Deg!"Ngapain Kakak kesini?" tanya Silvi dengan juteknya membuat Alex langsung menaikkan alisnya sebelah."Sensi amat, salah kalo saya datang?" jawab Alex tidak mau kalah membuat Silvi langsung memutar mata malas lalu melipat kedua tangannya di depan dada."Iyalah, ngapain kesini?" lanjut Silvi membuat Alex memasukkan kedua tangannya ke dalam sakunya."Mau beli minuman ini, puas kamu," jawab Alex membuat Silvi langsung mengerutkan keningnya."Gak usah ngeledek, aku gak suka," tegas Silvi membuat Alex langsung menghembuskan nafas kasar."Ngeselin banget sih kamu," ujar Alex membuat Silvi langsung menatap Alex heran."Kalo ngeselin ngapain kesini?" tanya Silvi tidak mau kalah."Kakak mau beli," ucap anak kecil menarik-narik baju Silvi membuat Silvi langsung menunduk."Mau beli apa sayang?" tanya Silvi sambil berjongkok membuat Alex langsung kaget."Mau rasa anggur," jawab anak kecil tersebut membuat Silvi langsung tersenyum."Oke princess, sebentar ya," ucap Silvi yang dibalas anggukan
Malam hari, Naya sedang memakai skincare pemberian Reza, sedangkan Reza sedang membersihkan diri di kamar mandi.Ting!Tiba-tiba ponsel Reza berbunyi membuat Naya langsung menoleh, detik kemudian ia meraih ponsel tersebut lalu membuka pesan yang masuk.[Tunjukkan jika kamu laki-laki, berani berbuat harus berani bertanggung jawab dong, mau nunggu sampe kapan? Nunggu Maura berojol dulu?]Naya yang membaca itu langsung menutup mulutnya, tanpa membuang waktu ia langsung membaca semua pesan tersebut dari atas."Hah? Nikah siri?" lirihnya hampir saja luruh ke lantai, namun hal itu terhenti saat ia mendengar Reza memanggilnya."Naya,"Buru-buru Naya meletakkan ponsel tersebut lalu mengusap air matanya sambil mengatur nafasnya."I–iya Kak,""Ambilin handuk dong, handuk aku jatuh ini basah," ucap Reza membuat Naya langsung buru-buru mengambil handuk di dalam lemari lalu ia berjalan menuju pintu kamar mandi."Ini Kak," ucap Naya membuat Reza langsung mengeluarkan tangannya meraih handuk tersebu
"Ada apa ini? Kenapa kalian berkelahi sampe tampar-tamparan gini?" tanya Mamanya Alex membuat Silvi langsung berfirasat tidak enak.'Siap-siap aja Vi nanggung resikonya?' ucapnya dalam hati."Ini Tante yang aku bilang, dia ini dari awal emang gak punya attitude, gak ada sopan-sopannya," jawab Indri membuat Silvi langsung menggeleng."Coba ceritain Silvi ada apa sebenarnya?" tanya Mama Alex membuat Silvi langsung menarik nafas dalam-dalam.'Kenapa Tante Sonia malah nanya gadis ini sih?' umpat Indri dalam hati sambil menatap tajam Silvi."Maaf Tante, aku memang selalu salah di mata Mbak Indri, jadi mungkin aku bakal ngundurin diri sendiri sih Tante, sebelum Mbak Indri mecat," ucap Silvi membuat Sonia kaget lalu ia melihat Indri."Benarkah? Kamu sudah bilang ke dia kalo kamu ingin memecatnya? Tante kira belum ngasih tau," tanya Sonia membuat Indri langsung menyusun kata-kata."Em … iya Tan, awalnya aku bilang gitu cuma mau nakut-nakutin dia aja eh taunya malah makin menjadi-jadi kan gak
Deg! "Tapi aku takut Rey, orang tuamu tidak akan pernah menerimaku dengan keadaan seperti ini, hiks …," tangis pilu Maura membuat Rey tidak tega, ia langsung merengkuh tubuh mungil itu.Maura adalah gadis yang dijebak oleh Nova, ia menjanjikan uang puluhan juta pada Maura asal Maura mau melayani bosnya, karena sudah lama bos Nova memata-matai Maura dan ingin sekali tidur bersama Maura.Dengan segala upaya Nova lakukan untuk membujuk Maura hingga akhirnya Maura mau melakukannya dan uang tersebut hanya di kasih seperempat saja untuk Maura selebihnya untuk Nova. Nova sengaja membuat Maura mabuk supaya Maura tidak ingat apa-apa, hingga terakhir Nova menuduh Maura membawa mobilnya ugal-ugalan hingga tidak sengaja menabrak trotoar.Dengan kerusakan itulah Nova selalu memanfaatkan Maura, Rey adalah satu-satunya teman yang Maura punya, saat Maura di usir oleh orang tuanya, Rey selalu menemaninya mencarikan kontrakan kecil untuk Maura dan setiap pulang kerja ia selalu mengunjungi Maura memasti
Brugh! "Naya!" "Bawa ke ruangan, sana," suruh Dokter tersebut yang dibalas anggukan oleh Reza, tanpa membuang waktu ia langsung membopong tubuh istrinya.Sedangkan Rey ikut berlari mengejar Reza, ia takut Naya kenapa-kenapa."Kamu ngapain kesini?" tanya Reza begitu ia melihat Rey di sampingnya."Itu Mbaknya kenapa Bang?" tanya Rey."Gak apa-apa, kamu tungguin Maura aja, kasian dia, nanti saya kesana," suruh Reza."Gak apa-apa nih Bang?""Iya gak apa-apa," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Rey, lalu ia kembali berlari ke arah ruangan Maura."Bang, itu Mbak Naya belum makan dari pagi kata Zoya," ucap Tio membuat Reza berbalik melihat Zoya."Serius?""Iya Kak, Mbak Zoya belum makan apa-apa dari pagi," jawab Zoya membuat Reza langsung mengangguk."Kalian tunggu disini sebentar ya, saya beliin makan," ucap Reza."Gak usah Bang, aku aja yang beli, Abang tungguin Mbak Naya aja," larang Tio membuat Reza mengangguk.Ceklek!"Bagaimana keadaan istri saya Dokter?" tanya Reza."Pasien gak apa
Pagi hari Silvi terbangun dari tidurnya, begitu ia membuka matanya, tiba-tiba ia teringat sesuatu yang membuat matanya langsung melotot.Silvi menoleh ke atas, ia melihat Alex sedang tidur pulas sambil memeluknya, Silvi kembali mengingat-ingat kejadian, detik kemudian ia menyingkap selimut dan benar saja dirinya polos.'Apa yang aku lakukan? Ini nyata? Sepertinya aku sudah gila, secepat itu memberikan yang paling berharga dalam diriku,' ucapnya dalam hati lalu ia berusaha bangkit dari ranjang.Begitu berdiri, ia merasa bagian intimnya sakit, Silvi diam sejenak sambil menahan sakit, detik kemudian ia berusaha masuk ke kamar mandi karena melihat jam sudah hampir menunjukkan pukul 6 pagi.Tidak berapa lama kemudian, Alex menggeliat, ia meraba ke sebelah tapi tidak ada Silvi di sebelahnya. Detik kemudian ia langsung membuka matanya lalu celingak-celinguk mencari Silvi."Astagfirullah! Jam 6," sontak Alex langsung bangkit dari ranjang.Tok! Tok! Tok!"Silvi … kamu di dalam?" panggil Alex,
Setelah selesai makan Silvi merasakan perutnya sakit luar biasa, ia menoleh ke samping melihat Alex masih ngobrol dengan pamannya."Kak, aku ke kamar dulu ya," ucapnya pelan yang dibalas anggukan oleh Alex.Silvi berusaha naik ke atas sampai di kamar ia langsung beringsut di dekat kasur sambil memegangi perutnya."Aduh … ya Allah sakit banget," ringisnya pelan.Tok! Tok! Tok!"Silvi," panggil Ibunya dari luar membuat Silvi langsung memperbaiki posisi duduknya."Iya Bu, masuk aja," jawabnya.Ceklek!"Kamu kenapa Nak?" tanya Ibunya membuat Silvi langsung tersenyum lalu menggeleng."Gak apa-apa, Bu,""Sebenarnya Ibu mau ngasih kamu nasehat sebelum kamu ke kota, boleh gak?" tanya Ibunya, Silvi langsung menghela nafas untuk menutupi rasa sakit di perutnya."Iya Bu,""Jadi gini, yang pertama sekali kamu harus selalu ingat sopan santun, adab, hak dan kewajiban kamu sebagai istri karena ini penentu baik buruknya kondisi rumah tangga kalian ke depannya.Yang kedua, kamu juga harus selalu ingat
Deg! "Kok kakak tau itu adik Kakak? Siapa tau itu foto Kakak waktu kecil," ucap Naya sambil memperhatikan foto tersebut."Sebenarnya diary Mama yang aku dapat juga, udah hancur cuma tadi ada robekan kertas yang nempel di foto itu, tulisannya anak keduaku, lengkap sudah keluargaku satu putra satu putri," jawab Reza membuat Naya mangut-mangut."Kakak punya foto waktu bayi gak?" tanya Naya membuat Reza berpikir sejenak lalu mengangguk."Ada nih, di dompet," jawab Reza sambil mengeluarkan dompetnya, mengambil foto kecil tersebut. Naya membandingkan kedua foto tersebut."Mirip sih hidungnya, cuma Kakak lebih mancung," ucap Naya tanpa sadar membuat Reza langsung sedikit menunduk."Oh ya?""Hah?""Berarti kamu selalu memperhatikan hidungku ya," godal Reza membuat Naya langsung menjauh sedikit tubuhnya."Dih … nggak Kak, aku emang ngomong apa tadi?" tanya Naya balik membuat Reza langsung menepuk jidatnya."Dasar nenek-nenek, baru juga di ucapin masa lupa, kamu pura-pura lupa ya karena udah te
"Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng
Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante
Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y
[Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d
"Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran
Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse
Setelah Dokter pulang Reza belum kunjung sadar membuat rasa takut dan panik masih menghantui Naya dan yang lainnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar suara mobil terparkir di halaman. "Siapa yang datang Rey?" tanya Naya, Rey langsung melihat ke arah jendela. "Bang Alex, Kak." jawab Rey membuat Naya mangut-mangut. "Assalamualaikum, waduh rame banget ini, ada apa?" ucap Alex yang sudah berdiri diambang pintu kamar membuat yang lain menoleh. "Walaikumsalam." "Eh … kenapa ini? Reza kenapa?" tanya Alex bingung. "Pingsan Kak." "Hah? Kok bisa?" tanya Alex lagi. "Gak tau tadi lagi berdua doang disini sama Zahra, tiba-tiba aku datang Kak Reza udah gak sadarkan diri di tambah Zahra duduk di dadanya." terang Naya membuat Alex kaget sekaligus lucu mendengarnya. "Zahra mana?" "Tuh." tunjuk Naya, Zahra yang sedang asik dengan bonekanya tidak menyadari Alex sudah di dekatnya. "Zahra …" "Ha …" sahut Zahra sambil mendongak membuat Alex gemas lalu mencubit pipi gembul itu.
Keesokan harinya Naya bangun terlebih dahulu, ia melihat Reza masih tidur pulas. Tanpa membuang waktu ia langsung mengerjakan tugasnya sebagaimana ia seorang istri. Pukul 5.30 Naya mendekati Reza pelan-pelan ia mulai membangunkan suaminya itu. "Kak ..." panggil Naya sambil menggoyang-goyangkan tangan Reza membuat sang empu mulai terusik kemudian membuka matanya. "Hem." dehem Reza lalu ia bangkit dari ranjang menunaikan ibadah sholat subuh. Sedangkan Naya yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang lalu ia memilih keluar dari kamar. 15 menit kemudian Reza sudah selesai melakukan sholat, ia bangkit lalu melihat ke arah ranjang Zahra. Dan benar saja anak kecil itu sudah duduk disana membuat bibir Reza tersenyum lalu ia menggendong Zahra. "Anak kecil udah bangun?" ucap Reza membuat Naya mengusap-usap wajahnya. "Ayo kita cuci muka dulu biar gak ngantuk lagi." lanjut Reza lalu ia membawa Zahra ke kamar mandi mengusap air ke wajah Zahra. Hal itu membuat Zahra sedikit kaget kar
Tiba-tiba saja air mata Naya semakin deras memastikan yang didepannya itu adalah RezaBegitu Reza sangat dekat Naya bahu Naya kembali bergetar hebat seolah-olah memberitahu jika dirinya tidak sedang baik-baik saja."Hiks ... Kakak ..." pinta Naya selirih mungkin membuat laki-laki itu membuka kacamatanya lalu menatap Naya bingung."Kakak baik-baik aja kah?""Kamu siapa ya?"Jleb!Naya langsung luruh ke lantai ia tidak bisa lah menopang tubuhnya."Eh ... Kenapa kamu malah duduk? Apa kamu mengenal saya?" tanya Reza membuat Naya tidak bisa menjawab apa-apa lagi."Eh Bu ... Kenapa ini?" tiba-tiba security menghampiri Naya yang duduk di lantai."Mbak kenapa ayo saya bantu berdiri saya antarkan pulang ya Mbak." ucap satpam tersebut karena ia sudah benar-benar kasihan sama Naya.Naya hanya diam dibantu security tersebut untuk berdiri matanya terus menatap Reza tapi lidahnya sudah kaku dan kelu."Ayo Mbak jangan begini terus setiap hari kasian keluarga Mbak." nasehat security tersebut."Saya b