"Ka—kak," ucap Silvi gugup sambil berusaha mendorong dada Alex. Alex menarik seat belt lalu memberikannya ke tangan Silvi."Pake sendiri, jangan manja," suruh Alex membuat Silvi langsung melotot."Awas!" ucap Silvi ngengas sambil mendorong dada Alex membuat Alex langsung menjauh.Setelah memasang seat beltnya Silvi merasa bete dengan sikap Alex barusan, ia langsung memasang muka tidak bersahabat sepanjang jalan.Sedangkan Alex yang sadar kalau Silvi marah langsung serba salah."Gak usah gitu mukanya," ucap Alex tiba-tiba membuat Silvi langsung menoleh."Kakak maunya apa sih? Kalo emang gak mau bawa ya udah jangan di bawa, dari tadi udah di tolak masih aja," kesal Silvi tegas membuat Alex langsung bingung."Yang saya bilang mukanya bisa gak, gak usah di tekuk gitu, atau gak saya turunin nih?" lanjut Alex membuat Silvi langsung kesal, ntah kenapa mood seketika hancur."Turunin sekarang!" tegas Silvi membuat Alex kaget, ia langsung diam dan memilih fokus menyetir sesekali ia menoleh ke s
"Hah?!" Silvi kaget dengan pertanyaan Alex barusan, sedangkan Alex malah menaikkan alisnya sebelah."Gak," jawabnya ketus membuat Alex langsung tersenyum."Serius,""Hum,""Ya udah kalo gak marah saya mau lihat kamu senyum boleh gak?" tanya Alex membuat Silvi langsung memicingkan matanya."Apaan sih? Gak jelas," ketusnya lalu membuang pandangannya ke arah jendela mobil sedangkan Alex hanya bisa menghela nafas panjang lalu ia mulai menjalankan mobil.Merasa Alex diam, Silvi sesekali melirik ke arah Alex, saat pandangan mereka tidak sengaja bertemu Silvi langsung pura-pura batuk atau pura-pura mendehem."Kenapa ngelirik-lirik saya?""Dih … pede," ledek Silvi membuat Alex langsung terkekeh."Bukannya pede cuma dari tadi kamu ngelirik saya terus, dunia juga tahu kok saya emang tampan," lanjut Alex membuat Silvi langsung mengikuti ucapan Alex dengan bibir yang di monyong-monyongkan."Heleh … ngeledek sekarang, nanti juga kangen," lanjut Alex membuat Silvi langsung memutar mata malas."Gak
Neni langsung mencari cara agar bisa turun tanpa ketahuan. Ia celingak-celinguk mencari tempat turun yang menurutnya aman."Pak, saya di depan aja tapi jangan berhenti angkotnya tetap jalan aja cuma pelanin saya akan turun sana di orang banyak itu," ucap Neni membuat supir angkot tersebut melihatnya dari spion tengah."Duh Bu nanti kalo jatuh atau kenapa-kenapa saya yang di salahkan, saya gak mau lah," tolak supir angkot tersebut."Halah Pak, jangan takut ini ongkosnya ambil aja semuanya intinya turuti sesuai yang saya bilang tadi," lanjut Neni sambil memberikan uang 50 ribu membuat supir angkot tersebut langsung mengangguk."Kalo kenapa-kenapa saya gak tanggung jawab ya Bu,""Iya ah, ribet banget," kesal Neni lalu ia mengambil kaca mata hitam dari tasnya.Begitu angkot tersebut melewati pasar, Neni langsung tersenyum licik lalu ia pindah duduk ke arah pintu detik kemudian ia loncat dari angkot tersebut.Brugh!Orang-orang langsung keget melihatnya, tapi buru-buru Neni bangkit dan mem
Begitu sampai di luar, Reza hampir papasan dengan Dokter yang menanganinya. Tanpa membuang waktu ia langsung mencari jalan arah lain.Sampai di luar, Reza langsung menyebrang menghampiri tempat dimana ia melihat Neni.Sampai di sana benar saja Reza melihat Neni bersama seorang laki-laki terlihat Neni sedang memegang pinggangnya.Reza mendekati dua orang yang sedang ngobrol tersebut."Mau ke tukang urut dulu gak?" tanya laki-laki tersebut yang dibalas gelengan oleh Neni."Gak usah, mending sekarang pergi dari daerah sini deh," ucap Neni membuat laki-laki tersebut bingung."Kenapa?""Reza di rawat di rumah sakit depan itu, udah ah ayok pergi," ajak Neni, Reza yang mendengarkan itu pura-pura duduk di belakang Neni untungnya ia memakai masker."Ya udah biarin aja sih kita makan dulu laper nih dari tadi bawa motor terus," jawab laki-laki tersebut. Setelah selesai mengotak-atik ponselnya, Reza kembali menyimpan ponselnya.Ia langsung berdiri lalu berjalan ke depan Neni membuat Neni langsung
[Pak Reza kami Bu Neni dan temannya kecelakaan]Deg![Pak, itu bukan Bu Neni itu orang lain, itu orang lain yang di tabrak sama motor mereka, emang bajunya sama-sama hitam, Pak][Hah? Tapi tadi saya lihat Neni][Bukan Pak, kalo temannya iya yang laki-laki tadi udah di larikan ke rumah sakit]Disisi lain Neni memang jatuh dari motor, tapi ia tidak kenapa-napa berbeda dengan temannya yang sudah pingsan, saat ia melihat polisi mendekat Neni langsung buru-buru bersembunyi di kerumunan.'Akh … ya tuhan rasanya badanku sudah remuk semua hari ini,' ucapnya dalam hati sambil mengatur nafasnya, Neni melihat celananya robek di bagian lutut dan banyak luka.'Ok baiklah kalian sudah berhasil membuatku setengah mati hari ini, tapi tidak untuk esok hari!' umpat Neni lalu mencari celah untuk kabur saat banyak orang heboh melihat kejadian tersebut.***Dua hari kemudian, Neni benar-benar tidak ada jejak sedikitpun sedangkan temannya di rumah sakit di kawal polisi."Katakan kemana Neni pergi?" tanya p
"Jangan sampe kayak kayak Mas Prasetyo, lumpuh gak bisa ngapa-ngapain menjijikkan banget sih itu, jangan sampe!" teriak Neni membuat tetangga yang di samping kontrakan langsung datang."Ada apa Bu Neni? Ada tikus atau ular kah?" tanya Bu Novi."Gak Bu, saya gak bisa berdiri dari kemaren kira-kira gimana ya?" tanya Neni membuat Bu Novi langsung kaget."Ya ampun kok bisa Bu, padahal Ibu baru aja pindah kesini, apa rumah ini berhantu ya?" ujar Bu Novi tidak percaya membuat Neni langsung memutar mata malas.'Bukan hantu, emang udah babak belur dari dua hari yang lalu,' ucap Neni dalam hati."Bu Neni ke rumah sakit aja dulu kalo gak, di anterin nih kalo emang gak bisa," tawar Bu Novi membuat Neni langsung diam sejenak.'Kalo ke rumah sakit bahaya ketemu, ya walaupun gak satu rumah sakit. Tapi kali tetap di biarin ngeri lumpuh beneran ini,' ujar Neni dalam hati."Bu Neni emang gak punya siapa-siapa? Beneran sendirian doang?" lanjut Bu Novi membuat Neni langsung kaget."A–ada, cuma di kampun
Deg! 'Silvi, Sedangkan Silvi ia buru-buru kembali ke ruang pengemasan, ntah kenapa matanya memanas begitu saja. Berbeda dengan Alex yang masih mematung melihat ke arah kaca."Kapan rencananya Pak?" tanya Wawan membuat Alex kaget."Ya gimana?""Itu rencana nikah maksud saya Pak,""Oh itu, saya belum yakin Wan, karena Indri ini sebenarnya anaknya teman Mama saya," jawab Alex membuat Wawan menaikkan alisnya sebelah."Oh jadi di jodohkan toh Pak?" tebak Wawan membuat Alex mengangguk."Iya gitu deh, tapi dulu waktu kuliah kami udah pernah beberapa kali bertemu sih, Indri memang gadis yang baik," jawab Alex membuat Wawan mangut-mangut."Ya udah Pak jangan ragu lagi atuh kalo emang orang baik, gas!" ucap Wawan dengan semangatnya membuat Alex mengehela nafas panjang."Ntahlah Wan, do'ain aja ya," ujar Alex."Iya sih aamiin, Bapak mau mantau gak? Saya temenin nih," tanya Wawan yang dibalas anggukan oleh Alex."Kemana dulu kita Pak?""Pengemasan, saya sendiri aja dulu gak apa-apa kamu ke ruanga
Seminggu kemudian, Neni tidak kunjung di temukan sedangkan temannya Wendy sudah di penjara semenjak dari rumah sakit."Gimana Wendy masih tidak mau memberi tahu kami dimana keberadaan Neni?" tanya polisi tersebut membuat Wendy langsung menarik nafas dalam-dalam."Saya tidak tahu Pak, tolong lepasin saya, saya tidak bersalah dalam hal ini," jawab Wendy."Oh ya sudah, selamat bersenang-senang disini karena gak mungkin banget kamu gak tahu kemana Neni," lanjut polisi tersebut membuat Wendy kembali duduk lemas.'Ini si Neni kapan datangnya sih udah seminggu lebih disini masa dia gak ada niat buat nge jemput atau ngegantiin disini,' kesal Wendy sambil mengacak-acak rambutnya.***Disisi lain Naya sedang memasak di dapur tiba-tiba saja ada tangan melingkar di perutnya. Bibir Naya langsung melengkung indah lalu ia menoleh ke samping."Udah lama bangun Kak?" tanya Naya."Udah," jawab Reza sambil menyandarkan kepalanya di pundak Naya."Kakak hari ini ngantor gak?" tanya Naya karena melihat sua
"Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng
Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante
Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y
[Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d
"Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran
Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse
Setelah Dokter pulang Reza belum kunjung sadar membuat rasa takut dan panik masih menghantui Naya dan yang lainnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar suara mobil terparkir di halaman. "Siapa yang datang Rey?" tanya Naya, Rey langsung melihat ke arah jendela. "Bang Alex, Kak." jawab Rey membuat Naya mangut-mangut. "Assalamualaikum, waduh rame banget ini, ada apa?" ucap Alex yang sudah berdiri diambang pintu kamar membuat yang lain menoleh. "Walaikumsalam." "Eh … kenapa ini? Reza kenapa?" tanya Alex bingung. "Pingsan Kak." "Hah? Kok bisa?" tanya Alex lagi. "Gak tau tadi lagi berdua doang disini sama Zahra, tiba-tiba aku datang Kak Reza udah gak sadarkan diri di tambah Zahra duduk di dadanya." terang Naya membuat Alex kaget sekaligus lucu mendengarnya. "Zahra mana?" "Tuh." tunjuk Naya, Zahra yang sedang asik dengan bonekanya tidak menyadari Alex sudah di dekatnya. "Zahra …" "Ha …" sahut Zahra sambil mendongak membuat Alex gemas lalu mencubit pipi gembul itu.
Keesokan harinya Naya bangun terlebih dahulu, ia melihat Reza masih tidur pulas. Tanpa membuang waktu ia langsung mengerjakan tugasnya sebagaimana ia seorang istri. Pukul 5.30 Naya mendekati Reza pelan-pelan ia mulai membangunkan suaminya itu. "Kak ..." panggil Naya sambil menggoyang-goyangkan tangan Reza membuat sang empu mulai terusik kemudian membuka matanya. "Hem." dehem Reza lalu ia bangkit dari ranjang menunaikan ibadah sholat subuh. Sedangkan Naya yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang lalu ia memilih keluar dari kamar. 15 menit kemudian Reza sudah selesai melakukan sholat, ia bangkit lalu melihat ke arah ranjang Zahra. Dan benar saja anak kecil itu sudah duduk disana membuat bibir Reza tersenyum lalu ia menggendong Zahra. "Anak kecil udah bangun?" ucap Reza membuat Naya mengusap-usap wajahnya. "Ayo kita cuci muka dulu biar gak ngantuk lagi." lanjut Reza lalu ia membawa Zahra ke kamar mandi mengusap air ke wajah Zahra. Hal itu membuat Zahra sedikit kaget kar
Tiba-tiba saja air mata Naya semakin deras memastikan yang didepannya itu adalah RezaBegitu Reza sangat dekat Naya bahu Naya kembali bergetar hebat seolah-olah memberitahu jika dirinya tidak sedang baik-baik saja."Hiks ... Kakak ..." pinta Naya selirih mungkin membuat laki-laki itu membuka kacamatanya lalu menatap Naya bingung."Kakak baik-baik aja kah?""Kamu siapa ya?"Jleb!Naya langsung luruh ke lantai ia tidak bisa lah menopang tubuhnya."Eh ... Kenapa kamu malah duduk? Apa kamu mengenal saya?" tanya Reza membuat Naya tidak bisa menjawab apa-apa lagi."Eh Bu ... Kenapa ini?" tiba-tiba security menghampiri Naya yang duduk di lantai."Mbak kenapa ayo saya bantu berdiri saya antarkan pulang ya Mbak." ucap satpam tersebut karena ia sudah benar-benar kasihan sama Naya.Naya hanya diam dibantu security tersebut untuk berdiri matanya terus menatap Reza tapi lidahnya sudah kaku dan kelu."Ayo Mbak jangan begini terus setiap hari kasian keluarga Mbak." nasehat security tersebut."Saya b