"Jawab Ira suami kamu nanya ini, jangan bilang kamu betah banget dengan posisi ini." lanjut Revan.Humairah yang mendengar itu langsung berusaha bangkit dari atas Revan namun usahanya gagal saat suaminya itu malah memeluknya erat."Kok di peluk, Mas kan gak betah dengan posisi ini." ujar Humairah."Buset sensitif banget, jawab dulu pertanyaan saya jangan melebar kemana-mana dulu buruan." tegas Revan."Ya aku gini pengangguran, pengurus panti asuhan, Mas kan tau sendiri kemaren kan ketemuannya di panti asuhan." jawab Humairah membuat Revan langsung mencubit pipi istrinya itu dengan gemas."Ih … kok di cubit sih." kesal Humairah lalu ia memukul lengan Revan."Sebelum itu, pendidikan kamu apa? Kamu bagaimana sebelum di panti asuhan?" cecar Revan."Ih kepo banget deh." ledek Humairah membuat Revan melotot."Heh buruan saya cuma nyuruh jawab bukan ngeledekin. Kalo kamu gak jawab kita begini aja sampai besok." ancam Revan.Humairah memutar mata malas lalu ia menarik nafas dalam-dalam rasany
"Pergi kamu dari sini sekarang juga!" usir Vina sambil menunjuk arah pintu membuat Sonia menggeleng."Kamu sebagai teman harusnya mendukungku bukannya malah mengusirku seperti ini!" jawab Sonia ngotot."Justru karena aku terlalu mendukungmu di awal makanya kamu sekarang begini semena-mena main banting-banting aja.Lagian berapa kali dibilang sudahi saja dendammu sampai kapanpun kamu gak bakalan puas kalo caranya begini!" bantah Vina."Haha Vina apa kamu menyukai Mawar sehingga kamu berubah begini?" tanya Sonia dengan ekspresi yang membuat Vina bingung."Cukup Sonia! Lihatlah dirimu sudah seperti orang gila, lebih baik kamu urus diri dan penampilan kamu." ujar Vina sambil menunjuk Sonia."Gila! Gila! Gila! Kenapa orang selalu mengatakanku seperti orang gila, apa kalian buta aku masih waras!" bentak Sonia tidak terima dengan ucapan Vina barusan."Kenyataannya memang begitu Sonia dengan kamu seperti ini tidak ubahnya seperti orang gila, kamu terlalu gabut setiap hari ngikutin keluarga-ke
Sore hari Vina baru saja selesai berkutat dengan lap topnya karena merasa haus ia langsung keluar dari kamar hendak mengambil minum.Namun alangkah kagetnya ia melihat tidur di depan televisi dengan bungkus makanan berserakan di samping."Astagfirullah ya Allah kenapa aku dulu punya teman seperti ini." gumamnya pelan lalu mengunguti bungkus makanan tersebut.'Ponsel.'Vina langsung berhenti saat mengingat itu matanya mulai celingak-celinguk mencari ponsel Sonia.Tidak butuh lama ia langsung tersenyum melihat ponsel Sonia tergeletak di sebelahnya, pelan-pelan ia merayap mengambil ponsel itu lalu di bawanya ke kamar.'Aku akan memberimu pelajaran sonia.' ucap Vina dalam hati lalu ia kembali keluar mengambil minum."Bikin brownies enak kali ya sore-sore begini." gumamnya saat melihat tepung dan telor di atas meja."Vina!" panggilan itu mengagetkan Vina, ia langsung berbalik."Apa lagi?""Lihat ponselku gak?" tanya Sonia yang dibalas gelengan oleh Vina."Aku nanya serius, ponselku dimana?
"Kan tadi saya bercanda? Masa gitu aja kamu ngambek." ucap Alex membuat Silvi langsung menggedikkan bahunya lalu ia kembali membereskan sampah bekas makan mereka."Silvi saya mau kerja loh." lagi-lagi Alex berbicara membuat Silvi menoleh."Ya udah kerja aja." jawab Silvi santai."Pasangin lagi dasi saya kalo gitu." lanjut Alex lalu ia mengacak-acak dasinya padahal tadi rapi.Silvi yang bingung dengan Alex hanya bisa menggaruk alisnya sekilas lalu ia mendekati suaminya itu.Ia mulai meraih dasi suaminya itu lalu ia kembali merapikannya berbeda dengan Alex, ia malah sibuk memperhatikan wajah Silvi yang begitu dekat.Setelah selesai Silvi menurunkan tangannya lalu ia berbalik namun langkahnya terhenti saa Alex menahan tangannya."Saya mau kerja." ucap Alex membuat Silvi langsung menaikkan alisnya sebelah."Ya udah kerja, kenapa lagi?""Ya saya gak akan fokuslah kerja kalo kamu kayak gini." omel Alex membuat Silvi bingung."Kakak apa sih udah sana kerja, aku mah sama Syakila disini gak ba
"Astagfirullah." ucap Alex sambil mengusap wajahnya."Kalian gak berubah-ubah ya dari dulu sampe sekarang." ucap Naya di sela-sela tawanya."Apanya yang harus di ubah Nay udah begini bentukannya mau gimana lagi." jawab Silvi membuat Alex menoleh lalu tersenyum jahil."Tapi kamu pengen di romantisin gak?" tanya Alex menggoda istrinya tersebut."Pengen tapi kalo Kakak yang romantisin aku geli masa." jawab Silvi dengan polosnya membuat Alex kaget."Heh ! Kamu pengen di romantisin sama siapa kalo gitu? Supir angkot?" kesal Alex membuat Naya semakin tertawa."Ya siapa gitu,""Gila kamu ya." omel Alex membuat Naya sakit perut sambil geleng-geleng."Bun … bun … a …" tiba-tiba Zahra merentangkan tangannya ke arah Alex meminta di gendong."Kenapa Nak? Mau di gendong Om Alex?" ucap Naya."Sini Nay kayaknya dia kangen sama Ayahnya." ujar Alex lalu ia mengambil alih Zahra dari gendongan Naya."Oh … ponakan om ini udah bisa berdiri ternyata, udah gede masyaallah." ucap Alex sambil memegangi Zahra.
"Sonia!"Mendengar namanya di panggil Sonia langsung buru-buru bersembunyi di balik tiang supaya Vina tidak bisa melihatnya."Kemana lagi dia jangan bilang di ngikutin laki-laki tadi, dasar gila ada aja ulahnya terserah lah!" kesal Vina lalu ia kembali masuk ke dalam.Melihat Vina sudah pergi Sonia langsung buru-buru kabur sambil tersenyum seperti orang gila.'Aku gak sebodoh yang bayangin Vina, aku tau kamu mau membuangku ke panti asuhan gak semudah itu!' umpat Sonia dalam hati lalu ia pergi begitu saja.Disisi lain Naya, Alex, Silvi dan Nurul sedang makan bersama di ruang makan."Kakak mau nambah lagi gak?" tanya Silvi memecahkan keheningan membuat Naya langsung melihat keduanya."Hum, boleh." jawab Alex sambil memberikan piringnya pada Silvi karena Alex sedang menggendong Syakila."Segini?""Iya cukup." jawab Alex, tidak sengaja Silvi menjatuhkan sendok ke bawah.Ia langsung menunduk henda mengambil sendok tersebut, Alex yang melihat itu buru-buru memegangi ujung meja takut terbent
'Yah abis dah aku nanti diledekin terus di rumah,' ucap Silvi dalam hati."Ya gitu Kak, nah denger-denger Kakak mau dinas juga ya?" lanjut Naya, Alex langsung memperbaiki duduknya karena Zahra datang menghampirinya."Iya Nay insyaallah dua minggu lagi kok kamu tau?""Itu tadi di kasih tau mana Silvi." jawab Naya lalu ia mengedipkan kedua matanya pada Alex memberikan kode membuat Alex langsung tertawa paham maksud Naya."Haha iya iya paham, eh ponakan Om ini gak bisa diam ya aktif banget umurnya berapa sekarang Nay?" tanya Alex."Satu tahun delapan bulan Kak cuma dia lama banget bisa jalannya ini aja masih sering jatuh-jatuh." terang Naya."Iya gak apa-apa perempuan biasanya gitu yang cepat jalan itu laki-laki tapi tergantung juga sih apalagi ini kan badannya begini lumayan butuh tenaga buat jalan." jawab Alex lalu mengangkat Zahra ke pangkuannya.Zahra yang gembul sering sekali membuat orang yang melihatnya gemas bahkan sering bercanda ingin membawanya."Sehat ya ini ponakan Om ya bik
Deg!"Gak lagi Nova dan gak akan ada niatan untuk memisahkan Reza dari Naya." jawab Neni membuat Nova terkekeh."Kenapa Tan? Karena Tante suda berjilbab ini." ucap Nova meledek sambil memainkan pelan jilbab Neni."Bukan masalah itu tapi Tante udah gak ada niatan ganggu hidup Reza karena gak ada gunanya justru yang ada Tante gak bisa ketemu sama mereka ketemu Zahra.Sedangkan Tante sekarang hanya sebatang kara cuma mereka harapan Tante sekarang." jawab Neni membuat Nova melongo."Tante belajar ceramah juga ya ampun terharu deh aku, tapi sekarang Tante emangnya di terima sama Reza?" lanjut Nova."Alhamdulillah diterima tapi Tante juga cukup sadar diri kalau Tante sudah membuat Naya dan Nurul trauma dengan Tante makanya Tante gak mau tinggal sama mereka." jawab Neni."Oh … baiknya hati Tante sekarang trus Tante sekarang tinggal dimana? Karja apa?" lagi-lagi Nova mencecar Neni."Tante sekarang pengurus yayasan panti asuhan jadinya Tante tinggal disana banyak hal positif yang bisa Tante la
"Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng
Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante
Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y
[Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d
"Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran
Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse
Setelah Dokter pulang Reza belum kunjung sadar membuat rasa takut dan panik masih menghantui Naya dan yang lainnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar suara mobil terparkir di halaman. "Siapa yang datang Rey?" tanya Naya, Rey langsung melihat ke arah jendela. "Bang Alex, Kak." jawab Rey membuat Naya mangut-mangut. "Assalamualaikum, waduh rame banget ini, ada apa?" ucap Alex yang sudah berdiri diambang pintu kamar membuat yang lain menoleh. "Walaikumsalam." "Eh … kenapa ini? Reza kenapa?" tanya Alex bingung. "Pingsan Kak." "Hah? Kok bisa?" tanya Alex lagi. "Gak tau tadi lagi berdua doang disini sama Zahra, tiba-tiba aku datang Kak Reza udah gak sadarkan diri di tambah Zahra duduk di dadanya." terang Naya membuat Alex kaget sekaligus lucu mendengarnya. "Zahra mana?" "Tuh." tunjuk Naya, Zahra yang sedang asik dengan bonekanya tidak menyadari Alex sudah di dekatnya. "Zahra …" "Ha …" sahut Zahra sambil mendongak membuat Alex gemas lalu mencubit pipi gembul itu.
Keesokan harinya Naya bangun terlebih dahulu, ia melihat Reza masih tidur pulas. Tanpa membuang waktu ia langsung mengerjakan tugasnya sebagaimana ia seorang istri. Pukul 5.30 Naya mendekati Reza pelan-pelan ia mulai membangunkan suaminya itu. "Kak ..." panggil Naya sambil menggoyang-goyangkan tangan Reza membuat sang empu mulai terusik kemudian membuka matanya. "Hem." dehem Reza lalu ia bangkit dari ranjang menunaikan ibadah sholat subuh. Sedangkan Naya yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang lalu ia memilih keluar dari kamar. 15 menit kemudian Reza sudah selesai melakukan sholat, ia bangkit lalu melihat ke arah ranjang Zahra. Dan benar saja anak kecil itu sudah duduk disana membuat bibir Reza tersenyum lalu ia menggendong Zahra. "Anak kecil udah bangun?" ucap Reza membuat Naya mengusap-usap wajahnya. "Ayo kita cuci muka dulu biar gak ngantuk lagi." lanjut Reza lalu ia membawa Zahra ke kamar mandi mengusap air ke wajah Zahra. Hal itu membuat Zahra sedikit kaget kar
Tiba-tiba saja air mata Naya semakin deras memastikan yang didepannya itu adalah RezaBegitu Reza sangat dekat Naya bahu Naya kembali bergetar hebat seolah-olah memberitahu jika dirinya tidak sedang baik-baik saja."Hiks ... Kakak ..." pinta Naya selirih mungkin membuat laki-laki itu membuka kacamatanya lalu menatap Naya bingung."Kakak baik-baik aja kah?""Kamu siapa ya?"Jleb!Naya langsung luruh ke lantai ia tidak bisa lah menopang tubuhnya."Eh ... Kenapa kamu malah duduk? Apa kamu mengenal saya?" tanya Reza membuat Naya tidak bisa menjawab apa-apa lagi."Eh Bu ... Kenapa ini?" tiba-tiba security menghampiri Naya yang duduk di lantai."Mbak kenapa ayo saya bantu berdiri saya antarkan pulang ya Mbak." ucap satpam tersebut karena ia sudah benar-benar kasihan sama Naya.Naya hanya diam dibantu security tersebut untuk berdiri matanya terus menatap Reza tapi lidahnya sudah kaku dan kelu."Ayo Mbak jangan begini terus setiap hari kasian keluarga Mbak." nasehat security tersebut."Saya b