"Astagfirullah." ucap Alex sambil mengusap wajahnya."Kalian gak berubah-ubah ya dari dulu sampe sekarang." ucap Naya di sela-sela tawanya."Apanya yang harus di ubah Nay udah begini bentukannya mau gimana lagi." jawab Silvi membuat Alex menoleh lalu tersenyum jahil."Tapi kamu pengen di romantisin gak?" tanya Alex menggoda istrinya tersebut."Pengen tapi kalo Kakak yang romantisin aku geli masa." jawab Silvi dengan polosnya membuat Alex kaget."Heh ! Kamu pengen di romantisin sama siapa kalo gitu? Supir angkot?" kesal Alex membuat Naya semakin tertawa."Ya siapa gitu,""Gila kamu ya." omel Alex membuat Naya sakit perut sambil geleng-geleng."Bun … bun … a …" tiba-tiba Zahra merentangkan tangannya ke arah Alex meminta di gendong."Kenapa Nak? Mau di gendong Om Alex?" ucap Naya."Sini Nay kayaknya dia kangen sama Ayahnya." ujar Alex lalu ia mengambil alih Zahra dari gendongan Naya."Oh … ponakan om ini udah bisa berdiri ternyata, udah gede masyaallah." ucap Alex sambil memegangi Zahra.
"Sonia!"Mendengar namanya di panggil Sonia langsung buru-buru bersembunyi di balik tiang supaya Vina tidak bisa melihatnya."Kemana lagi dia jangan bilang di ngikutin laki-laki tadi, dasar gila ada aja ulahnya terserah lah!" kesal Vina lalu ia kembali masuk ke dalam.Melihat Vina sudah pergi Sonia langsung buru-buru kabur sambil tersenyum seperti orang gila.'Aku gak sebodoh yang bayangin Vina, aku tau kamu mau membuangku ke panti asuhan gak semudah itu!' umpat Sonia dalam hati lalu ia pergi begitu saja.Disisi lain Naya, Alex, Silvi dan Nurul sedang makan bersama di ruang makan."Kakak mau nambah lagi gak?" tanya Silvi memecahkan keheningan membuat Naya langsung melihat keduanya."Hum, boleh." jawab Alex sambil memberikan piringnya pada Silvi karena Alex sedang menggendong Syakila."Segini?""Iya cukup." jawab Alex, tidak sengaja Silvi menjatuhkan sendok ke bawah.Ia langsung menunduk henda mengambil sendok tersebut, Alex yang melihat itu buru-buru memegangi ujung meja takut terbent
'Yah abis dah aku nanti diledekin terus di rumah,' ucap Silvi dalam hati."Ya gitu Kak, nah denger-denger Kakak mau dinas juga ya?" lanjut Naya, Alex langsung memperbaiki duduknya karena Zahra datang menghampirinya."Iya Nay insyaallah dua minggu lagi kok kamu tau?""Itu tadi di kasih tau mana Silvi." jawab Naya lalu ia mengedipkan kedua matanya pada Alex memberikan kode membuat Alex langsung tertawa paham maksud Naya."Haha iya iya paham, eh ponakan Om ini gak bisa diam ya aktif banget umurnya berapa sekarang Nay?" tanya Alex."Satu tahun delapan bulan Kak cuma dia lama banget bisa jalannya ini aja masih sering jatuh-jatuh." terang Naya."Iya gak apa-apa perempuan biasanya gitu yang cepat jalan itu laki-laki tapi tergantung juga sih apalagi ini kan badannya begini lumayan butuh tenaga buat jalan." jawab Alex lalu mengangkat Zahra ke pangkuannya.Zahra yang gembul sering sekali membuat orang yang melihatnya gemas bahkan sering bercanda ingin membawanya."Sehat ya ini ponakan Om ya bik
Deg!"Gak lagi Nova dan gak akan ada niatan untuk memisahkan Reza dari Naya." jawab Neni membuat Nova terkekeh."Kenapa Tan? Karena Tante suda berjilbab ini." ucap Nova meledek sambil memainkan pelan jilbab Neni."Bukan masalah itu tapi Tante udah gak ada niatan ganggu hidup Reza karena gak ada gunanya justru yang ada Tante gak bisa ketemu sama mereka ketemu Zahra.Sedangkan Tante sekarang hanya sebatang kara cuma mereka harapan Tante sekarang." jawab Neni membuat Nova melongo."Tante belajar ceramah juga ya ampun terharu deh aku, tapi sekarang Tante emangnya di terima sama Reza?" lanjut Nova."Alhamdulillah diterima tapi Tante juga cukup sadar diri kalau Tante sudah membuat Naya dan Nurul trauma dengan Tante makanya Tante gak mau tinggal sama mereka." jawab Neni."Oh … baiknya hati Tante sekarang trus Tante sekarang tinggal dimana? Karja apa?" lagi-lagi Nova mencecar Neni."Tante sekarang pengurus yayasan panti asuhan jadinya Tante tinggal disana banyak hal positif yang bisa Tante la
"Silvi."Deg!"Hum." dehem Silvi pura-pura cuek menghilangkan kecanggungannya lalu ia menoleh ke samping."Syakila tidur?" tanya Alex membuat Silvi kembali melihat putrinya yang mulai terlelap."Baru mau." jawab Silvi, Alex duduk di sebelah Silvi ia melihat istrinya itu begitu seksi dibalutan handuk yang hanya menutupi sampai paha atasnya."Kakak ngapain liatnya gitu banget?" tanya Silvi tiba-tiba membuat Alex tersadar lalu ia berdiri kemudian mengambil sesuatu di dalam lemari."Nih pake baju dulu dingin udah magrib juga." ucap Alex tiba-tiba memberikan baju tidur pada Silvi."Iya sebentar lagi kasian ini ngantuk banget kayaknya." jawab Silvi gelagapan sesekali ia menahan dingin karena hujan mulai turun.Melihat itu Alex bergegas menutup jendela lalu ia mengambil selimut kemudian mamakaikannya ke punggung Silvi membuat Silvi kaget."Masih dingin gak?""Hah?""Masih dingin gak setelah dibalut selimut gini?" tanya Alex membuat Silvi kembali baper bahkan ia gelagapan sekarang."Em … udah
'Neni kenapa lagi?' ucap Humairah dalam hati."Mbak Neni sekarang dimana?""Ada di dalam gak tau tuh lagi pengen menyendiri kayaknya Mbak." jawab Tari."Ya udah Mbak coba ngobrol dulu ya." lanjut Humairah yang dibalas anggukan oleh Tari.Humairah masuk ke dalam mencari Neni, dari kejauhan ia melihat Neni sedang duduk termenung di kursi panjang, pelan-pelan ia mendekati Neni."Mbak." panggil Humairah membuat Neni menoleh ke belakang."Humairah kapan datang?""Baru aja." jawab Humairah lalu ia duduk di samping Neni."Mbak kok sendiri? Ada masalah kah?""Nggak kok, Mbak pengen menyendiri aja." jawab Neni berbohong membuat Humairah mangut-mangut."Kalo sekiranya Mbak mau curhat sok aja aku siap dengerin walaupun mungkin belum bisa ngasih solusi tapi setidaknya jadi pendengar yang baik." jawab Humairah membuat Neni diam sejenak lalu menarik nafas dalam-dalam."Mbak bingung Huma.""Bingung? Kenapa Mbak? Karena Reza pergi dinas kah?" tanya Humairah yang dibalas gelengan oleh Neni.Perlahan i
Jleb!Neni menunduk mendengar ucapan tegas dari Mawar sebenarnya Mawar juga tidak tega menegur Neni sampai segininya apalagi Neni masih lebih tua dari dirinya, tapi bagaimanapun juga ia harus menegurnya."Ingat Mbak penyesalan gak pernah datang di awal Mbak sudah kehilangan Ibu disaat Mbak sedang merawat Sarah.Dan yang paling harus Mbak jadiin pelajaran Sarah jadi korban Mbak juga, Mbak gak pernah tau apa yang Sarah alami di kampung sana sedangkan Mbak hanya berambisi untuk menghabisi Naya dan Reza.Tapi Allah adil coba lihat Naya dan Reza Allah panjangkan umurnya, Allah kuatkan hatinya dan Allah malah membalikkan semua ambisi Mbak ke siapa? Ke Sarah!" tegas Mawar.Untuk beberapa saat Neni diam kemudian Mawar melihat pundaknya mulai bergetar menandakan ia sedang menangis.Mawar tersenyum lalu ia mengusap pundak Neni."Hati kamu sebenarnya sangat lembut Mbak karena lembutnya kamu sangat mudah termakan omongan orang yang belum jelas asal usulnya." ucap Mawar lembut."Sekarang kamu cuma
Setelah melihat mobil Revan menjauh Mawar tersenyum lalu ia menghela nafas lega.Tanpa membuang waktu ia kembali masuk ke dalam belum sempat ia duduk tiba-tiba Neni datang buru-buru."Naya mana?" tanya Neni membuat Mawar menoleh."Udah pulang.""Hah? Cepat bangat aku bahkan belum meminta maaf." jawab Neni membuat Mawar tersenyum."Kamu ngapain tadi lama benget?""Piket sekalian masakin makanan buat Naya sih tapi dianya udah pulang, dari siang dia belum makan."Neni tampak kecewa saat mengetahui Naya sudah pulang."Udah gak apa-apa sini aku yang makan lain kali masak lagi buat Naya." lanjut Mawar yang dibalas anggukan oleh Neni."Humairah juga pulang?""Iya mereka bareng, Humairah sama Mas Revan nganterin Naya dulu." jawab Mawar sambil merapikan jilbabnya."Oh alhamdulilah aku kira Naya pulang sendiri.""Ya udah ayok aku udah lapar ini nanti Mas Wisnu datang gak sempat lagi makannya." lanjut Mawar.Disisi lain Alex sudah semakin bosan dengan berkas yang banyak di depannya tersebut, ia
"Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng
Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante
Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y
[Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d
"Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran
Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse
Setelah Dokter pulang Reza belum kunjung sadar membuat rasa takut dan panik masih menghantui Naya dan yang lainnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar suara mobil terparkir di halaman. "Siapa yang datang Rey?" tanya Naya, Rey langsung melihat ke arah jendela. "Bang Alex, Kak." jawab Rey membuat Naya mangut-mangut. "Assalamualaikum, waduh rame banget ini, ada apa?" ucap Alex yang sudah berdiri diambang pintu kamar membuat yang lain menoleh. "Walaikumsalam." "Eh … kenapa ini? Reza kenapa?" tanya Alex bingung. "Pingsan Kak." "Hah? Kok bisa?" tanya Alex lagi. "Gak tau tadi lagi berdua doang disini sama Zahra, tiba-tiba aku datang Kak Reza udah gak sadarkan diri di tambah Zahra duduk di dadanya." terang Naya membuat Alex kaget sekaligus lucu mendengarnya. "Zahra mana?" "Tuh." tunjuk Naya, Zahra yang sedang asik dengan bonekanya tidak menyadari Alex sudah di dekatnya. "Zahra …" "Ha …" sahut Zahra sambil mendongak membuat Alex gemas lalu mencubit pipi gembul itu.
Keesokan harinya Naya bangun terlebih dahulu, ia melihat Reza masih tidur pulas. Tanpa membuang waktu ia langsung mengerjakan tugasnya sebagaimana ia seorang istri. Pukul 5.30 Naya mendekati Reza pelan-pelan ia mulai membangunkan suaminya itu. "Kak ..." panggil Naya sambil menggoyang-goyangkan tangan Reza membuat sang empu mulai terusik kemudian membuka matanya. "Hem." dehem Reza lalu ia bangkit dari ranjang menunaikan ibadah sholat subuh. Sedangkan Naya yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang lalu ia memilih keluar dari kamar. 15 menit kemudian Reza sudah selesai melakukan sholat, ia bangkit lalu melihat ke arah ranjang Zahra. Dan benar saja anak kecil itu sudah duduk disana membuat bibir Reza tersenyum lalu ia menggendong Zahra. "Anak kecil udah bangun?" ucap Reza membuat Naya mengusap-usap wajahnya. "Ayo kita cuci muka dulu biar gak ngantuk lagi." lanjut Reza lalu ia membawa Zahra ke kamar mandi mengusap air ke wajah Zahra. Hal itu membuat Zahra sedikit kaget kar
Tiba-tiba saja air mata Naya semakin deras memastikan yang didepannya itu adalah RezaBegitu Reza sangat dekat Naya bahu Naya kembali bergetar hebat seolah-olah memberitahu jika dirinya tidak sedang baik-baik saja."Hiks ... Kakak ..." pinta Naya selirih mungkin membuat laki-laki itu membuka kacamatanya lalu menatap Naya bingung."Kakak baik-baik aja kah?""Kamu siapa ya?"Jleb!Naya langsung luruh ke lantai ia tidak bisa lah menopang tubuhnya."Eh ... Kenapa kamu malah duduk? Apa kamu mengenal saya?" tanya Reza membuat Naya tidak bisa menjawab apa-apa lagi."Eh Bu ... Kenapa ini?" tiba-tiba security menghampiri Naya yang duduk di lantai."Mbak kenapa ayo saya bantu berdiri saya antarkan pulang ya Mbak." ucap satpam tersebut karena ia sudah benar-benar kasihan sama Naya.Naya hanya diam dibantu security tersebut untuk berdiri matanya terus menatap Reza tapi lidahnya sudah kaku dan kelu."Ayo Mbak jangan begini terus setiap hari kasian keluarga Mbak." nasehat security tersebut."Saya b