Home / CEO / Penyesalan Suami Arogan / Bab 3. Aku Mau Bercerai!

Share

Bab 3. Aku Mau Bercerai!

Author: Ana Sue
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Ketika pergi, Stella tak mengatakan apa pun, bahkan Kate tak sempat bertanya lebih banyak. Wanita itu dengan raut wajah yang menyedihkan, pergi menyeret sebuah koper besar dengan perasaan hancur dan tak bisa dikatakan dengan kalimat apa pun.

Tubuhnya kurusnya terlihat sangat, sangat menyedihkan. Bahkan ketika dia pergi meninggalkan mansion, dia tak menoleh sedikit pun, seakan mantap dengan langkahnya untuk melupakan semua kenangan yang pernah ada di rumah besar itu.

Lalu apa yang bisa dilakukan Kate untuk menahannya?

Dia hanya seorang kepala pelayan yang tak memiliki kuasa apa pun.

“Maafkan saya,” ujar Kate lemah.

Dominic hanya mengangguk, kemudian berjalan melewati Kate dengan wajahnya yang suram. Dominic melepaskan jas miliknya, lalu menyerahkan pada Kate.

Dia tak pernah berpikir jika Stella berani untuk membuat keputusan seperti itu, pergi meninggalkannya di saat dia tak berada di rumah.

Dominic berjalan ke arah kamar di mana Stella selalu tidur. Dibukanya pintu kamar dengan tenang, tak ada yang berubah pada isi di dalam kamar.

Seprei terlihat rapi seperti semula, bahkan seprei yang dipasang adalah seprei di mana Stella pertama kali datang ke rumah itu, sekarang kamar itu terlihat seperti tak pernah memiliki penghuni sebelumnya.

Dominic bergerak mendekati lemari, diperhatikannya pakaian-pakaian yang pernah dibelikannya untuk Stella, terlipat rapi di dalam lemari, seperti sediakala. Kotak perhiasan yang pernah diberikannya untuk Stella sebagai hadiah pernikahan berada di dalam laci, semuanya utuh. Kartu black card yang diberikannya pada Stella, juga tergeletak rapi di dalam kotak perhiasan. Buku tabungan, segalanya tak ada yang dibawa oleh perempuan itu.

Stella hanya membawa semua rasa sakit yang mengendap di dalam hatinya selama tiga tahun ini, dan itu sudah lebih dari cukup untuk menyudahi segalanya, daripada berlarut-larut dalam kekecewaan yang semakin mendalam.

“Kau kira, semudah itu pergi dariku, Stella?” gumam Dominic dengan sesungging senyum licik di bibirnya.

Dia tak mencintainya.

Dia tak menginginkannya.

Tapi dia tak ingin melepaskannya?

Bukankah tadi dia begitu menginginkan perceraian?

Dominic mengeluarkan ponsel dan mengetikkan sesuatu di sana.

Dominic :

‘Jadi kau sudah pergi, Stella?’

Lama ditunggunya, Stella tak kunjung membalas pesan yang dikirimkan Dominic padanya. Kali ini raut wajahnya berubah menjadi raut kekesalan.

Dominic :

‘Jadi kau memutuskan untuk pergi dari hidupku, Stella? Kau kira, semudah itu untuk melepaskan diri dariku?’

Masih belum mendapatkan balasan apa pun. Tatapan Dominic yang dingin seakan mampu masuk ke dalam layar ponsel. Dominic menggertakkan giginya, dan mengumpat dengan pelan.

Dominic :

‘Stella, kuberi kau waktu sampai tengah malam untuk kembali ke mansion. Jangan menguji kesabaranku, Stella. Akan kucari dan kubunuh kau, jika sampai tengah malam, kau belum juga kembali padaku!’

Stella mengacuhkan semua pesan masuk yang diterimanya dari Dominic. Saat ini yang ada di pikirannya, dia ingin menyelesaikan segalanya. Dia tak ingin lagi perasaan cinta sepihak yang dirasakannya pada Dominic, perlahan membunuhnya.

Stella telah sampai di Town Square. Bergegas dia menarik koper besar miliknya, dan melangkah dengan mantap masuk ke area elit tersebut. Banyak gedung-gedung besar perkantoran, mall-mall, dan bangunan lainnya. Stella tahu sebagian dari aset di Town Square setengahnya dikuasai oleh keluarga Dominic.

Laki-laki itu adalah seseorang yang sangat pintar dan selalu diandalkan oleh keluarga besarnya.

Saat dia dan Dominic menikah, dia ingat dengan jelas hanya Si Tua Darren—kakek dari Dominic—yang menyetujui dan ikut berbahagia dengan pernikahan keduanya.

Bahkan keluarga angkatnya sendiri terlihat kurang menyukai saat Dominic dan Stella menikah, mereka terpaksa menyetujui Stella menggantikan posisi Stefani saat itu karena Stefani menghilang di saat acara pertunangannya dengan Dominic.

Sedangkan saat itu media massa dan seluruh kota telah mengetahui jika putera sulung Keluarga Anderson akan menikah setelah acara pertunangan, jika saja Stella tak menggantikan posisi adik angkatnya itu, maka seluruh keluarganya akan mengalami kesulitan di kota.

Dominic dengan mudah meratakan kehidupan perekonomian Keluarga Wilson, dan Stella tak ingin hal itu terjadi!

Stella merasakan getaran di tas selempang miliknya, ponselnya sudah berkali-kali bergetar, dan dia sengaja memasang mode getar, karena kali ini dia sedang tak ingin diganggu.

Tapi ponselnya tak kunjung berhenti, bahkan getara konstan itu terus dirasakannya.

Dengan enggan dia mengeluarkan ponsel dari dalam tas ranselnya, dan seperti biasa nama Dominic ada di layar.

“Ada apa Tuan Muda Anderson?” tanya Stella dengan nada dingin pada suaranya.

“Kau sudah baca pesan yang aku kirimkan?” tanya Dominic tak kalah diinginnya. Dominic benar-benar berang begitu mengetahui Stella mengangkat teleponnya dengan nada sinis.

Perempuan itu sangat menyebalkan di mata Dominic.

Dia tak habis pikir, kenapa dulu dia menyetujui keputusan gila dari Si Tua Bangka Anderson untuk menikahi Stella. Lebih parahnya lagi Tuan Besar Tua Anderson menyukai perempuan itu, bahkan berkata jika Stella jauh lebih baik dari Stefani.

“Tentu saja aku sudah membacanya,” jawab Stella santai seakan tak ada beban. Meski dia tahu, jika saat ini Dominic berdiri di hadapannya, Dominic akan habis-habisan memakinya seperti sedang memaki seorang pelayan.

“Kau kembali sekarang juga!”

“Kalau aku tak mau, apa yang akan kau lakukan, Tuan Muda Anderson?” tanya Stella dengan pertanyaan yang sangat menantang dan memancing emosi Dominic.

“Aku akan menyuruh orang untuk menyeretmu kembali ke mansion. Kau pergi tak berpamitan denganku?”

“Apakah saya harus berpamitan, sedangkan selama tiga tahun ini Anda menganggap saya tak pernah ada. Saya ada atau pun tidak di dalam rumah itu, apakah membuat Anda kehilangan? Saya rasa tidak, Tuan Muda Anderson!” seru Stella.

Jauh di hati kecilnya, Stella tak pernah bisa meninggalkan Dominic. Rasa cinta yang ada selama tiga tahun ini, adalah sebuah yang cinta yang sebenarnya.

Dominic memintanya kembali ke rumah?

Rasanya tak mungkin laki-laki itu merasa kehilangan dirinya yang selama ini tak pernah terasa istimewa di mata suaminya itu.

“Hmmm.” Dominic bergumam.

“Ada lagi yang ingin Anda katakan?”

“Kau benar-benar tak patuh padaku?”

“Dengan ancaman Anda yang mengatakan Anda akan membunuh saya, jika saya tidak kembali ke rumah? Apa yang perlu saya takutkan? Saya tahu Anda memiliki kekuasaan tanpa batas, tapi saya bukan budak Anda yang bisa Anda perlakukan semau Anda. Paham?”

“Kau—“

Dominic semakin berang mendengar kata-kata Stella yang sangat tajam. Kedua tatapan Stella saat ini benar-benar tajam dan menakutkan seakan hanya dengan menatap, dia mampu membuat orang lain mengejang dan mati di tempat.

“Kalau begitu kuijinkan kau pergi setelah kau menemaniku jam delapan malam ini ke rumah Keluarga Wilson,” ujar Dominic penuh percaya diri.

Setidaknya saat dia datang ke acara ulang tahun mendiang Stefani, dan tentunya dia yakin keluarga besarnya pun akan datang, jadi tak ada salahnya dia menjaga image dengan berpura-pura rukun dengan Stella.

Jika dia tak bisa memperlihatkan kerukunan di depan Pak Tua Anderson, mungkin lelaki tua berusia 75 tahun itu pasti akan merutuknya dengan segala sumpah serapah. Laki-laki itu tak pernah mau untuk dilawan, dan siapa pun yang berusaha melawannya, dipastikan akan angkat kaki dari Manor milik keluarga besar.

“He-eh? Kau memintaku menemanimu? Apa kau tak jijik berdekatan denganku?”

“Bisa kah kau menutup mulutmu dan mengikuti apa yang aku pinta, Stella Wilson Yang Terhormat?” sindir Dominic.

“Tentu saja Tuan Muda Anderson Yang Agung! Tapi sesuai kata-katamu, setelah acara selesai, biarkan aku pergi.”

“Kenapa kau begitu ingin pergi dari sisiku, Stelly?”

‘Stelly’ panggilan kecil Stella diucapkannya dengan sangat lembut, seakan dia begitu mencintai dan menyayangi Stella. Padahal Stella sadar, tak ada rasa apa pun di dalam hati laki-laki yang dingin itu.

Di dalam hatinya hanya ada satu nama.

Bahkan jika dia terpaksa harus mengambil hati itu dari tubuh Dominic, tetap saja Dominic akan memindahkan nama tersebut ke tempat lain di dalam dirinya.

“Karena kau menginginkannya,” jawab Stella.

“Aku memang ingin bercerai denganmu, tapi apa aku pernah mengatakan setelah itu kau bisa pergi dari sisiku, Stella?”

“Benarkah? Bukankah tadi pagi kau bilang, kau akan merelakan aku pergi dari sisimu?”

“Aku meralatnya. Kau tak akan bisa pergi dari sisiku tanpa seijinku!”

“Peduli setan, Dominic! Setelah urusan malam ini selesai, aku akan meninggalkanmu!” maki Stella.

Terdengar desah frustasi Dominic di seberang sana.

Stella tak mengerti, apakah Dominic memiliki gangguan psikologis atau ada penyebab lain yang bisa mengubah suasana hati semaunya?

“Silakan, jika kau bersikeras pergi maka aku akan mematahkan kedua kakimu!”

Related chapters

  • Penyesalan Suami Arogan   Bab 4. Akan Bercerai Jika ....

    Stella tertawa sinis ketika mendengar Dominic mengucapkan kalimat barusan. Mematahkan kedua kakinya? Apa semudah itu! “Dominic Anderson, apa kau mau mengotori kedua tanganmu dengan mematahkan kedua kakiku menggunakan tanganmu sendiri? Untuk berdekatan denganku saja, kau merasa malu dan jiik seperti melihat kotoran. Lalu sekarang kau bilang—“ “Diam! Kau turuti perintahku, atau jangan salahkan aku jika berbuat kasar padamu, Mary!” Stella tahu jika Dominic serius pada setiap ucapannya. Tapi kali ini tak ada rasa takut sedikit pun di dalam dirinya. Justru dia menganggap kelakuan Dominic sangat lucu dan konyol. Stella mendengus, lalu sekali lagi dia tertawa cukup keras. “Kau mau berbuat kasar? Apa selama ini, kau tak cukup berbuat kasar padaku? Kau selalu berbuat kasar, Tuan Muda Anderson. Sudah cukup, aku sudah memutuskan hari ini adalah hari terakhir aku mau bersamamu. Setelahnya, aku akan memintamu untuk menjauh dari kehidupanku!” Dominic benar-benar dibuat jengkel dengan perkat

  • Penyesalan Suami Arogan   Bab 5. Damn, Stella!

    Sekitar dua puluh menit kemudian, Ruby dan Dylan pun tiba di apartemen Stella. Beberapa kali Ruby menekan tombol bel, tapi belum juga ada jawaban.“Coba saja kau hubungi nomornya,” ucap Dylan.Ruby memberikan sekotak kue pada Dylan yang dibelinya sebelum dia tiba di apartemen Stella. Sama saja, Stella mengabaikan panggilan telepon dari Ruby.Apa dia sedang pergi?Atau tertidur di dalam?“Menurutmu, ke mana dia?” tanya Dylan.Merasa jengkel, Ruby tak lagi menekan bel pintu tapi menggedornya dengan kasar. Sedangkan di dalam ruangan, Stella memang tertidur. Begitu mendengar suara gedoran pintu yang sangat kasar dan kencang, kedua matanya langsung terbuka dalam sekejap.Stella meraih ponsel yang tergeletak di ujung kakinya, lalu mengecek beberapa panggilan masuk dari Ruby, dan sebuah pesan yang mengatakan, jika Stella tak membukakan pintu, maka Ruby akan membobol pintu dengan paksa.Stella melompat dari tempat tidur, lalu berlari cepat ke arah pintu.“Hei!” seru Stella ketika membuka pint

  • Penyesalan Suami Arogan   Bab 6. Dylan VS Dominic

    Dylan dan Ruby menemani Stella ke sebuah pusat perbelanjaan yang berada di pusat kota. Stella yang terlihat sederhana pada penampilannya, membuat beberapa pasang mata melirik ke arahnya dan menatap dengan tatapan menghina.Stella tak ambil pusing, dia memiliki cukup uang untuk membeli apa pun yang ada di dalam mall tersebut.“Aku dengar, mall ini merupakan milik salah satu orang terkaya nomor tiga di Kota Greenford, apa itu benar?” tanya Stella pada Dylan yang tak begitu menanggapi pertanyaannya, karena sibuk membalas pesan di ponsel miliknya.“Iya, kalau tidak salah namanya Christine Jones. Dia tak lama lagi akan mengadakan acara ulang tahun besar-besaran di sebuah hotel mewah. Aku yakin, Dominic—suamimu—pasti turut diundang olehnya. Aku dengar, dulu sekali Christine menaruh hati pada Dominic,” goda Ruby seraya melirik Stella, ingin melihat reaksi gadis itu.Tapi sayangnya, Stella seakan tak peduli apa yang mau diperbuat oleh Dominic. Meski dia mencintai Dominic setengah mati, tapi D

  • Penyesalan Suami Arogan   Bab 7. Tingkah Absurd Dominic

    Stella berdiri mematung, enggan untuk menoleh ke belakang, karena dia mengenal dengan baik suara yang baru saja didengarnya itu. “Hei, kamu gila?” pekik Maggie yang melihat satu tangan puteri kesayangannya dipuntir oleh seorang pria. Tak ada yang berani bersuara, mereka mengenal dengan betul siapa pria yang saat ini berada di toko pakaian itu. Stella berbalik dan menatap dengan tajam pria yang saat ini masih belum melepaskan cekalannya pada pergelangan tangan Elise. “Tuan Muda Anderson Yang Terhormat, buat apa kamu berada di sini?” tanya Stella. Dia tak mengerti bagaimana bisa Dominic bisa berada di dalam toko, dan baru saja dia membantu Stella, sehingga pot kaca itu tak mengenai kepalanya? Apakah ada seorang malaikat yang hinggap di bahu kanan Dominic, sehingga pria itu menjadi agak jinak dan baik padanya? Tapi tunggu .... “Kenapa kamu bisa ada di sini?” Stella mengulang kembali pertanyaannya. Dominic menyentak tangan Elise, lalu beralih pada Stella. Dia menarik dengan kasar

  • Penyesalan Suami Arogan   Bab 8. Kekesalan Dominic

    Setelah Dominic selesai membelikan sebuah gaun pada Stella, mereka pun keluar dari pusat perbelanjaan. Saat tiba di parkiran, Dominic menatap Stella, seumur-umur, selama tiga tahun mereka bersama, pria itu tak pernah mengijinkan Stella untuk duduk di dalam mobilnya. Dominic menatap Stella dari ujung kaki hingga ujung kepala, lalu dia berkata, “Sebaiknya kamu naik taksi saja. Aku sudah memberikan banyak uang padamu, jadi kamu naik taksi. Ingat, tujuanmu ke mansion, bukan kembali ke apartemen sempitmu!” “Kamu masih merasa jijik untuk satu mobil denganku? Lalu kenapa tadi kamu memintaku untuk menggandengmu?” Dominic seperti seekor tikus yang tertangkap basah, cepat-cepat dia memalingkan wajahnya ke arah lain menghindari tatapan dari Stella padanya. “Sampai rumah, aku akan membersihkan diri,” ucap Dominic ketus, membuat perasaan Stella sakit mendengarnya. Selama bertahun-tahun, Dominic selalu menghujamnya dengan kata-kata yang sangat pedas, bahkan tak peduli saat Stella mengeluar

  • Penyesalan Suami Arogan   Bab 9. Direnggut Paksa

    Stella berusaha menendang Dominic yang semakin kesetanan, tatapan Dominic berubah, tak lagi dingin, tapi ... tatapan itu adalah tatapan penuh gairah. Stella tak bisa berkutik ketika Dominic menangkap kedua kakinya dan mencengkramnya dengan kencang, membuat Stella meringis menahan sakit.“Dominic, lepaskan aku!” teriak Stella. Meski dia mencintai Dominic dengan separuh jiwanya, dia tak bisa menerima perlakuan Dominic yang begitu kasar padanya saat ini. Pria itu mulai menggila.Pakaian yang dikenakan Stella koyak tak berbentuk, bahkan rok yang dikenakannya pun sobek di beberapa bagian akibat ulah Dominic.Pria itu mencekik leher Stella, dan berkata, “Melepaskanmu, Sayang? Apakah aku harus menurutinya?”“Aku ... sudah menurutimu, lalu apa lagi yang kau inginkan dariku, Dominic Anderson? Katakan!” seru Stella tak kuasa menahan rasa sakit di bagian leher.“Kau benar-benar ingin bercerai dariku? Apa karena kau ingin bersama pria yang tadi bersamamu di mall? Jawab, Bajingan!” maki Dominic de

  • Penyesalan Suami Arogan   Bab 10. Salahmu Hanya Satu!

    Dominic melenguh panjang, selesai menuntaskan hasrat dan kemarahan dalam dirinya. Stella beringsut menjauh dari tubuh Dominic, lalu mendekap kedua kakinya di depan dada. Tatapan kebencian terlihat dari kedua bola mata indah Stella. “Kau ... aku menyesal, karena pernah mencintaimu, Dominic Anderson!” seru Stella terisak, bahu bergetar, tatapan itu semakin dalam, dan menusuk. Dia tak pernah berharap, Dominic meminta hak dengan cara brutal. Dia tak tampak seperti pemerkosa tanpa hati, ketimbang sebagai seorang suami! “Kau pikir, aku peduli?” balas Dominic, dengan tatapan sekelam malam. Seringan tajam terlukis tipis di wajah tampan Dominic. Dia bangkit turun dari tempat tidur, meraih kemeja yang berada di lantai, lalu memakainya. Dia menoleh sedikit, melihat tubuh Stella yang masih bergetar. Lalu kedua matanya terpaku pada satu titik noda darah yang ada di atas seprei berwarna krem. Hatinya terasa dicubit melihat noda darah itu, tapi apa pedulinya? Dia sudah mendapatkan segalanya, dan

  • Penyesalan Suami Arogan   Bab 11. Pria Keji

    Tidak ada yang mampu dikatakan Stella begitu mendengar kata-kata Dominic padanya. Stella yang masih merasakan sakit di sekujur tubuh akibat perlakuan Dominic sebelumnya, berusaha bangkit berdiri. Sementara Dominic masih terus menatapnya dengan tatapan menyalang. “Kenapa? Kau masih belum cukup menyakitiku, Tuan Davis?” tanya Stella seraya tersenyum getir. Stella merangkak perlahan dengan tangan bertumpu pada tepi ranjang, berusaha untuk naik ke tempat tidur. Masih ada yang harus dikerjakan setelah ini. Dia harus menemani Dominic ke sebuah acara yang sama sekali tidak diinginkan olehnya. Dominic terkekeh mendengar apa yang baru saja dikatakan Stella padanya, lalu membalas kata-kata Stella, “Itu baru permulaan, Stelly. Seperti yang aku katakan, karena aku tidak ingin menceraikanmu, maka bersiaplah setelahnya kau benar-benar akan merasakan apa yang namanya neraka!” “Kalau begitu selesaikan sekarang, beritahu aku seperti apa neraka itu. Neraka apa yang akan kau berikan kepadaku!” tantan

Latest chapter

  • Penyesalan Suami Arogan   Bab 27. Rasa Cemas Di Hati Dominic

    Stefani terisak di dalam dekapan Dominic, berkali-kali dia merutuki dirinya sendiri, mengatakan jika dirinya benar-benar bodoh dan terlalu murahan. Hanya untuk membuat Dominic merasa bersalah pada dirinya. Seandainya Dominic tahu, wanita yang berada di dalam dekapannya, adalah iblis dari segala iblis, tentu dia akan memilih untuk tidak pernah mengenal Stefani lagi selamanya.Saat sedang mendekap Stefani, tiba-tiba saja pikiran Dominic terbagi pada Stella. Tidak sedikit pun dia memikirkan mengenai Stella saat ini, semua terjadi begitu tiba-tiba. Stella yang menatap dengan tajam ke arahnya, lalu dengan kasar mengusir dari dalam ruangan, semua kembali berputar pada ingatannya.Apa mungkin ... dia sedang merasakan sebuah penyesalan? Lalu Dominic tidak menyadarinya?“Apa yang sedang kau pikirkan, Dominic?” tanya Stefani seraya mengusap wajah Dominic. Tidak biasanya Dominic terlihat murung saat bersamanya! Pikir Stefani saat itu.“Aku sedang memikirkan Stella,” jawab Dominic jujur. Membuat

  • Penyesalan Suami Arogan   Bab 26. Di Antara Dua Pilihan

    “Keluar!” seru Stella sekali lagi seraya menunjuk ke arah pintu dengan jari telunjuk. Dia tidak memedulikan jika akan dimarahi oleh perawat atau pun dokter.Hatinya belum juga lega meski dia telah mengusir Dominic dari dalam ruangan. Dia takut setelah dia keluar dari rumah sakit, pria yang dianggapnya setengah waras itu akan kembali menghampirinya, dan berbuat nekat.‘Dominic, Dominic, di saat aku mencurahkan seluruh perasaanku padamu, kau justru mengingkari kehadiranku di sisimu. Saat aku ingin menjauh dan melepaskan, kenapa kau bersikeras ingin bertahan? Ini bukan perasaan cinta, tetap kau menganggapku hanya sebagai barang!’ ucap Stella dalam hati dengan penuh penyesalan, Seandainya dia menolak untuk menggantikan Shania, dia tidak perlu merasakan cinta pada Dominic yang berakar begitu dalam seperti saat ini!Tidak lama setelahnya Stella dipindahkan ke ruang perawatan. Bersamanya, di dalam ruangan ada satu orang pasien lain. Setidaknya, dia bersyukur jika Dominic masih bersikeras in

  • Penyesalan Suami Arogan   Bab 25. Menyembunyikan Kehamilan

    “Jika ada hal buruk yang saya dapatkan setelah pemeriksaan, dokter harus tahu, saya akan mempertahankan kandungan saya apa pun resikonya,” kata Stella sekali lagi dengan memberi penekanan pada dokter. Dia berkata seperti itu, seakan memiliki firasat, sedangkan pemeriksaan sendiri belum dilakukan.Dokter yang menangani Stella hanya bisa terdiam begitu mendengarkan kata-kata Stella. Wanita berusia 23 tahun terlihat begitu serius pada kalimat yang diucapkannya, membuat dokter menjadi bingung. Di satu sisi, pria yang berada di luar ruangan adalah suaminya, jika dokter harus berbohong, lalu di kemudian hari terjadi sesuatu, yang akan disalahkan nantinya bukanlah pihak pasien, melainkan pihak rumah sakit, dianggap melalaikan kewajibannya.“Saya tidak tahu harus berbicara apa, Nyonya Stella. Memangnya kenapa Anda tidak ingin memberitahukan pada suami Anda mengenai masalah ini? Apa yang Anda khawatirkan?” tanya dokter mencoba mengorek keterangan lebih dalam pada Stella.Stella mencengkram tan

  • Penyesalan Suami Arogan   Bab 24. Akan Mempertahankan

    Dominic mengangguk dan setengah berlari membawa tubuh Stella masuk ke dalam rumah sakit. Sesampainya di depan pintu dia berteriak sekuat tenaga tanpa mempedulikan tatapan orang lain yang berada di ruangan tersebut, “Tolong, bantu istriku! Dia mengeluarkan darah!” Rasa sakit semakin mengiris-iris tubuh Stella. Dia benar-benar tidak berdaya dengan apa yang saat ini dirasakan. Seakan sekujur tubuh Stella pelan, pelan, tersayat oleh ujung pisau. Satu tangan Stella mencengkram kuat lengan Dominic. Dominic bisa merasakan kuku-kuku Stella menusuk lengannya, tetapi dia tidak menghiraukan rasa sakit akibat kuku-kuku Stella yang mencengkramnya. Jujur, dalam hati kecilnya dia sangat mengkhawatirkan keadaan Stella. Meski dia sendiri tidak bisa mengerti perasaan yang sedang dirasakan oleh dirinya! “Stella, bertahanlah,” bisik Dominic. Seandainya saja perlakuan seperti ini diterima Stella jauh-jauh hari sebelumnya, sebelum Stella memutuskan untuk melepas Dominic, tentu dia masih bisa berusaha u

  • Penyesalan Suami Arogan   Bab 23. Pendarahan?

    Rupanya Dominic melihat Stella yang membalikkan badan, batal untuk masuk ke ruangannya. Dia pun dengan geram memanggil Stella, seraya mempercepat langkahnya, “Stelly! Tunggu! Kau harus bicara denganku!”Dominic mengejar Stella, secepat apa pun langkah Stella untuk menghindari Dominic, tetap saja langkah Dominic jauh lebih cepat darinya. Stella berlari ke arah tangga darurat dan berlari menuruni anak tangga, sesekali dia melompati dua ruas anak tangga, dan lupa jika saat ini dia tengah mengandung anaknya dan Dominic? Dia benar-benar merasa cukup satu kali dia merasakan betapa menyakitkan perlakuan Dominic padanya, beberapa waktu yang lalu. Dia sadar, pria yang pernah tinggal bersama satu atap dengannya bukanlah pria yang memiliki hati seperti orang lainnya!“Stelly! Berhenti!” Dominic kembali meneriakkan nama Stella. Dia semakin mempercepat langkahnya membuat Stella cukup kesulitan untuk menyeimbangi langkah kakinya. Tidak lama kemudian, Stella merasa ada sesuatu yang sangat menyak

  • Penyesalan Suami Arogan   Bab 22. Muak

    Daniel rasanya ingin tertawa terbahak-bahak mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh bosnya yang sangat keras kepala itu. Dia pikir akan mudah menghindari karma? Memang yang membuat karma itu siapa?“Terserah Tuan Muda saja, hanya saya merasa iba dengan apa yang sudah Tuan Muda lakukan pada Nyonya Muda selama ini. Dia sama sekali tidak bersalah bagi saya, bukan keinginan Nyonya ingin menikah dengan Anda, kenapa Anda selalu saja melihat semua hal dari sisi Nyonya Muda?” ucap Daniel.“Apakah Tuan Muda pernah berada di dalam posisi Nyonya? Coba Tuan Muda bayangkan perasaannya harus menggantikan seseorang menikah dengan pria yang sama sekali tidak dia cintai. Setelahnya mendapat perlakuan buruk berkali-kali, apakah menurut Anda ... itu benar?” kata Daniel sekali lagi seraya memberikan penekanan pada nada bicaranya.Meski Daniel tidak sering bertemu dengan Stella, karena Stella tidak pernah diperbolehkan oleh Dominic untuk datang menemuinya di kantor, tetapi Daniel pernah beberapa kali

  • Penyesalan Suami Arogan   Bab 21. Akan Dikejar Karma

    Shania tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan William. Dia menganggap kalimat William padanya barusan adalah sesuatu yang sangat lucu. Siapa yang bisa membuktikan jika dia adalah penyebab kematian Garreth? Sungguh ... dia mencintai Garreth, hanya saja dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memberikan kehangatan pada mertua laki-lakinya. William sendiri tidak mengira jika Shania bisa membuat dirinya terjatuh dalam pelukan wanita itu. Selama ini dia selalu setia kepada isterinya yang telah meninggal dunia jauh sebelum Garreth menikah dengan Shania. Tetapi pertahanan yang dibangun selama ini hancur begitu saja ketika Shania hadir di dalam kehidupannya. Entah bagaimana dia harus melukiskan seorang Shania, tetapi benar ...Shania terlihat seperti seorang iblis wanita yang baru saja datang ke bumi, lalu memanipulasi pikiran-pikiran mereka untuk berbuat sesuai apa yang diinginkannya. Terlalu berlebihan memang, tetapi ... banyak yang sempat berpikiran seperti itu pada drinya.

  • Penyesalan Suami Arogan   Bab 20. Tidak Disetujui

    “Coba kau katakan sekali lagi?” tanya Matt, meminta putranya mengulangi perkataannya barusan. Dia tidak menyangka jika Dominic akan meminta sebuah permintaan yang sangat aneh menurut Matt! Dominic tertunduk, dia paham betul dengan watak dari ayahnya. Ayah dan kakeknya memiliki watak yang sama kerasnya, jika dia membantah, dia tahu apa yang akan dilakukan oleh kedua pria berbeda generasi padanya! Dominic menjawab tanpa berani memandang wajah Matt, “Aku ingin bercerai dan menikah dengan Shania Travis.” Matt menggebrak meja, lalu bangkit berdiri. Dia tidak mengerti apa yang ada di dalam otak putranya itu. Dia ingin menceraikan seorang wanita yang memang telah dipilih Matt dan ayahnya untuk menikah dengan cucunya itu, lalu sekarang dia berkata akan menikah dengan seorang janda bernama Shania Travis! “Konyol! Kau ingin taruh di mana mukaku, Dominic!” maki Matt pada Dominic. Dominic menundukkan wajahnya semakin dalam. Dia tidak tahu harus mengatakan apa, Shania telah hamil akibat ulahny

  • Penyesalan Suami Arogan   Bab 19. Shania Dan Pesona Mematikan

    Dominic menepis bulpen yang disodorkan Stella padanya. Shania yang melihat adegan kedua suami istri sedang perang dingin di hadapannya, hanya tersenyum. “Cepat tanda tangan,” ucap Stella sekali lagi, seraya membungkukkan badan dan memungut bulpen yang terlempar ke arah lantai. Dylan ingin sekali menghajar wajah tampan tanpa cela milik Dominic, jika saja dia tidak mengingat resikonya, mungkin Dominic akan membalaskannya pada Stella jika sampai Dylan memukulinya. Dominic menggebrak meja dan bangkit berdiri. Dia tidak terima jika dia yang lebih dulu diceraikan oleh Stella. “Letakkan saja di atas meja, lalu kalian berdua, pasangan selingkuh, silakan pergi dari ruanganku!” seru Dominic. Darahnya terasa mendidih melihat Stella datang bersama Dylan, pria yang sangat dibencinya, tanpa sebuah alasan. Dylan melipat kedua tangan di depan dadanya, lalu dengan santai dia menjawab, “Pasangan selingkuh? Lalu apa yang kau dan wanita itu lakukan berdua di dalam ruangan? Apakah dia ada

DMCA.com Protection Status