Share

87. Isi Email

Penulis: Rosa Uchiyamana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-25 20:17:34

Dalam perjalanan pulang, Oliver terlihat lebih pendiam dari biasanya. Pria itu tidak banyak bicara dan jarang sekali menatap Yara. Tatapannya tampak menerawang jauh, seolah-olah jiwanya sedang tidak bersama raganya.

Yara yang melihat keanehan itu hanya bisa menghela napas pelan, lalu memberanikan diri bertanya, “Oliver, ada apa? Kamu lelah, ya?”

“Nggak ada apa-apa.” Helaan napas Oliver terdengar berat. Ia menjawab tanpa menatap Yara. “Aku baik-baik saja dan aku sama sekali nggak lelah.”

Yara mengangguk mengerti. “Syukurlah kalau begitu. Aku pikir, kamu kelelahan menemani aku syuting seharian.”

Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil menuju rumah, duduk berdampingan di kursi belakang. Sesekali Yara menoleh ke arah Oliver yang masih terdiam seolah-olah Yara tidak ada di sampingnya. Entah mengapa, Yara merasa sedikit kecewa karena ia merasa diabaikan, padahal biasanya sikap Oliver jauh lebih kejam daripada ini, tapi dulu Yara tidak pernah merasa kecewa karena ia tahu dirinya hanya ba
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (12)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
dah masuk inti novel nih...apa yg akan di buat Oliver kalau itu beneran Zara....siapa yg akn dia pilih nanti...kalau aku tim Yara dong............
goodnovel comment avatar
Lovelyday27
makin seru. Kak Rosa blm menceritakan detil bgmn Zara meninggal dan apakah jenazahnya dipulangkan ke tanah air krn tiba2 saja Zara muncul dan Oliver masih ragu itu Zara / tidak. ditunggu plot twistnya ya Kak.
goodnovel comment avatar
eksa viera
lebih baik ketemu ma itu si zaramunak, lebih cepat lebih baik. dan mari dengarkan alasan si zaramunak tetiba menghilang. sekalian deh bongkar busuknya kembaran jahatnya Yara. pokoknya klo Oliver meleng, ingat noh ada Marshall yg setia nungguin jendesnya Yara.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   88. Yara Terjatuh

    Ponsel yang berdenting mengalihkan perhatian Oliver dari berkas-berkas laporan yang baru selesai ia tandangani, ke arah ponselnya yang tergeletak di samping laptop.Senyuman kecil tersungging di bibir Oliver kala ia melihat nama pengirim pesan yang baru saja masuk. Yara Vianca Zettira.[“Aku sudah di Maven, lagi briefing dulu sebentar. Kamu jam berapa jemput aku?”]Oliver melirik arloji di tangan kirinya yang sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.“Lima menit lagi aku berangkat,” balas Oliver dengan cepat.[“Oke. Aku tunggu.”]Oliver kembali tersenyum sendiri. Siang ini ia akan menemani Yara syuting lagi di daerah pegunungan.Bisa saja Oliver membiarkan Yara sendirian melakukannya, karena toh banyak kru yang akan menjaganya. Namun, Oliver tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Ia harus memastikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa Yara akan baik-baik saja selama proses syuting berlangsung.Setelah menyerahkan berkas-berkas di hadapannya kepada Wanda, Oliver pun merapikan mejanya dan h

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   89. Untuk Kita

    Oliver melangkah masuk ke dalam Lotus Cafe dengan ragu. Pikirannya terasa kacau semenjak ia mendapatkan pesan dari orang yang mengaku-ngaku sebagai Zara.Ya, Oliver akhirnya memutuskan untuk datang ke cafe ini, untuk memastikan semuanya. Apakah si pengirim pesan misterius itu benar-benar Zara, atau hanya orang iseng yang mencoba memeras uang dari Oliver?Oliver disambut oleh aroma kopi yang menyeruak begitu membuka pintu. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling cafe. Begitu matanya tertuju pada seorang wanita yang duduk di bangku paling ujung—yang tengah memandangi Oliver, mendadak Oliver merasakan jantungnya berhenti berdetak. Oliver membeku.Wanita berambut sebahu itu seketika berdiri dengan mata berkaca-kaca. Pandangan keduanya beradu beberapa saat, sebelum akhirnya wanita itu berlari ke arah Oliver dan memeluknya dengan melingkarkan kedua lengan di pinggang Oliver.“Akhirnya, kamu datang juga, Oliver,” bisik wanita itu dengan isakan pelan, air matanya kini terjatuh memenuhi pipi.“

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   90. Ke Rumah Sakit

    Oliver menghentikan laju kendaraannya di depan sebuah rumah kontrakan sederhana yang tampak kecil dan sedikit kumuh. Ia menelan saliva, tak bisa membayangkan Zara hidup di tempat seperti ini.“Jadi... di sini kamu tinggal sekarang?” tanya Oliver dengan tenggorokan tercekat.Zara menganggukkan kepalanya pelan. “Iya,” jawabnya dengan suara lembut. “Memang kurang layak, tapi mau bagaimana lagi? Sesampainya di sini aku belum mendapatkan pekerjaan. Aku masih mencoba untuk menyesuaikan diri dengan kehidupanku di sini.”Oliver terdiam. Matanya menatap rumah itu, lalu menunduk sambil menghela napas pelan.“Aku... aku belum sanggup bertemu Ibu dan Yara.” Suara lembut Zara memecah keheningan yang sempat menyelimuti mereka beberapa saat. Kedua tangannya saling meremas di atas paha. “Aku juga merindukan mereka, tapi aku belum siap. Aku nggak tahu apa yang harus aku katakan pada mereka.” Air mata kembali menumpuk di pelupuk matanya. “Tapi aku pasti akan menemui mereka secepatnya.”Oliver mengangka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   91. Aku Ingin Sendiri

    Yara sedang tertawa lepas, menertawakan candaan Marshall yang tengah berusaha menghiburnya, saat pintu terbuka dan muncul sosok Oliver di sana. Sontak, Yara dan Marshall sama-sama menoleh ke arah pintu. Tawa keduanya perlahan lenyap kala melihat siapa yang datang. “Apa yang kamu lakukan di sini, Marshall?” Suara dingin Oliver memecah keheningan di antara mereka bertiga. “Akhirnya dia datang,” gumam Marshall pada Yara sambil menghela napas. Marshall tersenyum samar seraya menatap Oliver yang berjalan mendekati mereka. “Ke mana saja kamu seharian ini? Sampai-sampai baru datang jam segini dan mematikan handphone?” Alih-alih menjawab, Oliver justru malah berkata, “Urusanku bukan urusanmu, Marshall. Tapi kamu yang sedang menggoda istriku di sini adalah urusanku!” Marshall tersenyum miring, menatap Oliver tanpa takut. "Aku nggak menggoda istrimu, Oliver. Aku hanya berusaha menghibur Yara karena kamu terlalu sibuk dengan urusanmu sendiri, sampai lupa kalau dia juga butuh perhatian." K

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   92. Parfum Perempuan di Mobil Oliver

    Yara terdiam, memejamkan matanya sambil mencoba mengatur napas. Kehangatan tubuh Oliver di belakangnya seharusnya memberinya rasa aman, tetapi hatinya masih diliputi perasaan yang sulit dijelaskan. Ia tahu ia tidak bisa terus bersikap dingin seperti ini, tapi luka hatinya belum sepenuhnya sembuh."Kamu butuh aku?" Yara akhirnya bersuara, nadanya datar. "Tapi apa kamu sadar, Oliver, kalau aku juga butuh kamu tadi siang? Aku butuh kamu di saat aku merasa takut dan terluka. Tapi kamu malah nggak ada."Oliver mengeratkan pelukannya, seperti takut Yara akan menjauh. "Aku tahu. Dan itu kesalahanku. Aku nggak bermaksud mengabaikanmu, Yara. Aku benar-benar nggak tahu apa yang terjadi. Kalau aku tahu, aku pasti langsung ke sini tanpa pikir panjang."Yara kembali terdiam mendengarnya. Kata-kata Oliver kali ini sulit ia bantah. Alhasil, Yara hanya diam dan membiarkan dirinya dipeluk Oliver. Hingga akhirnya terdengar dengkuran halus dari pria itu, yang membuat Yara enggan menggerakkan tubuhnya ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   93. Berbohong

    Lagi-lagi, Oliver terdiam mendengar ucapan Yara. Entah mengapa wanita ini sering membuatnya tak bisa berkutik. Raut muka Oliver menegang, khawatir Yara marah dan kecewa padanya saat mengetahui bahwa kemarin ia bertemu dengan kembaran Yara yang sudah dikira meninggal dunia selama ini.Tunggu dulu!Kenapa Oliver harus khawatir Yara marah dan kecewa karena hal itu?Namun, sebelum Oliver mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, Yara yang memukul lengannya sambil berkata, “Berhenti sekarang!” membuat Oliver keluar dari keterdiamannya.“Kenapa, Yara? Kamu butuh sesuatu?” tanya Oliver sambil menepikan mobil ke pinggir jalan.“Aku ingin muntah,” jawab Yara sembari membekap mulutnya sendiri, lalu ia cepat-cepat turun saat mobil sudah berhenti.Melihat Yara berusaha mengeluarkan isi perutnya di bawah sebuah pohon dengan susah payah, dada Oliver terasa sesak.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   94. Membawa Zio

    Entah untuk yang ke berapa kalinya semenjak menikah, wajah Oliver yang tengah terlelap menjadi pemandangan pertama yang Yara dapati saat ia membuka matanya.Yara tersenyum kecil, menyerukkan wajah di leher lelaki itu sambil menghirup aroma woody dalam-dalam.Aneh, pikirnya. Setiap kali ia bangun tidur dalam pelukan Oliver, morning sickness-nya justru malah tidak kambuh.Tiba-tiba alarm dari ponsel Yara memekik nyaring. Tak ingin membangunkan Oliver, cepat-cepat Yara meraih ponsel dari nakas dan mematikan alarm. Namun, pergerakan Yara tersebut justru malah membangunkan pria itu.“Jangan bergerak,” gumam Oliver seraya mengeratkan pelukannya. “Kamu bukan cuma membangunkanku, tapi sudah membangunkan ‘sesuatu’ yang lain dalam diriku.”Yara mengerjap, ucapan Oliver terdengar ambigu dan Yara benar-benar tidak mengerti maksudnya.“Sudah siang, Oliver. Zio pasti sudah bangun dan mencari kita.”Mendengar nama Zio, mata Oliver pun akhirnya terbuka, menatap Yara dengan tatapan sulit diartikan.Na

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   95. Apa Kamu Sudah Menikah Lagi?

    Zara berdiri kaku di depan kaca besar yang memisahkan area bermain dengan koridor mall. Matanya terus mengikuti setiap gerak Zio di dalam sana, bibirnya bergetar menahan isakan. Oliver menghampirinya dengan langkah perlahan, tak ingin mengagetkannya."Zara," panggil Oliver pelan.Zara menoleh, dan saat matanya bertemu dengan Oliver, air matanya jatuh begitu saja. Ia buru-buru menghapusnya dengan punggung tangan. "Maaf... Aku nggak bisa menahan ini."Oliver mengangguk mengerti, lalu berdiri di sampingnya, memandang ke arah Zio yang tengah tertawa lepas. "Dia anak yang hebat, 'kan?"Zara mengangguk, suaranya bergetar saat menjawab. "Aku... aku nggak pernah berhenti memikirkannya, Oliver. Setiap hari aku bertanya-tanya bagaimana dia tumbuh, apa dia bahagia, apa dia... mengenalku sebagai ibunya."Oliver terdiam. Tak tahu harus memulai dari mana bahwa kini Zio telah menganggap Yara sebagai ibunya.Menghela napas panjang, Oliver menjejalkan tangan ke saku celana dan berkata, “Zio pasti meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02

Bab terbaru

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 7. Ending

    Oliver duduk dengan punggung tegak di atas sunbed, netra hitam di balik kacamata hitamnya memperhatikan Yara yang sedang mengajari Avery berjalan tanpa alas kaki di atas pasir pantai. Deburan ombak sesekali terdengar dari kejauhan, diiringi bunyi sekawanan burung camar yang sesekali melintas di udara. “Sial! Apa yang laki-laki itu lakukan?” desis Oliver pada dirinya sendiri saat melihat seorang lelaki tak dikenal menghampiri Yara dan mengajaknya mengobrol. Tidak bisa dibiarkan. Detik itu juga Oliver berdiri, dan sempat bicara pada si kembar Arthur dan Airell yang tengah bermain pasir di sebelahnya, “Arthur, Airell, tunggu di sini sebentar.” Oliver bergegas menghampiri Yara setelah mendapat anggukkan dari kedua anaknya. “Maaf, ada kepentingan apa Anda dengan istri saya?” tanya Oliver pada lelaki itu tanpa basa-basi sambil menekankan kata ‘istri saya’. Lelaki yang hanya mengenakan celana selutut itu tersenyum canggung dan tampak terintimidasi oleh tatapan tajam Oliver. “Oh, t

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 6.

    “Kak Zio!”“Yeay! Kak Zio datang! Aku kangen Kak Zio!”Arthur dan Airell berlari menghampiri Zio. Zio berjongkok, merentangkan kedua tangan dan memeluk si kembar secara bersamaan.“Aku juga kangen kalian,” ucap Zio sambil tertawa bahagia.Arthur yang pertama kali melepaskan diri dari pelukan itu. “Kak Zio, ayo lihat adik aku. Avery cantik, lho!”Mendengar ucapan Arthur, Airell pun cemberut. “Memangnya aku tidak cantik?”“Cantik, sih. Tapi sedikit.” Arthur tertawa jahil.“Arthur...!” rengek Airell dengan bibir yang semakin memberengut.Zio tersenyum dan menggenggam tangan Airell. “Kamu cantik, Airell. Nggak ada yang ngalahin cantiknya kamu.”Mata Airell seketika berbinar-binar. “Sungguh?”“Hm! Aku serius.” Zio mengangguk. “Kalau begitu ayo kita lihat Avery. Di mana dia sekarang?”Airell tersenyum ceria, ia menarik tangan Zio sambil berkata, “Avery lagi sama Daddy. Ayo!”Melihat interaksi mereka bertiga, Yara pun tersenyum penuh haru. Tak bisa dipungkiri bahwa ia pun merindukan Zio.“Zi

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 5.

    “Oliver, kamu baik-baik saja?” Marshall menelengkan kepala, menatap wajah sepupunya yang terdapat lingkaran hitam di bawah matanya. “Kamu sepertinya kurang tidur.”Oliver mengembuskan napas panjang. Ia duduk dengan tegap di sofa, tepat di hadapan Marshall. “Menurutmu aku bisa tidur nyenyak? Setiap malam Avery selalu bangun dan saat siang dia tidur nyenyak.”Avery William adalah nama untuk anak ke tiga Yara dan Oliver. Nama itu Oliver sendiri yang memberikannya.Mendengar keluhan Oliver, Marshall tertawa puas. “Gimana dengan Yara?”“Aku membiarkan dia tidur kalau malam. Lagian Avery selalu ingin bersamaku. Seolah-olah dia tahu kalau dulu ayahnya nggak menemani kakak-kakak dia waktu masih bayi.” Oliver tersenyum kecil, hatinya berdenyut nyeri kala membayangkan Yara melewati masa-masa mengurus bayi kembar sendirian.“Mengurus satu bayi saja sudah repot, apalagi dua,” timpal Marshall, “kamu tahu maksudku?”Oliver mengembuskan napas. “Aku tahu. Kamu nggak perlu menambah rasa bersalahku kar

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 4.

    Oliver terduduk lemas di kursi yang ada di koridor rumah sakit. Wajahnya pucat pasi. Rambutnya acak-acakan. Dan kedua lengannya tampak merah, dipenuhi bekas gigitan dan cakaran. Oliver melamun. Seakan-akan sibuk dengan dunianya sendiri, hingga Oliver mengabaikan keadaan di sekitarnya.Jingga keluar dari ruangan bersalin. Ia prihatin melihat kondisi Oliver yang tampak terguncang. Lalu menghampirinya.“Oliver, kenapa kamu diam di sini? Yara dan bayi kalian menunggu di dalam,” ucap Jingga dengan lembut.Ya, Yara sudah melahirkan beberapa saat yang lalu ditemani Oliver. Setelah bayinya berhasil dilahirkan dengan selamat dan sempurna, Oliver pun keluar dari ruangan itu dan duduk termenung sendirian.“Oliver...,” panggil Jingga saat Oliver tidak merespons ucapannya.Oliver tetap bergeming. Melamun dengan tangan gemetar.Jingga menghela napas panjang. Ia duduk di samping putranya, lalu menggenggam tangannya yang terasa dingin.Saat itulah Oliver keluar dari lamunannya dan menatap Jingga deng

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 3.

    “Oliver, perutku sakit banget.”Bisikan Yara tersebut berhasil menghentikan Oliver yang sedang berbincang-bincang dengan kliennya. Oliver langsung menoleh pada Yara dan melihat wanita itu tengah mengerutkan kening seperti menahan rasa sakit.“Sayang, perut kamu sakit?”Yara mengangguk. “Sakit banget,” katanya sembari mencengkeram lengan Oliver kuat-kuat.Raut muka Oliver seketika berubah menegang. Tangannya menangkup pipi Yara dan berkata dengan tegas, “Kita ke rumah sakit sekarang!”Tanpa basa-basi, Oliver segera mengangkat Yara ke pangkuan. Sikapnya itu mengundang perhatian dari orang-orang di sekitar mereka. Namun Oliver tampak tidak peduli. Saat itu juga ia membawa Yara keluar dari ballroom dengan ekspresi panik yang gagal ia sembunyikan.“Oliver, jangan terlalu khawatir. Sekarang sakitnya sudah hilang lagi, kok,” kata Yara, berusaha menenangkan Oliver yang kini tengah mengemudi dengan tatapan kalut.“Sayang, mana bisa aku nggak khawatir,” sergah Oliver sembari mengusap wajah deng

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 2.

    “Oliver, sudah kubilang, aku bisa melakukannya sendiri. Astaga....”“Tidak! Selama aku bisa melakukannya untukmu, akan kulakukan!” tegas Oliver, sebelum akhirnya pria itu memangku Yara ke kamar mandi.Yara memutar bola matanya malas, tapi ia tidak menolak lagi. Karena sekali lagi Yara menegaskan, Oliver adalah pria yang tidak menerima penolakan.Sejak awal kehamilan, Oliver selalu memberi perhatian lebih dan memanjakan Yara. Apalagi saat kehamilan Yara sudah membesar seperti sekarang, Oliver bahkan tidak mengizinkan Yara melakukan aktifitas yang sedikit berat. Pria itu lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. memenuhi segala kebutuhan Yara dan melayaninya dengan sepenuh hati.Oliver sering berkata pada Yara bahwa ia ingin menebus kesalahannya di masa lalu yang tidak menemani Yara sewaktu kehamilan si kembar.“Jangan lihat aku. Aku malu,” protes Yara saat Oliver sudah melepaskan seluruh kain yang membungkus tubuhnya.Oliver tersenyum kecil. “Apa yang membuat kamu malu, Sayang?” tanya

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 1.

    “Daddy! Mommy! Ada tamu!”“Shit!” Oliver mengumpat sambil memejamkan matanya sejenak kala mendengar seruan Airell di luar sana.Namun, hal itu tidak menyurutkan gairah Oliver. Ia berusaha menggerakkan dirinya dengan selembut mungkin agar tidak menyakiti istrinya yang kini berada di hadapannya. Posisi wanita itu memunggunginya.“Oliver...,” desah Yara sambil mencengkeram sprai erat-erat. Ia menggigit bibir bawahnya, menahan desah agar tidak keluar lebih keras lagi. “Airel bilang... ada tamu.” Yara berkata dengan napas terengah-engah. “Itu pasti Zara, dia sudah... datang.”“Ssstt!” Oliver menarik dagu Yara agar menoleh ke arahnya. Lantas dilumatnya bibir sang istri dengan rakus tanpa menghentikan gerakannya. “Jangan hiraukan, Sayang. Fokus saja padaku,” bisik Oliver sesaat setelah ia menjauhkan bibir mereka berdua.“Daddy! Mommy! Ada Aunty Zara!” seru Airell lagi, kali ini diiringi ketukan pintu.

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   211. Satu-satunya Untukku (Last Chapter)

    Lapangan basket yang biasanya dipenuhi suara bola memantul dan teriakan semangat, kini telah berubah menjadi tempat makan malam romantis yang memukau. Lampu-lampu kecil berkelap-kelip menggantung di sepanjang tiang ring basket, menciptakan suasana hangat dan romantis. Sebuah meja bundar berlapis kain putih dihiasi lilin-lilin kecil serta rangkaian bunga matahari—bunga favorit Yara. Kursi-kursi tertata rapi, dan di tengah meja, terdapat dua set hidangan yang tertata indah. Dan alunan musik romantis terdengar merdu. Yara berdiri mematung di tempatnya, matanya membulat dan bibirnya sedikit terbuka, ia tak mampu menyembunyikan kekagumannya. Oliver yang berdiri di sampingnya, hanya tersenyum melihat ekspresi istrinya itu. “Kamu suka?” tanya Oliver dengan suara lembut. Yara mengangguk perlahan dan keluar dari keterpakuannya. “Oliver... ini keren banget. Kamu benar-benar menyulap lapangan basket jadi tempat makan malam seindah ini?” Oliver tertawa kecil. “Ini bukan sekadar lapangan ba

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   210. Kejutan Dari Oliver

    Yara menatap pantulan dirinya di cermin. Senyuman lebar tersungging di bibir kala ia melihat baby bump-nya sudah sedikit membuncit.Ia jadi teringat dengan ucapan Oliver yang akhir-akhir ini selalu bilang bahwa lelaki itu sangat menyukai bentuk tubuh Yara yang sedang hamil.Dulu, waktu kehamilan pertama, Yara mendapatkan perhatian dari Oliver hanya dalam waktu singkat. Namun kali ini, hampir setiap waktu perhatian Oliver selalu tercurah padanya. Membuat Yara merasa menjadi wanita paling beruntung dan paling bahagia di dunia karena dicintai oleh lelaki seperti Oliver.Sehingga timbul di hati Yara rasa takut ditinggalkan oleh suaminya itu. Yara sudah bergantung padanya. Menjadikan lelaki itu pusat dunianya.Beranjak dari depan cermin, Yara menghampiri meja kerjanya. Di atas meja teronggok sebuah bucket bunga matahari, yang membuat Yara seketika tersenyum cerah. Ia meraih secarik kertas dari sana, dan menemukan tulisan tangan Oliver dalam kertas tersebut.‘Honey, kamu tahu perbedaan mata

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status