Seminggu kemudian, Neni tidak kunjung di temukan sedangkan temannya Wendy sudah di penjara semenjak dari rumah sakit."Gimana Wendy masih tidak mau memberi tahu kami dimana keberadaan Neni?" tanya polisi tersebut membuat Wendy langsung menarik nafas dalam-dalam."Saya tidak tahu Pak, tolong lepasin saya, saya tidak bersalah dalam hal ini," jawab Wendy."Oh ya sudah, selamat bersenang-senang disini karena gak mungkin banget kamu gak tahu kemana Neni," lanjut polisi tersebut membuat Wendy kembali duduk lemas.'Ini si Neni kapan datangnya sih udah seminggu lebih disini masa dia gak ada niat buat nge jemput atau ngegantiin disini,' kesal Wendy sambil mengacak-acak rambutnya.***Disisi lain Naya sedang memasak di dapur tiba-tiba saja ada tangan melingkar di perutnya. Bibir Naya langsung melengkung indah lalu ia menoleh ke samping."Udah lama bangun Kak?" tanya Naya."Udah," jawab Reza sambil menyandarkan kepalanya di pundak Naya."Kakak hari ini ngantor gak?" tanya Naya karena melihat sua
"Alex," panggil Indri membuat Silvi langsung mendongak dan Alex sedikit menunduk. Tangan Alex masih setia menutup mulut Silvi. "Kamu jangan ngomong dulu ya," bisik Alex membuat Silvi merinding buru-buru ia mengangguk.Alex langsung melepaskan tangannya dari mulut Silvi lalu ia membuka pintu yang ia kunci tadi, detik kemudian ia menarik Silvi ke dalam toilet."Kita ngapain sampe kesini Kak?" tanya Silvi pelan mulai panik karena Alex mengunci mereka di dalam toilet."Shut … diam dulu, nanti Indri bisa curiga kalo pintu tadi di kunci," jawab Alex membuat Silvi mengangguk."Alex," lagi-lagi Indri memanggil Alex, kali ini ia mengetuk pintu toilet cowok."Nyari siapa Mbak?" tanya karyawan cowok yang baru saja keluar dari toilet."Di dalam ada Alex gak?" tanya tanya Indri."Wah … gak ada tuh Mbak, tapi tadi saya sempat lihat Pak Alex berdiri di depan toilet perempuan," jawab karyawan tersebut membuat Indri langsung kaget.Deg!"Serius? Masa sih Alex begitu, saya gak percaya," sanggah Indri s
"Bukan gak suka Ma, cuma aku rasa aku belum bisa satu frekuensi sama dia, trus juga kalo ngomong aku malah nyusun kata-kata gitu loh takut kesinggung segala macam, apalagi dia anak teman Mama ntar kalo ada masalah apa-apa pasti nanti berimbas sama pertemanan Mama juga, aku bingung Ma," terang Alex membuat Mamanya diam sejenak memperhatikan putranya."Kamu menyukai Silvi?" tanya Mama membuat Alex langsung kaget."Kamu menyukai karyawan kamu sendiri?" tanya Mama lagi membuat Alex langsung diam, namun detik kemudian ia melihat Indri sedang melihat mereka dari kejauhan."Indri," ucapnya membuat Mama langsung menoleh."Eh Nak Indri sini, udah lama nyampe?" ajak Mama membuat Indri langsung menghela nafas panjang lalu ia berjalan mendekati keduanya."Baru aja Tante, maaf ya aku masuk tiba-tiba soalnya Om tadi nyuruh masuk aja," ucap Indri membuat Mama langsung mengangguk sedangkan Alex malah diam."Oh ya udah sini duduk, kamu ngobrol sama Alex, Tante ke depan dulu ya," lanjut Mama lalu menin
"Oh iya mbak," ucap Silvi sambil menundukkan sedikit kepalanya."Bisa kita bicara sebentar," lanjut Indri membuat Silvi langsung melihat Ara sekilas, sedangkan Ara hanya mengangguk pertanda iya."Boleh Mbak," jawab Silvi."Di depan aja ya," usul Indri yang dibalas anggukan oleh Silvi, lalu mereka keluar dari ruang pengemasan.Indri membawa Silvi ke cafe di dekat pabrik, sedangkan Silvi yang tidak mengerti apa-apa hanya ikut-ikut saja."Saya pesan lemontea ya, kamu mau pesan apa Silvi?" tanya Indri membuat Silvi langsung tersenyum sekilas."Bebas Mbak asal jangan racun aja," jawab Silvi membuat pelayan tersebut langsung menahan tawa."Oke, samain aja ya," lanjut Indri setalah pelayan itu pergi Indri langsung melipat kedua tangannya di atas meja."Em … saya boleh nanya-nanya tentang kamu boleh ya," ucap Indri yang dibalas anggukan oleh Silvi."Boleh aja Mbak selagi gak merugikan saya," jawab Silvi membuat Indri mangut-mangut."Ok, kamu udah lama kerja di pabrik ini?" tanya Indri membuat
'Akan kubalaskan sakit hatimu Pa!' Tanpa membuang waktu Reza langsung berangkat bersama Sam."Biar saya yang bawa mobil," ucap Reza membuat Sam kaget."Serius Pak?" tanya Sam, Reza hanya mendehem lalu masuk ke dalam mobil."Kamu telpon security yang lagi ngejar Mama, tanya udah di mana mereka," lanjut Reza, tanpa membuang waktu Reza langsung menghubungi salah satu security tersebut."Dimana?""Di daerah jalan raya menuju taman Pak, mereka dari arah rumah sakit," jawab Sam membuat Reza mangut-mangut, tanpa membuang waktu ia langsung mengambil jalan pintas."Astaga," ucap Sam saat Reza melajukan mobil dengan kencang."Pak hati-hati,""Tenang Sam, pegangan aja," ucap Reza masih fokus dengan tujuannya.Hampir 15 menit Sam berpegangan erat-erat, akhirnya Reza menghentikan mobil."Huh …," Sam menghela nafas panjang sambil memegangi dadanya."Santai Sam, saya gak akan bawa kamu ke alam lain," ucap Reza membuat Sam langsung mendumel dalam hati."Bukan itu Pak, ini perdana saya ngerasain seken
"Lex, jangan lama-lama ya, aku ada jadwal lagi ini," ucap Indri membuat Alex langsung menoleh. "Lah, tadi kamu yang aku ikut kan, aku gak bisa bentaran aja Dri, soalnya jarang kesini 'kan. Nah harus di cek semuanya, kamu kalo mau duluan gak apa-apa deh, minta di anter sama supir," jawab Alex membuat Indri langsung melirik Silvi.'Jangam bilang dia mau manis-manis lagi ke Silvi,' ucap Indri dalam hati."Ya udah deh kalo gitu, aku cancel dulu aja," ujar Indri membuat Alex bingung."Jangan di cancel, kan ada yang nganterin kamu, sayang kalo di batalin cuma gara-gara nemenin aku," ucap Alex, tapi Indri malah kekeh tetap di pabrik.Ia juga mengikuti Alex saat menyapa -nyapa semua karyawan, Silvi yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang."Gimana hari ini?" sapa Alex membuat Silvi langsung menyenggol lengan Ara."Em … baik-baik aja Pak semua, aman terkendali," jawab Ara membuat Alex mangut-mangut, tapi matanya malah melihat Silvi yang terlihat enggan untuk melihatnya."Kamu gimana
[Assalamualaikum Kak, kenapa?] tanya Silvi membuat Alex langsung merebahkan tubuhnya di ranjang.[Walaikumsalam, kamu kemana aja tadi?] tanya Alex membuat Silvi langsung teringat saat ia di ajak oleh Sam keluar.[Gak kemana-mana cuma jalan-jalan aja] jawab Silvi lalu mengambil kantong plastik berisi makanan yang dibelikan Sam untuknya. Sam sudah menganggapnya seperti adik sendiri, ia bahkan minta izin pada Wawan untuk membawa Silvi jalan-jalan lalu ia membawa Silvi membeli makanan. Sam merasa bersyukur bisa melihat Silvi, dengan itu rasa rindunya pada almarhumah adiknya bisa tersampaikan.[Oh jadi kamu tadi happy-happy gitu ya sama Sam berdua, kemana aja?] lanjut Alex membuat Silvi bingung,[Gak berdua banget sih, kan ada Naya sama Kak Reza juga, tapi Kak Sam emang baik banget sih] jawab Silvi mambuat Alex kembali bangkit dari ranjang.[Kamu bahagia gitu? Denger ya Silvi waktunya kerja itu kerja, bukan jalan-jalan] ucap Alex membuat Silvi mangut-mangut.[Iya sih, harusnya kerja maaf y
"Alex," panggil Indri membuat Alex langsung kaget. "I–iya kenapa?""Aku ke toilet dulu ya," ucap Indri membuat Alex langsung menghela nafas panjang."Oh iya," jawabnya, setelah memastikan Indri sudah pergi, Alex menoleh ke sebelahnya melihat Silvi."Masih takut?" bisiknya membuat Silvi langsung melihat ke arah Alex lalu menggeleng."Mau keluar dari sini?" lanjut Alex membuat Silvi langsung serba salah."Ini popcornnya," ucap Dion tiba-tiba membuka Silvi langsung menarik tangannya dari genggaman Alex dan mengambil popcorn tersebut."Kamu menyukainya?" tanya Alex membuat Silvi kaget, tanpa melihat Alex ia pura-pura mengangguk, Alex yang melihat itu langsung tersenyum meledek."Bohong sekali," gumamnya yang tidak di hiraukan oleh Silvi.Pukul 1 siang, akhirnya mereka selesai nonton Indri mengajak Alex langsung pulang. Sedangkan Reza mengajak Dion dan Silvi untuk makan terlebih dahulu."Yakin Lex gak ikut makan?" tanya Reza membuat Alex langsung mengehela nafas panjang."Hum," jawabnya me
"Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng
Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante
Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y
[Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d
"Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran
Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse
Setelah Dokter pulang Reza belum kunjung sadar membuat rasa takut dan panik masih menghantui Naya dan yang lainnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar suara mobil terparkir di halaman. "Siapa yang datang Rey?" tanya Naya, Rey langsung melihat ke arah jendela. "Bang Alex, Kak." jawab Rey membuat Naya mangut-mangut. "Assalamualaikum, waduh rame banget ini, ada apa?" ucap Alex yang sudah berdiri diambang pintu kamar membuat yang lain menoleh. "Walaikumsalam." "Eh … kenapa ini? Reza kenapa?" tanya Alex bingung. "Pingsan Kak." "Hah? Kok bisa?" tanya Alex lagi. "Gak tau tadi lagi berdua doang disini sama Zahra, tiba-tiba aku datang Kak Reza udah gak sadarkan diri di tambah Zahra duduk di dadanya." terang Naya membuat Alex kaget sekaligus lucu mendengarnya. "Zahra mana?" "Tuh." tunjuk Naya, Zahra yang sedang asik dengan bonekanya tidak menyadari Alex sudah di dekatnya. "Zahra …" "Ha …" sahut Zahra sambil mendongak membuat Alex gemas lalu mencubit pipi gembul itu.
Keesokan harinya Naya bangun terlebih dahulu, ia melihat Reza masih tidur pulas. Tanpa membuang waktu ia langsung mengerjakan tugasnya sebagaimana ia seorang istri. Pukul 5.30 Naya mendekati Reza pelan-pelan ia mulai membangunkan suaminya itu. "Kak ..." panggil Naya sambil menggoyang-goyangkan tangan Reza membuat sang empu mulai terusik kemudian membuka matanya. "Hem." dehem Reza lalu ia bangkit dari ranjang menunaikan ibadah sholat subuh. Sedangkan Naya yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang lalu ia memilih keluar dari kamar. 15 menit kemudian Reza sudah selesai melakukan sholat, ia bangkit lalu melihat ke arah ranjang Zahra. Dan benar saja anak kecil itu sudah duduk disana membuat bibir Reza tersenyum lalu ia menggendong Zahra. "Anak kecil udah bangun?" ucap Reza membuat Naya mengusap-usap wajahnya. "Ayo kita cuci muka dulu biar gak ngantuk lagi." lanjut Reza lalu ia membawa Zahra ke kamar mandi mengusap air ke wajah Zahra. Hal itu membuat Zahra sedikit kaget kar
Tiba-tiba saja air mata Naya semakin deras memastikan yang didepannya itu adalah RezaBegitu Reza sangat dekat Naya bahu Naya kembali bergetar hebat seolah-olah memberitahu jika dirinya tidak sedang baik-baik saja."Hiks ... Kakak ..." pinta Naya selirih mungkin membuat laki-laki itu membuka kacamatanya lalu menatap Naya bingung."Kakak baik-baik aja kah?""Kamu siapa ya?"Jleb!Naya langsung luruh ke lantai ia tidak bisa lah menopang tubuhnya."Eh ... Kenapa kamu malah duduk? Apa kamu mengenal saya?" tanya Reza membuat Naya tidak bisa menjawab apa-apa lagi."Eh Bu ... Kenapa ini?" tiba-tiba security menghampiri Naya yang duduk di lantai."Mbak kenapa ayo saya bantu berdiri saya antarkan pulang ya Mbak." ucap satpam tersebut karena ia sudah benar-benar kasihan sama Naya.Naya hanya diam dibantu security tersebut untuk berdiri matanya terus menatap Reza tapi lidahnya sudah kaku dan kelu."Ayo Mbak jangan begini terus setiap hari kasian keluarga Mbak." nasehat security tersebut."Saya b