"Rumah siapa ini?" gumam Wisnu, tidak lama kemudian ia melihat Sonia keluar dari mobil.Deg!Wisnu semakin memperjelas penglihatannya saat melihat Sonia berpelukan dengan laki-laki.'Siapa laki-laki itu, bisa-bisanya ia memeluk istri orang,' ucap Wisnu dalam hati.Tidak ingin berlama-lama, Wisnu langsung turun dari mobil mengendap-endap masuk ke dalam. Bagitu sampai di depan pintu, Wisnu semakin curiga melihat pintu di kunci.'Maksudnya apa? Masuk dan pintu di kunci, awas kamu Sonia ya gak ada maaf sedikitpun untuk mu!' umpat Wisnu, tiba-tiba saja tangannya mengepal."Ah gimana sih baru aja mulai,"Wisnu mematung sejenak mendengar suara Sonia, ia berusaha menepis pikiran-pikiran jelek di otaknya.'Rekam, o iya benar di rekam,' tiba-tiba saja Wisnu dapat ide untuk di rekam."Ya ntar dulu lah, sabar dulu napa baru aja datang udah marah-marah aja, sama orang yang di sayang gak boleh kayak gitu," jawab laki-laki tersebut."Bukan masalah itunya, aku tuh udah kangen banget sama kamu," ucap
Seminggu telah berlalu, Naya dan Reza semakin sibuk dengan putri kecil mereka yang fase lucu-lucunya. Bahkan Reza pernah meninggalkan kerjaannya karena kangen dengan Zahra.Tok! Tok! Tok!"Mbok, tolong bukain pintu ya," ucap Naya dari dalam kamar."Iya Bu,"Tidak lama kemudian tampaklah Reza di ambang pintu kamar membuat Naya mengernyitkan dahinya lalu ia melihat jam di ponselnya."Ini masih jam 12 kenapa Kakak udah pulang?" tanya Naya sambil memperhatikan Reza yang sedang melonggarkan dasinya lalu mendekati Zahra yang tertidur pulas."Kangen Zahra," jawab Reza lalu menggendong Zahra sambil menciuminya. Naya yang mendengar itu langsung cemberut."Eugh …," tiba-tiba Zahra menggeliat karena Reza terus menerus menciuminya."Eh …. Anak ayah udah bangun, tidur mulu gak bosen apa? Coba buka matanya lebar-lebar lihat nih ada Ayah yang ganteng," ucap Reza pada Zahra, sedangkan Naya memilih acuh.Untuk beberapa saat kemudian Reza sadar kalo Naya tidak ada suara, perlahan ia berbalik."Nay," pa
"Apa jangan-jangan udah di pindahin semua sama dia, wah … licik juga nih si Wisnu, gak bisa di biarin ini, sebelum aku mendapatkan berkas-berkas itu, aku gak bakalan pergi dari sini, biarin dia mau jadi gembel di luar sana, siapa suruh bela-belain Mawar!" umpat Sonia, dengan cepat tangannya mengambil ponsel lalu menghubungi Wisnu.[Halo Mas]Hening![Mas, kamu kenapa sih? Sekarang aku tanya kamu kemana aja udah seminggu lebih hah? Kamu mau jadi gembel di luar sana, mikir Mas harga diri kamu jatuh cuma gara-gara ego semata, dasar!] omel Sonia.[Mas, aku tahu kamu dengar tapi pura-pura gak dengar aja, intinya aku tidak akan pergi dari rumah ini sebelum kamu kembali ke sini][Atur aja semau kamu ngapain kamu haru nelpon-nelpon saya, kan kita udah gak hubungan,][Mas kamu gak usah sok ngambek ya kayak anak kecil! Malu jadi gembel di luar sana!][Siapa yang jadi gembel sih Sonia, aku punya anak, kamu yang gak punya anak!] tegas Alex.Deg![Mas!][Apa lagi Sonia? Kamu udah gak punya hak un
"Ibu disini biar aku yang liatin," ucap Alex."Kamu yakin? Ibu aja deh gak apa-apa," ujar Mawar, tapi Alex malah bersikeras."Gak Bu, Ibu disini sama Silvi," lanjut Alex lalu berjalan ke pintu depan."Siapa emangnya Silvi?" tanya Mawar pada Silvia yang sedang makan."Em … kalo dari suaranya sih itu kayak suara Mama, tapi gak tau juga pastinya," jawab Silvi yang dibalas anggukan oleh Mawar."Mawar? Ya udah Ibu lihat dulu,""Gak usah Bu,itu biarin urusan mereka, kita diamin aja," larang Silvi."Kenapa harus diam? Ibu kan gak salah, melainkan kalo Ibu salah ibu harus diam, dia yang harusnya dapat pelajaran sekarang," tegas Mawar membuat Silvi terdiam.'Tegas banget deh Ibu mertua kirain pendiam,' ucap Silvi dalam hati lalu ia mengikuti Mawar dari belakang.Sampai di depan pintu, Mawar sudah menatap tajam Sonia, lain halnya dengan Sonia yang melihat Sonia sayang langsung tersenyum miring."Ada yang bisa di bantu?" tanya Mawar pura-pura membuta Sonia kaget"Huh … ternyata pelakor bermuka t
Seminggu kemudian, hari ini rombongan Adinata akan sampai di rah Reza, Naya dan pembantunya sudah menyiapkan berbagai makanan untuk menyambut kedatangan Adinata.Saat sedang asik memasak tiba-tiba Zahra menangis membuat Naya langsung menghentikan semua pekerjaannya."Mbok aku ke kamar dulu ya, sepertinya Zahra haus," ucap Naya yang dibalas anggukan oleh pembantunya."Naya,""Iya kak, ini mau nyampe!" jawab Naya lalu ia membuka pintu kamar."Ba … kalian nungguin ya," ledek Naya membuat Reza langsung menatap tajam istrinya tersebut."Elah, becanda doang serius amat," lanjut Naya, tapi Reza tidak menghiraukannya."Urusin dulu anak kamu sini, lagian udah ada pembantu juga buat apa sih bikin kesibukan sendiri, sedangkan kamu punya kesibukan ngurus anak," omel Reza membuat Naya kaget."Bukan kesibukan Kak, cuma ngebantu aja–"Udahlah, kamu memang susah kalo dibilangin suami," ketus Reza."Kakak marah?" tanya Naya karena melihat Reza sedari tadi serius."Tau ah," lanjut Reza lalu ia pergi be
"Hah?"Brugh!Reza langsung menoleh ke arah pintu detik kemudian ia kaget melihat Naya sedang berdiri sambil menggendong Zahra."Na–naya,""Jadi ini Kak?" tanya Naya dengan nada yang bergetar.Reza bangkit dari duduknya, tapi Naya malah berbalik pergi, makanan yang dia bawa jatuh di lantai."Naya," panggil Reza lalu ia berlari mengejar istrinya."Naya tunggu!!" teriak Reza, ia merasa tidak tega melihat Naya yang sudah ia diamkan selama di rumah sekarang harus menerima kenyataan kalau dirinya kepergok bersama perempuan lain.Lain halnya dengan Naya sebenarnya ia ingin kembali ke mobil dan pulang tapi karena Reza terus menerus mengejarnya, Naya melanjutkan langkahnya terus hingga ke depan jalan raya."Bunda gak siap ketemu Ayah sekarang, ayo kita pergi,""Naya, hati-hati !!" teriak Reza karena melihat Naya asal-asalan dalam menyebrang.Brakkk!"Naya!!!"Di depan mata kepala Reza, Naya dan Zahra terpental jauh membuat Reza langsung shock, detik kemudian ia berlari mendekati keduanya.Sel
Setelah selesai berbicara dengan saudaranya, Neni kembali mondar-mandir memikirkan yang 400 juta tersebut."Pulang gak ya, pulang gak ya, tapi kalo aku pulang pasti bakal di tahan disana dan banyak permintaan ini itu," gumam Neni sambil jari telunjuknya di dagu."Tapi kalo aku gak pulang uang 400 juta hangus? Masa iya sih? Arggghhh !! Bikin stress aja deh," gerutu Neni. Tangannya kembali meraih ponsel lalu ia menghubungi Reza.[Iya halo][Rezanya mana? Kasih ponsel ini ke anak saya, gak usah sok-sokan jadi nyonya] omel Neni, ia tidak tahu jika Naya speaker dan Reza di sampingnya.[Emang dia nyonya di hati saya Ma] jawab Reza tiba-tiba.[Eh Reza … o iya kamu udah ngirim uang 400 juga?][Udah Ma, tapi ke Kakek Adinata soalnya beliau ingin mengasih sendiri ke Mama][Trus kamu percaya aja gitu, apa susahnya langsung transfer ke Mama aja?][Gak susah sih Ma, cuma posisinya tuh Kakek ingin bertemu Mama sepertinya makanya begitu][Alasan aja kamu Za, bilang aja kamu gak pengen ngasih, iya ka
"Kenapa Mas?" tanya Mawar dengan posisi mereka yang lumayan begitu dekat."Eh … ngg–nggak," jawab Wisnu gugup sambil menahan nafasnya, sedangkan Mawar hanya tersenyum kecut, ntah kenapa memori masa lalunya tiba-tiba berputar di kepalanya begitu saja.Saat Mawar menjauhkan dirinya, Wisnu sedikit bingung dengan ekspresi Mawar yang tiba-tiba terlihat murung."Kenapa?" tanya Wisnu membuat Mawar menoleh sekilas lalu ia menggeleng."Bohong, pasti kamu nyembuiin sesuatu kan?" tebak Wisnu, lagi-lagi Mawar tersenyum sedikit."Aku boleh nanya sesuatu gak sama kamu Mas?" tanya Mawar yang dibalas anggukan oleh Wisnu sambil menyuapkan nasi ke mulutnya."Apa alasanmu menjadi baik seperti ini?"Deg!Wisnu langsung berhenti mengunyah lalu ia menoleh ke samping melihat Mawar yang terlihat enggan melihatnya."Ma–maksud kamu?""Ya aku pengen kejelasan aja sih Mas, tapi kalo kamu gak mau gak apa-apa," ujar Mawar."Em … karena aku sayang sama kamu," jawab Wisnu pelan, tapi mampu membuat Mawar terkekeh pel
"Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng
Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante
Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y
[Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d
"Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran
Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse
Setelah Dokter pulang Reza belum kunjung sadar membuat rasa takut dan panik masih menghantui Naya dan yang lainnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar suara mobil terparkir di halaman. "Siapa yang datang Rey?" tanya Naya, Rey langsung melihat ke arah jendela. "Bang Alex, Kak." jawab Rey membuat Naya mangut-mangut. "Assalamualaikum, waduh rame banget ini, ada apa?" ucap Alex yang sudah berdiri diambang pintu kamar membuat yang lain menoleh. "Walaikumsalam." "Eh … kenapa ini? Reza kenapa?" tanya Alex bingung. "Pingsan Kak." "Hah? Kok bisa?" tanya Alex lagi. "Gak tau tadi lagi berdua doang disini sama Zahra, tiba-tiba aku datang Kak Reza udah gak sadarkan diri di tambah Zahra duduk di dadanya." terang Naya membuat Alex kaget sekaligus lucu mendengarnya. "Zahra mana?" "Tuh." tunjuk Naya, Zahra yang sedang asik dengan bonekanya tidak menyadari Alex sudah di dekatnya. "Zahra …" "Ha …" sahut Zahra sambil mendongak membuat Alex gemas lalu mencubit pipi gembul itu.
Keesokan harinya Naya bangun terlebih dahulu, ia melihat Reza masih tidur pulas. Tanpa membuang waktu ia langsung mengerjakan tugasnya sebagaimana ia seorang istri. Pukul 5.30 Naya mendekati Reza pelan-pelan ia mulai membangunkan suaminya itu. "Kak ..." panggil Naya sambil menggoyang-goyangkan tangan Reza membuat sang empu mulai terusik kemudian membuka matanya. "Hem." dehem Reza lalu ia bangkit dari ranjang menunaikan ibadah sholat subuh. Sedangkan Naya yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang lalu ia memilih keluar dari kamar. 15 menit kemudian Reza sudah selesai melakukan sholat, ia bangkit lalu melihat ke arah ranjang Zahra. Dan benar saja anak kecil itu sudah duduk disana membuat bibir Reza tersenyum lalu ia menggendong Zahra. "Anak kecil udah bangun?" ucap Reza membuat Naya mengusap-usap wajahnya. "Ayo kita cuci muka dulu biar gak ngantuk lagi." lanjut Reza lalu ia membawa Zahra ke kamar mandi mengusap air ke wajah Zahra. Hal itu membuat Zahra sedikit kaget kar
Tiba-tiba saja air mata Naya semakin deras memastikan yang didepannya itu adalah RezaBegitu Reza sangat dekat Naya bahu Naya kembali bergetar hebat seolah-olah memberitahu jika dirinya tidak sedang baik-baik saja."Hiks ... Kakak ..." pinta Naya selirih mungkin membuat laki-laki itu membuka kacamatanya lalu menatap Naya bingung."Kakak baik-baik aja kah?""Kamu siapa ya?"Jleb!Naya langsung luruh ke lantai ia tidak bisa lah menopang tubuhnya."Eh ... Kenapa kamu malah duduk? Apa kamu mengenal saya?" tanya Reza membuat Naya tidak bisa menjawab apa-apa lagi."Eh Bu ... Kenapa ini?" tiba-tiba security menghampiri Naya yang duduk di lantai."Mbak kenapa ayo saya bantu berdiri saya antarkan pulang ya Mbak." ucap satpam tersebut karena ia sudah benar-benar kasihan sama Naya.Naya hanya diam dibantu security tersebut untuk berdiri matanya terus menatap Reza tapi lidahnya sudah kaku dan kelu."Ayo Mbak jangan begini terus setiap hari kasian keluarga Mbak." nasehat security tersebut."Saya b