"Lex, jangan lama-lama ya, aku ada jadwal lagi ini," ucap Indri membuat Alex langsung menoleh. "Lah, tadi kamu yang aku ikut kan, aku gak bisa bentaran aja Dri, soalnya jarang kesini 'kan. Nah harus di cek semuanya, kamu kalo mau duluan gak apa-apa deh, minta di anter sama supir," jawab Alex membuat Indri langsung melirik Silvi.'Jangam bilang dia mau manis-manis lagi ke Silvi,' ucap Indri dalam hati."Ya udah deh kalo gitu, aku cancel dulu aja," ujar Indri membuat Alex bingung."Jangan di cancel, kan ada yang nganterin kamu, sayang kalo di batalin cuma gara-gara nemenin aku," ucap Alex, tapi Indri malah kekeh tetap di pabrik.Ia juga mengikuti Alex saat menyapa -nyapa semua karyawan, Silvi yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang."Gimana hari ini?" sapa Alex membuat Silvi langsung menyenggol lengan Ara."Em … baik-baik aja Pak semua, aman terkendali," jawab Ara membuat Alex mangut-mangut, tapi matanya malah melihat Silvi yang terlihat enggan untuk melihatnya."Kamu gimana
[Assalamualaikum Kak, kenapa?] tanya Silvi membuat Alex langsung merebahkan tubuhnya di ranjang.[Walaikumsalam, kamu kemana aja tadi?] tanya Alex membuat Silvi langsung teringat saat ia di ajak oleh Sam keluar.[Gak kemana-mana cuma jalan-jalan aja] jawab Silvi lalu mengambil kantong plastik berisi makanan yang dibelikan Sam untuknya. Sam sudah menganggapnya seperti adik sendiri, ia bahkan minta izin pada Wawan untuk membawa Silvi jalan-jalan lalu ia membawa Silvi membeli makanan. Sam merasa bersyukur bisa melihat Silvi, dengan itu rasa rindunya pada almarhumah adiknya bisa tersampaikan.[Oh jadi kamu tadi happy-happy gitu ya sama Sam berdua, kemana aja?] lanjut Alex membuat Silvi bingung,[Gak berdua banget sih, kan ada Naya sama Kak Reza juga, tapi Kak Sam emang baik banget sih] jawab Silvi mambuat Alex kembali bangkit dari ranjang.[Kamu bahagia gitu? Denger ya Silvi waktunya kerja itu kerja, bukan jalan-jalan] ucap Alex membuat Silvi mangut-mangut.[Iya sih, harusnya kerja maaf y
"Alex," panggil Indri membuat Alex langsung kaget. "I–iya kenapa?""Aku ke toilet dulu ya," ucap Indri membuat Alex langsung menghela nafas panjang."Oh iya," jawabnya, setelah memastikan Indri sudah pergi, Alex menoleh ke sebelahnya melihat Silvi."Masih takut?" bisiknya membuat Silvi langsung melihat ke arah Alex lalu menggeleng."Mau keluar dari sini?" lanjut Alex membuat Silvi langsung serba salah."Ini popcornnya," ucap Dion tiba-tiba membuka Silvi langsung menarik tangannya dari genggaman Alex dan mengambil popcorn tersebut."Kamu menyukainya?" tanya Alex membuat Silvi kaget, tanpa melihat Alex ia pura-pura mengangguk, Alex yang melihat itu langsung tersenyum meledek."Bohong sekali," gumamnya yang tidak di hiraukan oleh Silvi.Pukul 1 siang, akhirnya mereka selesai nonton Indri mengajak Alex langsung pulang. Sedangkan Reza mengajak Dion dan Silvi untuk makan terlebih dahulu."Yakin Lex gak ikut makan?" tanya Reza membuat Alex langsung mengehela nafas panjang."Hum," jawabnya me
Cit! "Oh shit! Putar balik," ucap perempuan itu yang dibalas oleh supir sekaligus temannya tersebut.Mobil Reza yang baru saja sampai di belakang mobil tersebut langsung berhenti sambil menghela nafas lalu membuka seat beltnya.Ting![Jangan mendekat atau Naya saya bunuh!] mata Dion langsung terbelalak membaca pesan tersebut."Bang jangan turun," larang Dion membuat Reza langsung menoleh, tidak jadi turun."Kenapa?""Ini baca," ucap Dion memberikan ponsel Reza. Reza langsung mengepalkan tangannya membaca pesan tersebut.Tanpa membuang waktu ia langsung meneruskan pesan tersebut ke Alex lalu ia menghubungi Alex.[Gimana nih Lex, Naya gimana ya?][Jangan takut, ayo kita turun sama-sama, kalo Naya kenapa-kenapa, dia bakal tau akibatnya] jawab Alex membuat Reza langsung melihat Dion.[Oke,]"Kamu disini ya, jangan keluar," ucap Alex pada Silvi yang masih bingung dengan situasi mereka."Silvi," panggil Alex membuat Silvi langsung tersadar lalu mengangguk."Kalo melihat kami sudah di depan,
"Saya Indri, calonnya Alex," Deg! "Oh iya mbak," ucap Silvi sambil menundukkan sedikit kepalanya."Bisa kita bicara sebentar," lanjut Indri membuat Silvi langsung melihat Ara sekilas, sedangkan Ara hanya mengangguk pertanda iya."Boleh Mbak," jawab Silvi."Di depan aja ya," usul Indri yang dibalas anggukan oleh Silvi, lalu mereka keluar dari ruang pengemasan.Indri membawa Silvi ke cafe di dekat pabrik, sedangkan Silvi yang tidak mengerti apa-apa hanya ikut-ikut saja."Saya pesan lemontea ya, kamu mau pesan apa Silvi?" tanya Indri membuat Silvi langsung tersenyum sekilas."Bebas Mbak asal jangan racun aja," jawab Silvi membuat pelayan tersebut langsung menahan tawa."Oke, samain aja ya," lanjut Indri setalah pelayan itu pergi Indri langsung melipat kedua tangannya di atas meja."Em … saya boleh nanya-nanya tentang kamu boleh ya," ucap Indri yang dibalas anggukan oleh Silvi."Boleh aja Mbak selagi gak merugikan saya," jawab Silvi membuat Indri mangut-mangut."Ok, kamu udah lama kerja d
"Silahkan," jawab Indri dengan senyum palsunya."Maaf ya Mbak kalo saya lancang, bedanya murahan sama sok-sokan apa ya Mbak?" tanya Silvi yang mulai muak melihat tingkah Indri.Jleb!"Maksudnya?" tanya Indri membuat Silvi langsung menarik nafas dalam-dalam."Gini Mbak contohnya, kita semua tahu kan kalo Pak Alex itu baik, baik banget, selalu nyapa karyawannya kalo beliau lagi berkunjung, misal saya di sapa halo Silvi gimana kabarmu? Itu yang di sapa gak cuma saya Mbak ke semuanya juga begitu. Nah, kalo misalhya saya gak jawab sama aja gak sih itu ngacangin atasan?" tanya Silvi membuat semua teman-teman mengangguk setuju."Iya Mbak, bener apa kata Silvi, Pak Alex memang selalu menyapa kita selayaknya seorang teman, belia memang udah humble, mau gimana juga," sahut Ara membuat Indri terdiam."Nah kalo Mbak bilang tadi jangan jadi di murahan si depan atasan menurut saya itu kalimat yang salah, justru kalo gak di jawab itu yang membuat kami seperti murahan tidak tahu diri," lanjut Silvi m
Empat hari kemudian Alex sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit, ia merasa sudah baikan dan sekarang ia pengen ke pabrik."Mau kemana Nak?" tanya Mamanya membuat Alex langsung menoleh."Ke pabrik Ma," jawab Alex sambil memakai jaketnya lalu merapikan rambutnya."Ngapain? Kamu kan belum pulih," tanya Mamanya membuat Alex langsung tersenyum."Gak apa-apa Ma, udah sembuh kok, mau bilang makasih dulu sama Silvi," jawab Alex membuat mata Mamanya langsung membola."Ta–""Duluan ya Ma," potong Alex lalu ia keluar dari rumah, tanpa membuang waktu ia langsung menempuh perjalanan ke pabrik.Di tengah jalan tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ia langsung mengangkat telpon tersebut karena melihat nama Indri terpampang di layar ponselnya.'Indri,'[Iya kenapa Indri?][Alex, kamu dimana jalan yuk,] ajak Indri membuat Alex langsung mengernyitkan dahinya.'Kok dia nanya gitu, bukannya setahu dia aku harus istirahat dulu minimal dua hari lagi, kok malah nanya?' ucap Alex dalam hati.[Ada urusan di lua
Deg!"Ngapain Kakak kesini?" tanya Silvi dengan juteknya membuat Alex langsung menaikkan alisnya sebelah."Sensi amat, salah kalo saya datang?" jawab Alex tidak mau kalah membuat Silvi langsung memutar mata malas lalu melipat kedua tangannya di depan dada."Iyalah, ngapain kesini?" lanjut Silvi membuat Alex memasukkan kedua tangannya ke dalam sakunya."Mau beli minuman ini, puas kamu," jawab Alex membuat Silvi langsung mengerutkan keningnya."Gak usah ngeledek, aku gak suka," tegas Silvi membuat Alex langsung menghembuskan nafas kasar."Ngeselin banget sih kamu," ujar Alex membuat Silvi langsung menatap Alex heran."Kalo ngeselin ngapain kesini?" tanya Silvi tidak mau kalah."Kakak mau beli," ucap anak kecil menarik-narik baju Silvi membuat Silvi langsung menunduk."Mau beli apa sayang?" tanya Silvi sambil berjongkok membuat Alex langsung kaget."Mau rasa anggur," jawab anak kecil tersebut membuat Silvi langsung tersenyum."Oke princess, sebentar ya," ucap Silvi yang dibalas anggukan
"Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng
Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante
Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y
[Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d
"Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran
Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse
Setelah Dokter pulang Reza belum kunjung sadar membuat rasa takut dan panik masih menghantui Naya dan yang lainnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar suara mobil terparkir di halaman. "Siapa yang datang Rey?" tanya Naya, Rey langsung melihat ke arah jendela. "Bang Alex, Kak." jawab Rey membuat Naya mangut-mangut. "Assalamualaikum, waduh rame banget ini, ada apa?" ucap Alex yang sudah berdiri diambang pintu kamar membuat yang lain menoleh. "Walaikumsalam." "Eh … kenapa ini? Reza kenapa?" tanya Alex bingung. "Pingsan Kak." "Hah? Kok bisa?" tanya Alex lagi. "Gak tau tadi lagi berdua doang disini sama Zahra, tiba-tiba aku datang Kak Reza udah gak sadarkan diri di tambah Zahra duduk di dadanya." terang Naya membuat Alex kaget sekaligus lucu mendengarnya. "Zahra mana?" "Tuh." tunjuk Naya, Zahra yang sedang asik dengan bonekanya tidak menyadari Alex sudah di dekatnya. "Zahra …" "Ha …" sahut Zahra sambil mendongak membuat Alex gemas lalu mencubit pipi gembul itu.
Keesokan harinya Naya bangun terlebih dahulu, ia melihat Reza masih tidur pulas. Tanpa membuang waktu ia langsung mengerjakan tugasnya sebagaimana ia seorang istri. Pukul 5.30 Naya mendekati Reza pelan-pelan ia mulai membangunkan suaminya itu. "Kak ..." panggil Naya sambil menggoyang-goyangkan tangan Reza membuat sang empu mulai terusik kemudian membuka matanya. "Hem." dehem Reza lalu ia bangkit dari ranjang menunaikan ibadah sholat subuh. Sedangkan Naya yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang lalu ia memilih keluar dari kamar. 15 menit kemudian Reza sudah selesai melakukan sholat, ia bangkit lalu melihat ke arah ranjang Zahra. Dan benar saja anak kecil itu sudah duduk disana membuat bibir Reza tersenyum lalu ia menggendong Zahra. "Anak kecil udah bangun?" ucap Reza membuat Naya mengusap-usap wajahnya. "Ayo kita cuci muka dulu biar gak ngantuk lagi." lanjut Reza lalu ia membawa Zahra ke kamar mandi mengusap air ke wajah Zahra. Hal itu membuat Zahra sedikit kaget kar
Tiba-tiba saja air mata Naya semakin deras memastikan yang didepannya itu adalah RezaBegitu Reza sangat dekat Naya bahu Naya kembali bergetar hebat seolah-olah memberitahu jika dirinya tidak sedang baik-baik saja."Hiks ... Kakak ..." pinta Naya selirih mungkin membuat laki-laki itu membuka kacamatanya lalu menatap Naya bingung."Kakak baik-baik aja kah?""Kamu siapa ya?"Jleb!Naya langsung luruh ke lantai ia tidak bisa lah menopang tubuhnya."Eh ... Kenapa kamu malah duduk? Apa kamu mengenal saya?" tanya Reza membuat Naya tidak bisa menjawab apa-apa lagi."Eh Bu ... Kenapa ini?" tiba-tiba security menghampiri Naya yang duduk di lantai."Mbak kenapa ayo saya bantu berdiri saya antarkan pulang ya Mbak." ucap satpam tersebut karena ia sudah benar-benar kasihan sama Naya.Naya hanya diam dibantu security tersebut untuk berdiri matanya terus menatap Reza tapi lidahnya sudah kaku dan kelu."Ayo Mbak jangan begini terus setiap hari kasian keluarga Mbak." nasehat security tersebut."Saya b