"Gimana Mas?" "Tapi Zoy, nanti Mas di penjara gimana? Siapa yang nemenin kamu?" tanya Tio, Zoya paham sekarang suaminya sedang diambang kebingungan yang luar biasa."Mas, kita serahkan semuanya sama yang maha pencipta, tugas kita hanya jujur untuk selanjutnya bismillah aja, aku sangat bangga dan bahagia jika Mas mampu melakukan yang aku bilang ini, aku gak akan pernah ninggalin Mas kalo Mas mau jujur," ucap Zoya menguatkan Tio membuat air mata Tio tanpa terasa menetes begitu saja, Zoya tersenyum ia tahu sebenarnya suaminya ini sangat baik bahkan Tio rela melakukan apapun demi dirinya.Perlahan tangannya terulur mengusap air mata Tio membuat Tio menatap gadis itu lekat-lekat."Kita lalui sama-sama ya," ucap Zoya lembut membuat Tio langsung menenggelamkan wajahnya di dada Zoya, ia menumpahkan tangis yang sudah lama ia pendam."Aku bersyukur banget punya suami kayak Mas Tio, makasih ya Mas," lanjut Zoya sambil mengusap rambut suaminya itu, bibirnya tersenyum tapi air mata Zoya juga ikut
"Sebelumnya terima kasih banyak Mbak Zoya dan Mas Tio yang sudah mau repot-repot kesini demi memberi tahu tentang Naya," ucap Alex membuat Tio dan Zoya langsung mengangguk."Mau minum apa? Atau makan apa? Saya pesanin," tanya Alex."Apa aja Mas," jawab Zoya membuat Alex mengangguk lalu ia memanggil pelayan kafe tersebut."Sebelumnya saya mau minta maaf sedalam-dalamnya sama Pak Alex dan juga keluarganya khususnya Pak Reza dan Mbak Naya, sebenarnya kalo saya pribadi saya tidak akan berani menemui Pak Alex sekarang," ucap Tio membuat Alex mengernyitkan dahinya."Lex," panggil seseorang membuat Alex langsung menoleh."Eh Kek, duduk-duduk," lanjut Alex mempersilahkan Adinata duduk si sebelahnya."Lanjut Mas, insyaallah kami tidak akan marah karena semuanya sudah terjadi juga, cuma sekarang harapan utama kami ingin mengetahui keberadaan Naya," ucap Alex yang dibalas anggukan oleh Adinata."Iyah bener kata Alex kalo semisalnya kamu terlibat bersama Neni kami tidak marah, justru kami berteri
Keesokan harinya, Tio sudah sangat siap berangkat kerja, saat ia merapikan pakaiannya tiba-tiba Zoya memeluknya dari belakang membuat Tio langsung tersenyum melihat istrinya tersebut dengan handuk yang melilit di kepalanya."Makasih sayang," ucap Tio sambil menarik Zoya ke hadapannya membuat Zoya tersenyum sambil mengangguk. Lalu tangannya terulur merapikan dasi suaminya tersebut."Aku belum nyiapin makan, karena kesiangan, cuma nasi yang baru mateng," ucap Zoya sambil memanyunkan bibirnya seperti anak kecil yang mau nangis membuat Tio tersenyum lalu mengangguk."Gak apa-apa dong, kan kamu kesiangan gara-gara aku juga, iya gak?" goda Tio membuat Zoya tersipu malu lalu memukul lengan suaminya itu pelan."Jangan terusin Mas, aku mau masakin lauk simple aja," jawab Zoya hendak meninggalkan Tio, tapi dengan cepat Tio menangkap tubuh mungil istrinya tersebut."Gak usah kan aku udah bilang, aku udah pesan online sayang," bisik Tio membuat Zoya tersenyum lalu mendongak mencium pipi suaminya
"Pa–pak," ucap Nova membuat Alex langsung mendekati mereka. "Saya rasa apapun yang terjadi sama saya dan Silvi itu tidak ada urusannya sama kamu, cukup kerjain tugas kamu aja gak usah aneh-aneh dan kalo gak ingin di pecat," tegas Alex membuat Nova mengangguk.Silvi langsung kembali melanjutkan jalannya, rasanya tidak ada gunanya lama-lama di kantor Alex.Alex yang melihat Silvi pergi lalu mengejar gadis itu."Vi," panggil Alex membuat Silvi langsung berhenti lalu menoleh."Apalagi?" tanya Silvi, kali ini Alex paham kalau mood Silvi lagi gak bagus."Saya anter ya,""Gak usah," tolak Silvi jutek membuat Alex langsung memutar otak."Kita ke rumah sakit dulu, kasian Reza nanyain Naya terus," lanjut Alex membuat Silvi langsung menghela nafas panjang lalu ia mengikuti Alex.Sampai di rumah sakit, Silvi masuk ke dalam ruangan sedangkan Alex ngobrol sama Adinata di luar."Kak Reza," panggil Silvi membuat Reza langsung membuka matanya lalu berusaha tersenyum."Silvi,""Iya Kak, ini Silvi," jaw
"Pak," panggil seseorang membuat keduanya langsung menoleh. "Kita pulang dulu Pak, ini udah ditanyain sama Bu Tari, beliau udah nunggu," ajak Adam buru-buru membuat Reza dan Tio langsung saling melempar pandangan."Ya sudah ayo berangkat," jawab Alex sebelum melangkah ia mengambil foto Naya sedang berjualan di tepii jalan.***Disisi lain, Nova sedang di marahi habis-habisan oleh ketua HRD karena setiap hari Nova terus membuat ulah."Kamu gak boleh gitu Nova, semua orang disini butuh uang gak kamu aja, jadi kamu gak boleh sembarang dan gegabah kayak tadi, bahasa kamu juga harus diubah itu ke yang lebih sopan karena disini gak cuma kamu kamu sendiri, banyak orang mendengarkan ucapan kamu," nasehat HRD tersebut membuat Nova memutar mata malas."Iya Pak, o iya Pak kalo boleh tau Pak Alex ngapain ya berangkat keluar pulau segala?" tanya Nova kepo membuat HRD tersebut bingung."Kamu gak usah alihin pembicaraan Nova, bukan urusan kamu pak Alex mau kemana, yang perlu saya sampaikan sepertiny
Deg! Tiba-tiba saja air mata Naya luruh, ia kembali membayangkan Reza di pukuli dan dicambuk oleh Neni dan komplotannya."Pa–pak Alex ngapain kesini?" tanya Naya, ia hampir saja luruh ke lantai. Dengan cepat Tari memeluk Naya menenangkan gadis itu."Naya kami kesini– "Kenapa kalian kesini? Bapak ingin melihat suami saya di bunuh beneran, kenapa kalian nyari aku, hiks …," tangis Naya pecah di pelukan Tari."Sabar sayang, dengerin Alex ngomong dulu," bujuk Tari sambil mengusap pundak Naya yang mulai gemetaran."Reza butuh kamu Naya," ucap Alex membuat Naya langsung menoleh."Maksud Bapak? Apa Kak Reza meninggal?" tanya Naya hati-hati membuat Alex dan Tio langsung menggeleng."Dan kamu," tunjuk Naya, ia kembali mengingat preman yang mengantarkannya ke Bandara."Ka–kamu komplotan preman itu, bagaimana dengan suami saya? Apa kalian terus mengahabisinya, hiks …?" tangis Naya semakin pecah membuat Tio langsung menunduk sekilas ia tidak tega mendengar suara Naya.Ntah kenapa ia langsung terin
"Reza!" Semuanya kaget melihat Reza melepas infusnya, ia berjalan tertatih-tatih menghampiri Naya, air mata Naya seketika luruh melihat kondisi Reza yang penuh dengan bekas luka, belum berapa langkah Naya langsung berlari ke depan Reza memegang kedua lengan Reza."Kenapa di lepas Kak?" tanya Naya panik melihat tangan Reza berdarah, tapi anehnya Reza malah tersenyum sambil matanya berkaca-kaca kemudian ia mengangguk, walaupun perutnya terasa perih."Gak apa-apa," jawab Reza lirih.Detik kemudian hampir saja Reza limbung karena ia masih butuh perawatan lebih sebenarnya. Naya langsung menahan Reza dengan memeluknya membuat suster yang sedari tadi memperhatikan mereka langsung mengehela nafas lega. Reza menyandarkan kepalanya di pundak Naya."Maaf," ucap Reza lagi membuat Naya langsung menggeleng. Semua keluarganya meneteskan air mata begitu juga dengan Alex."Pak Reza, ayo kembali berbaring," ucap suster tersebut hendak membantu Reza, tapi Reza tidak kamu ia malah mengeratkan pelukannya
"Mama bentak aku?" tanya Sarah tidak percaya, Neni langsung menghembuskan nafas kasar. "Udahlah apapun yang Mama lakuin 'kan demi kamu juga," lanjut Neni membuat Sarah langsung diam."Tapi aku takut Mama kenapa-kenapa, nanti pasti diamuk sama mereka," ujar Sarah membuat Neni tersenyum. "Tenang aja,"Disisi lain, hari sudah menunjukkan pukul 12 malam, Alex baru sampai di apartemennya, ia langsung menghempaskan tubuhnya di ranjang sambil memejamkan matanya."Huh …. akhirnya Naya pulang juga, tapi Neni gak bisa di biarin gitu aja sih, namanya ular ya tetap aja ular," gumamnya Alex lalu ia merogoh saku celananya mengambil ponsel.Ia membuka matanya sambil menyalakan ponselnya karena merasa ada pesan masuk.[Kak]Pesan singkat tersebut mampu membuat bibir Alex mengembang, Alex bukan tipe orang yang suka basa-basi, dengan cepat tangannya menekan tombol video call.Disisi lain, Silvi yang hampir saja tertidur karena Alex tidak kunjung membalas pesannya langsung bangun lagi mendengar ponselny
"Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng
Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante
Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y
[Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d
"Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran
Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse
Setelah Dokter pulang Reza belum kunjung sadar membuat rasa takut dan panik masih menghantui Naya dan yang lainnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar suara mobil terparkir di halaman. "Siapa yang datang Rey?" tanya Naya, Rey langsung melihat ke arah jendela. "Bang Alex, Kak." jawab Rey membuat Naya mangut-mangut. "Assalamualaikum, waduh rame banget ini, ada apa?" ucap Alex yang sudah berdiri diambang pintu kamar membuat yang lain menoleh. "Walaikumsalam." "Eh … kenapa ini? Reza kenapa?" tanya Alex bingung. "Pingsan Kak." "Hah? Kok bisa?" tanya Alex lagi. "Gak tau tadi lagi berdua doang disini sama Zahra, tiba-tiba aku datang Kak Reza udah gak sadarkan diri di tambah Zahra duduk di dadanya." terang Naya membuat Alex kaget sekaligus lucu mendengarnya. "Zahra mana?" "Tuh." tunjuk Naya, Zahra yang sedang asik dengan bonekanya tidak menyadari Alex sudah di dekatnya. "Zahra …" "Ha …" sahut Zahra sambil mendongak membuat Alex gemas lalu mencubit pipi gembul itu.
Keesokan harinya Naya bangun terlebih dahulu, ia melihat Reza masih tidur pulas. Tanpa membuang waktu ia langsung mengerjakan tugasnya sebagaimana ia seorang istri. Pukul 5.30 Naya mendekati Reza pelan-pelan ia mulai membangunkan suaminya itu. "Kak ..." panggil Naya sambil menggoyang-goyangkan tangan Reza membuat sang empu mulai terusik kemudian membuka matanya. "Hem." dehem Reza lalu ia bangkit dari ranjang menunaikan ibadah sholat subuh. Sedangkan Naya yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang lalu ia memilih keluar dari kamar. 15 menit kemudian Reza sudah selesai melakukan sholat, ia bangkit lalu melihat ke arah ranjang Zahra. Dan benar saja anak kecil itu sudah duduk disana membuat bibir Reza tersenyum lalu ia menggendong Zahra. "Anak kecil udah bangun?" ucap Reza membuat Naya mengusap-usap wajahnya. "Ayo kita cuci muka dulu biar gak ngantuk lagi." lanjut Reza lalu ia membawa Zahra ke kamar mandi mengusap air ke wajah Zahra. Hal itu membuat Zahra sedikit kaget kar
Tiba-tiba saja air mata Naya semakin deras memastikan yang didepannya itu adalah RezaBegitu Reza sangat dekat Naya bahu Naya kembali bergetar hebat seolah-olah memberitahu jika dirinya tidak sedang baik-baik saja."Hiks ... Kakak ..." pinta Naya selirih mungkin membuat laki-laki itu membuka kacamatanya lalu menatap Naya bingung."Kakak baik-baik aja kah?""Kamu siapa ya?"Jleb!Naya langsung luruh ke lantai ia tidak bisa lah menopang tubuhnya."Eh ... Kenapa kamu malah duduk? Apa kamu mengenal saya?" tanya Reza membuat Naya tidak bisa menjawab apa-apa lagi."Eh Bu ... Kenapa ini?" tiba-tiba security menghampiri Naya yang duduk di lantai."Mbak kenapa ayo saya bantu berdiri saya antarkan pulang ya Mbak." ucap satpam tersebut karena ia sudah benar-benar kasihan sama Naya.Naya hanya diam dibantu security tersebut untuk berdiri matanya terus menatap Reza tapi lidahnya sudah kaku dan kelu."Ayo Mbak jangan begini terus setiap hari kasian keluarga Mbak." nasehat security tersebut."Saya b