Terimakasih klian sudah nunggu sampe akhir. ❤️HOWAAA GAK KERASA BESOK SUDAH BERGANTI TAHUN LAGIISELAMAT TAUN BARU GAEESSSSEMOGA TAHUN SELANJUTNYA AKAN LEBIH BAIK DARI TAHUN SEBELUMNYA.SEMOGA SEMUA HARAPAN DAN CITA-CITA KALIAN SATU PER SATU TERKABUL YA!!BAHAGIA SELALU UNTUK KALIAN ❤️Chapter 35 aku up di jam-jam terakhir 2023. Gimana perasaan kalian nemenin aku sampe chapter 35? TIGAPULUH LIMA : ENDOkey enjoy reading!!***"Itulah masa laluku, Mas,"Perempuan yang tengah mengusap perut besarnya tersenyum sembari menerawang kenangan masa lalu yang enggan hilang itu. Sudah 10 tahun berlalu baru kali ini dia menceritakan kisah pilu itu kepada orang lain."Jadi itu sebabnya kamu mau ngasih nama anak kita Agamza Viran Alathas, hm?" Perempuan itu mengangguk semangat. Kemudian menoleh sembari melempar
#CIPIKA-CIPIKI PENGARANG Aku mau mengucapkan maaf sebesar-besarnya kalau ada ketikan aku yang kurang sreug dan menyinggung perasaan kalian. Aku tidak bermaksud begitu. Iya aku penulis kecil yang tidak tau etika. Mohon maaf sama kalian. Kalau ada kesalahan jangan sungkan untuk tegur aku. Tetapi teguran yang beretika juga. Oh iya, sebentar lagi ini end, mau ada cerita baru lagi gak buat ngegantiin MR? Sebenarnya udah ada di draft tinggal publish nih. Gimana, spill sinopsisnya? Jamin gak kalah seru dari MR 🌝😘Okey lah enjoy reading wargaa 😘 jangan lupa vote dulu ya.TIGAPULUH EMPAT : KECELAKAAN MAUT.***"Ben, tolong bantu saya untuk mencari Anya. Kamu cukup kasih tau saya ke keberadaan putri saya sisanya biar saya yang urus,""Baik, Pak," Agam mengakhiri panggilannya. Kini dia tengah berkemas untuk pulang ke rumah di bantu Anjali dan mamanya. Agam sudah boleh pulang sekarang, walaupun tidak memungkinkan untuk berkeliaran dan melakukan hal berat. Itu sebabnya dia meminta bantuan
TIGAPULUH TIGA : SEBATAS TANGGUNGJAWAB.***"Ma, Bang Agam koma," Di sebrang telepon terdengar suara teriakan tertahan dari mama Agam. Anjali yakin pasti mama mertuanya itu shock berat mengetahui keadaan putranya. Semalam Anjali tidak langsung mengabari mama Agam. Anjali lebih memilih menjaga Agam semalaman ketimbang harus merepotkan mama Agam. Di benaknya, Anjali menyalahkan dirinya sendiri atas keadaan Agam sekarang.Kalau saja Agam tidak mencarinya pasti keadaan pria itu stabil tidak akan collapse seperti sekarang. Anjali menghembuskan napas pelan. Dokter bilang jahitan di kepala Agam yang belum mengering itu terbuka. Sepertinya kepalanya juga mengalami benturan yang mengakibatkan cedera berat pada kepala.Anjali tidak tahu kalau keadaan Agam bisa seburuk ini. Anjali juga tidak tahu, apa Agam sempat terjatuh sehingga kepalanya terbentur? Atau ada seseorang yang sengaja ingin melukai Agam saat mencarinya?Anjali mengusap wajahnya kasar. Ketika dia menoleh matanya menangkap dari kej
TIGAPULUH DUA : HARAPAN AGAM***"Reksa ... apa yang kamu lalukan?" Genangan darah yang semakin meluas tidak mampu menggerakkan kaki Anjali untuk mendekat dan menutup sumber darah tersebut. Kedua kaki perempuan itu seolah dilem rapat dengan lantai. Seharusnya Anjali segera bergerak sebelum tubuh Agam mati karena kekeringan. Entah karena pengaruh alkohol atau memang Reksa sudah tidak waras. Pria itu malah tertawa terbahak lalu lesehan di lantai. Matanya menatap Anjali, "Aku gak berniat membunuhnya aku tidak sengaja." Anjali menggelengkan kepalanya. Kalau dia tidak bergerak Agam sungguhan akan meninggal. Sekarang Reksa sudah tidak bisa diandalkan. Anjali mengumpulkan keberaniannya dan mengenyahkan semua pikiran buruk. Perlahan kakinya bergerak sedikit demi sedikit ke arah tubuh Agam yang sudah tidak sadarkan diri. "Bang Agam..." Anjali berhasil duduk di depan wajah Agam. Tangannya bergetar hebat mengangkat kepala Agam ke pangkuannya. Ketakutan Anjali memuncak ketika darah mengucur
TIGAPULUH SATU : TIDAK BOLEH PERGI#CIPIKA-CIPIKI PENGARANGHAI GAIS SELAMAT MALAMSEPERTINYA KITA BUTUH VISUAL AGAM SAMA REKSA YA? ADA YANG MAU NYUMBANG AKTOR GANTENG BUAT MEREKA? SEBELUM KE INTI AKU MAU TAU DONG KESAN DAN PESAN KALIAN TENTANG CERITA INI. BOLEH YA ❤️KOLOMNYA ADA DISINI ✍️OKEDEH CHECK IT OUT!!***Masih sangat pagi ketika Agam membuka matanya. Pria itu menahan rasa pegal di kakinya yang menekuk sejak malam. Wajah teduh Anjali ketika tertidur menjadi fokus Agam saat ini. Wajah perempuan yang entah sejak kapan menempati pikirannya. Agam paham, dia bodoh untuk menyadari rasa cinta untuk perempuan yang ada di dekapannya. Sewaktu kehadiran Ryanti hatinya menjadi gamang. Dia tidak mampu berpikir jernih untuk memutuskan masa depannya dengan bijak. Berkali-kali dia menyakiti Anjali dengan sikapnya. Bahkan Agam tidak pernah menganggap Anjali ada. Setiap kali Anjali berbuat baik dan menaruh perhatian padanya, Agam akan merasa jijik dan tak segan mengeluarkan kata tajam dan
#CIPIKA-CIPIKI PENGARANGMOHON MAAF TELATT UPDATE-NYASUMPAH AKU KESEL BANGET UDAH NULIS BANYAK TAPI GAK KE SAVE! NAH DARI SITU MOOD NULISKU TURUNNN BANGAATT SAMPE-SAMPE BUKA WP TUH PEN NANGIS POKOKNYAATAPI...GAK NYANGKA SYEKALI UDA PART 30 TERIMAKASIH READERS YANG SETIA SAMPE SINI!!!! YANG SABAR NUNGGU INI UPDATE YG BAHKAN RELA BACA ULANG KARENA LUPA ALURNYA. TERIMAKASIH YA❤️OH IYA KALIAN ADA BAYANGAN GAK SIH BUAT AGAM DI DUNIA NYATA SIAPA?ATAU KITA CARI AJA CAST BUAT TOKOH MR YAAHH??*BOLEH JUGA*GAK USAH KAMI SUDAH PUNYA BAYANGAN SENDIRI*TERSERAH AUTHOR AJA LA_-YODAH CUSSS!!!ENJOY READING!***"Kamu?" Terlalu fokus pada Anya sampai Anjali tidak menyadari kehadiran perempuan yang sudah merusak kebahagiaannya. April dengan wajah tanpa tau malunya hanya tersenyum sembari melambaikan tangannya, seolah tengah mengejek Anjali."Hai," sapaan yang terdengar menjengkelkan di telinga Anjali."Oh iya, tadi tante April yang ngajak Anya makan es krim, Ma," sahut Anya yang berada di dek
DUAPULUH SEMBILAN : PERINGATAN PERTAMA.ENJOY READING!***Tepat jam 10.00 Anjali berhasil menyelesaikan pekerjaannya. Perempuan yang di balut blazer putih tulang itu meregangkan dan meluruskan punggungnya. Kepalanya mendongak menatap langit-langit. Cukup pegal juga menghabiskan waku dua jam menyiapkan materi untuk presentasi Agam besok pagi."Ayo."Anjali terperanjat. Dia menormalkan duduknya. Entah sejak kapan Agam sudah berdiri di daun pintu. Anjali juga tidak sadar ketika pintu terbuka oleh Agam."Kemana?" Agam terlihat mengembuskan napas pelan dan matanya menyipit ke arah Anjali, "Menjemput Anya," Anjali membulatkan matanya, dia sudah melupakan janji Agam kemarin tentang penjemputan Anya. Dia juga masih belum menyiapkan alibi agar tidak ikut menjemput Anya. "Maaf Pak, sepertinya saya tidak bisa karena masih banyak pekerjaan." Agam menyilangkan tangannya, "Lalu kenapa tadi kamu malah melamun sampai tidak sadar kehadiran saya di sini?" Sebelum Anjali kembali mengelak, Agam seg
ENJOY READING!***"Kamu tidak bisa limpahin semua kesalahan kamu ke orang lain, Reksa. Jadi berhenti nyari kesalahan-kesalahan aku hanya untuk menutupi semua keburukan kamu!" Kalimat terakhir yang Anjali ucapakan mampu membuat Reksa diam membisu. Pria itu mematung, memperhatikan Anjali yang berjalan menjauh. Setelah melihat kilatan benci dari mata Anjali, Reksa tidak berani menahan perempuan itu lagi."ARRRGHHH!!"Reksa memukul pohon tabebuya di sampingnya. Tidak peduli dengan tangannya yang mengeluarkan darah, pria itu berjalan mendekati mobilnya yang terparkir di sisi jalan.Usahanya kali ini untuk membujuk Anjali gagal. Sudah dua bulan Anjali tidak mau berbicara padanya. Reksa juga sudah berusaha menghubungi Anjali namun setiap dia menelfon selalu di tolak. Pesan pun tidak dibalas. Reksa hampir gila sekarang. Perempuan itu seolah membangun benteng kokoh di antara mereka. Mobil Reksa melaju menuju rumah Ryanti. Sepertinya dia akan membutuhkan campur tangan kakaknya untuk membantu