"Hah?"Brugh!Reza langsung menoleh ke arah pintu detik kemudian ia kaget melihat Naya sedang berdiri sambil menggendong Zahra."Na–naya,""Jadi ini Kak?" tanya Naya dengan nada yang bergetar.Reza bangkit dari duduknya, tapi Naya malah berbalik pergi, makanan yang dia bawa jatuh di lantai."Naya," panggil Reza lalu ia berlari mengejar istrinya."Naya tunggu!!" teriak Reza, ia merasa tidak tega melihat Naya yang sudah ia diamkan selama di rumah sekarang harus menerima kenyataan kalau dirinya kepergok bersama perempuan lain.Lain halnya dengan Naya sebenarnya ia ingin kembali ke mobil dan pulang tapi karena Reza terus menerus mengejarnya, Naya melanjutkan langkahnya terus hingga ke depan jalan raya."Bunda gak siap ketemu Ayah sekarang, ayo kita pergi,""Naya, hati-hati !!" teriak Reza karena melihat Naya asal-asalan dalam menyebrang.Brakkk!"Naya!!!"Di depan mata kepala Reza, Naya dan Zahra terpental jauh membuat Reza langsung shock, detik kemudian ia berlari mendekati keduanya.Sel
Setelah selesai berbicara dengan saudaranya, Neni kembali mondar-mandir memikirkan yang 400 juta tersebut."Pulang gak ya, pulang gak ya, tapi kalo aku pulang pasti bakal di tahan disana dan banyak permintaan ini itu," gumam Neni sambil jari telunjuknya di dagu."Tapi kalo aku gak pulang uang 400 juta hangus? Masa iya sih? Arggghhh !! Bikin stress aja deh," gerutu Neni. Tangannya kembali meraih ponsel lalu ia menghubungi Reza.[Iya halo][Rezanya mana? Kasih ponsel ini ke anak saya, gak usah sok-sokan jadi nyonya] omel Neni, ia tidak tahu jika Naya speaker dan Reza di sampingnya.[Emang dia nyonya di hati saya Ma] jawab Reza tiba-tiba.[Eh Reza … o iya kamu udah ngirim uang 400 juga?][Udah Ma, tapi ke Kakek Adinata soalnya beliau ingin mengasih sendiri ke Mama][Trus kamu percaya aja gitu, apa susahnya langsung transfer ke Mama aja?][Gak susah sih Ma, cuma posisinya tuh Kakek ingin bertemu Mama sepertinya makanya begitu][Alasan aja kamu Za, bilang aja kamu gak pengen ngasih, iya ka
"Kenapa Mas?" tanya Mawar dengan posisi mereka yang lumayan begitu dekat."Eh … ngg–nggak," jawab Wisnu gugup sambil menahan nafasnya, sedangkan Mawar hanya tersenyum kecut, ntah kenapa memori masa lalunya tiba-tiba berputar di kepalanya begitu saja.Saat Mawar menjauhkan dirinya, Wisnu sedikit bingung dengan ekspresi Mawar yang tiba-tiba terlihat murung."Kenapa?" tanya Wisnu membuat Mawar menoleh sekilas lalu ia menggeleng."Bohong, pasti kamu nyembuiin sesuatu kan?" tebak Wisnu, lagi-lagi Mawar tersenyum sedikit."Aku boleh nanya sesuatu gak sama kamu Mas?" tanya Mawar yang dibalas anggukan oleh Wisnu sambil menyuapkan nasi ke mulutnya."Apa alasanmu menjadi baik seperti ini?"Deg!Wisnu langsung berhenti mengunyah lalu ia menoleh ke samping melihat Mawar yang terlihat enggan melihatnya."Ma–maksud kamu?""Ya aku pengen kejelasan aja sih Mas, tapi kalo kamu gak mau gak apa-apa," ujar Mawar."Em … karena aku sayang sama kamu," jawab Wisnu pelan, tapi mampu membuat Mawar terkekeh pel
Plak!!"Dengar baik-baik ya Tante, aku tidak akan segan-segan memberimu pelajaran karena ini, kamu gak berhak membuat hidup anakku seperti itu! Paham!" bentak Neni lalu ia berjalan ke dapur mencari Sarah."Dasar keponakan bodoh, begini aja di permasalahkan padahal di luar sana masih banyak masalah yang harus ia selesaikan," ucap Tentenya dengan remeh."Ita cukup jangan di teruskan, kamu juga salah dalam hal ini, yang kamu benci Neni tapi yang kamu hukum Sarah,""Apa sih kamu Mas, kamu bela keponakan kamu itu?!" solot Ita membuat suaminya itu menghela nafas panjang."Bukan begitu Ita, tapi kamu gak bisa terus menerus seperti ini, bayangkan jika anakmu yang di buat seperti itu sama orang lain, pasti kamu gak setuju sama halnya dengan Neni,""Sarah," panggil Neni membuat Sarah kaget lalu berbalik."Buang semua yang di tanganmu itu, ayo ikut Mama," ajak Neni membuat Sarah bingung."Ikut kemana Ma?" tanya Sarah."Udah jangan banyak tanya, ayo ikut sekarang," ajak Neni uang di balas angguka
"Sonia," panggil seseorang membuat Alex dan Sonia menoleh."Wah … wah kebetulan ini bidadarinya Mas Wisnu datang," ledek Sonia membuat Mawar yang awalnya tersenyum langsung datar."Maksud kamu apa Sonia?" tanya Mawar."Hallah, gak usah sok polos lah Kakakku, kamu pasti senang banget kan di perhatiin sama Mas Wisnu, di sayang lagi, iya gak?" lanjut Sonia."Mama cukup, ini panti asuhan bukan untuk tempat berdebat," lerai Alex."Kamu bela dia kan?" tunjuk Sonia ke arah Mawar."Mama udah, sekarang mari pergi dari sini," lanjut Alex membuat Sonia geleng-geleng."Mama boleh minta satu hal sama kamu Alex?" tanya Sonia dengan nada serius membuat Alex dan Mawar saling melempar pandangan."O iya buat kamu juga Kak," sambung Sonia sambil melihat Mawar."Apa itu?" tanya Mawar datar."Bujuk Mas Wisnu agar tidak menceraikanku,"Deg!Mawar langsung melihat Alex, begitu juga dengan Alex."Em … soal itu aku gak ikut campur, itu urusan kalian berdua," jawab Mawar lalu ia berbalik hendak kembali masuk.
Hampir satu jam lebih Alex dan Mawar di perjalanan karena mereka mampir di beberapa tempat untuk membeli makanan untuk Silvi, sekarang Alex sudah dekat ke rumahnya.Tit! Tit!"Siap Pak, sebentar!" teriak Pak satpam. Begitu pagar terbuka lebar Alex langsung menjalankan mobilnya ke dalam.Pada saat keduanya hendak turun, tidak sengaja Alex melihat ke arah spion, awalnya ia mengerutkan keningnya kerena tidak melihat jelas lawan bicara satpamnya tersebut."Ada tamu ya Lex?" tanya Mawar membuat Alex menoleh ke samping."Gak tau nih Bu,""Ya udah samperin dulu," usul Mawar yang dibalas anggukan oleh Alex lalu keduanya turun dari mobil."Ibu!" teriak Silvi dari ambang pintu membuat Mawar langsung tersenyum melambaikan tangannya."Sebentar ya," ucap Mawar yang dibalas anggukan oleh Silvi, lalu Mawar mengikuti langkah Alex menuju pagar."Siapa Pak satpam?" tanya Alex tiba-tiba membuka satpam tersebut kaget lalu menoleh ke belakang membuat orang tersebut terlihat jelas di mata Alex."Mama,""Iy
Tidak berapa lama kemudian mereka sampai di rumah sakit, Sarah langsung di tangani oleh Dokter sedangkan Neni mondar-mandir depan ruangan Sarah.'Ya tuhan aku mohon selamatkan anak hamba, aku mohon …. Hiks,' ucap Neni dengan air mata yang terus mengalir di pipinya, ntah kenapa ini kali pertama ia merasa takut kehilangan.Drt … drt … drtNeni langsung merogoh tasnya lalu mengambil ponselnya.[Halo][Dasar anak durhaka!]Neni langsung kaget mendengar bentakan itu.[Maksudnya apa? Tante jangan memperkeruh suasana] jawab Neni.[Gak ada yang memperkeruh suasana, asal kamu tahu ya Neni sekarang Ibu kamu di rumah sakit, kondisinya semakin memburuk setelah kamu pergi]Deg![I–ibu masuk rumah sakit?][Dasar anak gak guna, kamu maunya apa sih sebenarnya kalo kamu cuma datang bikin ibu kamu seperti ini, lebih baik gak usah datang-datang. Kamu gak punya otak, baru saja ibu kamu senang karen akmau datang, kamu malah main pergi begitu aja dengan kondisi marah-marah, sayang sekali,] ujar tantenya de
"Harus! Aku gak mau terlalu baik sama kamu Kak, kamu harus di gininiin," lanjut Naya membuat Reza menghela nafas panjang."Huh … ok aku salah, tapi kamu harus dengerin dulu," ucap Reza, tapi Naya hanya diam tanpa kata."Tadi itu dia ngambil hewan kecil di muka aku, dia gak ada niatan untuk macem-macem," terang Reza membuat Naya langsung memicingkan matanya."O … gitu ya, ok," lanjut Naya membuat Reza bingung, Naya membawa Zahra ke dalam kamar pribadi Reza."Kamu mau kemana?" tanya Reza saat Naya hendak keluar, mendengar itu Naya langsung berhenti lalu membuka jilbabnya membuat Reza semakin bingung."Kamu mau kemana?" tanya Reza kali ini ia menahan tangan Naya, Naya berbalik lalu menatap Reza dengan serius."Mau turun ke bawah," jawab Naya santai membuat Reza kaget lalu menggeleng."Seperti ini?""Iya," lanjut Naya membuat Reza semakin menahan Naya lalu ia buru-buru mengunci pintu lalu menaruh kunci tersebut di atas lemari."Kakak apa-apaan sih? Biarin aku keluar," ujar Naya."Gak! Sam
"Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng
Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante
Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y
[Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d
"Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran
Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse
Setelah Dokter pulang Reza belum kunjung sadar membuat rasa takut dan panik masih menghantui Naya dan yang lainnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar suara mobil terparkir di halaman. "Siapa yang datang Rey?" tanya Naya, Rey langsung melihat ke arah jendela. "Bang Alex, Kak." jawab Rey membuat Naya mangut-mangut. "Assalamualaikum, waduh rame banget ini, ada apa?" ucap Alex yang sudah berdiri diambang pintu kamar membuat yang lain menoleh. "Walaikumsalam." "Eh … kenapa ini? Reza kenapa?" tanya Alex bingung. "Pingsan Kak." "Hah? Kok bisa?" tanya Alex lagi. "Gak tau tadi lagi berdua doang disini sama Zahra, tiba-tiba aku datang Kak Reza udah gak sadarkan diri di tambah Zahra duduk di dadanya." terang Naya membuat Alex kaget sekaligus lucu mendengarnya. "Zahra mana?" "Tuh." tunjuk Naya, Zahra yang sedang asik dengan bonekanya tidak menyadari Alex sudah di dekatnya. "Zahra …" "Ha …" sahut Zahra sambil mendongak membuat Alex gemas lalu mencubit pipi gembul itu.
Keesokan harinya Naya bangun terlebih dahulu, ia melihat Reza masih tidur pulas. Tanpa membuang waktu ia langsung mengerjakan tugasnya sebagaimana ia seorang istri. Pukul 5.30 Naya mendekati Reza pelan-pelan ia mulai membangunkan suaminya itu. "Kak ..." panggil Naya sambil menggoyang-goyangkan tangan Reza membuat sang empu mulai terusik kemudian membuka matanya. "Hem." dehem Reza lalu ia bangkit dari ranjang menunaikan ibadah sholat subuh. Sedangkan Naya yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang lalu ia memilih keluar dari kamar. 15 menit kemudian Reza sudah selesai melakukan sholat, ia bangkit lalu melihat ke arah ranjang Zahra. Dan benar saja anak kecil itu sudah duduk disana membuat bibir Reza tersenyum lalu ia menggendong Zahra. "Anak kecil udah bangun?" ucap Reza membuat Naya mengusap-usap wajahnya. "Ayo kita cuci muka dulu biar gak ngantuk lagi." lanjut Reza lalu ia membawa Zahra ke kamar mandi mengusap air ke wajah Zahra. Hal itu membuat Zahra sedikit kaget kar
Tiba-tiba saja air mata Naya semakin deras memastikan yang didepannya itu adalah RezaBegitu Reza sangat dekat Naya bahu Naya kembali bergetar hebat seolah-olah memberitahu jika dirinya tidak sedang baik-baik saja."Hiks ... Kakak ..." pinta Naya selirih mungkin membuat laki-laki itu membuka kacamatanya lalu menatap Naya bingung."Kakak baik-baik aja kah?""Kamu siapa ya?"Jleb!Naya langsung luruh ke lantai ia tidak bisa lah menopang tubuhnya."Eh ... Kenapa kamu malah duduk? Apa kamu mengenal saya?" tanya Reza membuat Naya tidak bisa menjawab apa-apa lagi."Eh Bu ... Kenapa ini?" tiba-tiba security menghampiri Naya yang duduk di lantai."Mbak kenapa ayo saya bantu berdiri saya antarkan pulang ya Mbak." ucap satpam tersebut karena ia sudah benar-benar kasihan sama Naya.Naya hanya diam dibantu security tersebut untuk berdiri matanya terus menatap Reza tapi lidahnya sudah kaku dan kelu."Ayo Mbak jangan begini terus setiap hari kasian keluarga Mbak." nasehat security tersebut."Saya b