Share

14 - Nasib yang Tak Terduga

Penulis: Heaven Nur
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-02 22:31:35

"Kamu Naima, kan?" tanya wanita cantik berlesung pipi yang baru saja menunjukkan arah ke toko.

Terlihat wanita ini menatap lekat padaku sambil mengernyitkan dahi. Melihat wajah ayu itu tampak bingung membuatku berusaha keras mengingatnya.

"Iya, aku Naima," jawabku. "Tapi maaf, kamu siapa?"

"Oh, ternyata kamu tinggal di sini? Kenapa aku nggak pernah liat kamu, ya?" tanyanya tanpa menjawab rasa penasaranku. Aku menangkap respon tidak suka dari raut wajahnya.

Aku tersenyum padanya. "Iya, aku baru aja pindah ke sini," jawabku. "Maaf, kamu siapa? Apa kamu mengenalku?"

"Pantesan, baru liat sekarang," sahutnya. "Kamu mungkin nggak akan ingat aku, karena kita memang nggak dekat. Tapi, walaupun begitu, aku masih ingat sama kamu. Kita sempat satu sekolah dulu waktu SMA," jelas wanita itu seraya menoleh ke arah rumahku.

"He, iya, maaf. Aku benar-benar lupa," balasku lagi. Sebenarnya keadaan ini sangat canggung. Aku merasa tidak enak padanya, karena kesulitan mengingat masa SMA dulu.

"Aku Sa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku   15 - Penjual Brownies

    "Maaf, Mbak. Mbak tidak apa-apa, kan?" tanya pria yang bertabrakan denganku. Pria itu menatapku dengan sorot mata cemas. Ah, kenapa aku malah ngelamunin Mas Ilham?Dengan cepat aku menggeleng penuh keyakinan. "Tidak apa-apa, Mas," jawabku. "Maaf, Mas. Bu Darminah-nya ada?" Mumpung ada anggota keluarga dari tuan rumah, lebih baik aku bertanya. Karena aku baru pertama kali ke rumah ini, rasanya sungkan juga jika harus mengetuk pintu di saat banyak tamu seperti ini. Pria yang masih berdiri tegap di hadapanku kembali tersenyum. "Oh, Mami. Ada tuh di dalam. Mbak langsung masuk aja," jawab pria itu sambil memutar badan meneruskan langkahnya yang tertunda. Ternyata dia anak Bu Darminah. Aku pun ikut melangkah maju mendekati pintu yang setengah terbuka. Terlihat dari luar beberapa wanita berpakaian anggun duduk di sofa, sementara itu ada beberapa pria duduk di sofa yang lain. Tampaknya mereka adalah para anak Bu Darminah yang sedang melepas rindu dengan saudara mereka. Aku mengetuk pintu

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-04
  • Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku   16 - Dituduh Pelakor

    Telapak tangan Sania terasa panas mengenai pipi. Astaghfirullah ... sebenarnya ada apa ini? "Dulu kamu rebut Ilham dariku, dan sekarang kamu goda lagi suamiku! Sebenarnya mau kamu ini apa? Hah?! Dasar janda gatel!" Suara teriakan Sania terngiang nyaring hingga memekakkan telinga. Wanita ini sangat emosi terlihat dari wajahnya yang merah padam menatap tajam ke arahku. Tapi, kenapa dia menuduhku menggoda suaminya? Padahal aku saja tidak tahu suami Sania itu siapa. "Maaf, Sania. Maksudmu apa? Kenapa kamu datang ke rumahku dan tiba-tiba menuduhku seperti ini?" tanyaku kebingungan. Tahu suaminya saja tidak, bagaimana aku akan menggodanya. Tapi bukan berarti jika aku tahu suaminya, aku akan melakukan yang dituduhkan itu, ya? Aku sadar kalau aku ini janda, tapi ya nggak harus gitu juga. Aku ingin jadi janda bermartabat, karena sedikit banyak aku tahu tentang agama. Jangankan merebut suami orang, dalam bergaul dengan pria lain pun aku berusaha memberi batasan. Sania semakin melebarkan ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-05
  • Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku   17 - Kang Ujang Berulah

    [Mbak Naima, bisa bicara sebentar?] Kubaca pesan singkat dari nomor tak dikenal itu dengan penasaran. Dengan cepat aku membalas pesan singkat itu untuk menanyakan siapakah dia. Baru juga pesan terkirim, SMA balasan sudah masuk lagi di layar handphone. [Aku telepon ya, Mbak?] Bukannya menjawab dia siapa, tapi si pengirim pesan singkat ini memaksa ingin menelepon. Tapi ya sudahlah, akan lebih jelas juga jika bertanya langsung lewat suara. Siapa tahu dia pelanggan yang akan membeli banyak brownies dariku. Ngarepnya sih gitu. [Iya, boleh] Kuketik kalimat itu dan langsung mengirimnya. Beberapa detik kemudian, nomor tak dikenal itu langsung meneleponku. "Mbak Naima baik-baik saja, kan?" tanya suara seorang pria dari seberang telepon. Entah mengapa dari suaranya aku sepertinya sangat kenal. "Kan Ujang? Ini Kang Ujang, kan?" tanyaku untuk memastikan. Aku sering meneleponnya karena meminta diantar-jemput, jadi lumayan paham dengan suara Kang Ujang. "Iya, Mbak. Ini aku," jawabnya mengaku

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-06
  • Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku   18 - Kenekatan Ujang

    Ya Allah .... Aku sangat terkejut mendapati Kang Ujang yang entah masuk lewat mana, tapi saat ini ia sudah tergap berdiri di hadapanmu. Pria bertubuh tinggi itu menyeringai penuh misteri. "Mbak Naima nggak usah takut. Aku di sini cuma sebentar saja," ucapnya seraya bergerak melangkah mendekatiku. "Emm ... Mbak Naima sudah lama tidak ada yang menemani, kan? Bagaimana kalau hari ini aku temani?" "Apa?!" Aku sangat terkejut dengan ucapan tukang ojek langganan ini. Langkah Kang Ujang terhenti sesaat. Pria itu kembali mentapku sambil menyeringai. "Sebenarnya aku sudah lama menaruh hati sama kamu, Mbak. Tapi selalu kutahan, karena ingat istriku," ucapnya lagi yang kembali melangkah maju. Kakinya yang panjang membuat langkahnya begitu cepat."Tolong, Kang. Jangan berani berbuat yang aneh-aneh!" Aku semakin takut dengan apa yang akan dilakukan Kang Ujang padaku."Nggak aneh, kok. Cuma mengajak Mbak Naima bersenang-senang." Kang Ujang semakin mrndekatiku, sementara aku semakin menghindar.

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-07
  • Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku   19 - Kebenaran tentang Ujang

    "Mas Hakim siapa, Bu?" "Itu lho, pemuda yang tadi nolongin sampean, Mbak Naima. Dia anaknya Bu Darminah, yang dari luar negeri itu," jelas Bu Tuti padaku. Benarkah? Mungkin karena tadi keadaanku dalam kekalutan, sehingga membuatku tidak memperhatikan wajahnya."Apa dia sudah pulang?" Aku lupa belum berterima kasih padanya, karena sudah menolongku. Bu Tuti mengangguk pelan. "Iya, sudah. Tadi pas aku ke sini, Mas Hakim langsung pamit pulang," jawabnya. "Bu, apa Kang Ujang benar-benar sudah dibawa ke kantor polisi?" Aku masih sangat takut jika hal beberapa menit yang lalu terjadi lagi. Ya Allah ... selalu lindungi hamba. "Katanya sudah, Mbak. Tapi aku nggak tahu pastinya. Mbak Naima tenang aja, karena untuk hari ini aku akan menemani sampean," jelas Bu Tuti lagi yang membuatku sedikit lega.***Seminggu berlalu. Keadaan mentalku sudah semakin membaik. Aku sudah mulai melakukan aktivitasku seperti biasa lagi. Semua berkata pertolongan Bu Tuti yang berprofesi sebagai guru. Tetangga s

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-09
  • Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku   20 - Sang Penolong

    Sania begitu terlihat serius dengan ucapannya. Meskipun aku adalah korban, tetapi aku tidak ikut campur dalam pemenjaraan Kang Ujang. Menurut Bu Tuti dan Bu Siti, semua urusan itu sudah ditangani sepenuhnya oleh Mas Hakim. Anak Bu Darminah yang telah menolongku. Lalu, bagaimana caraku menolong Sania? "Naima, tolonglah aku," pinta Sania lagi terdengar memelas. Cintanya pada Kang Ujang tampak sangat besar, sehingga membuatnya sanggup menerima kesalahan sang suami. "Entahlah ... aku tidak tahu apakah bisa menolongmu atau tidak.""Kumohon, Nai. Maafkanlah Kang Ujang, bebaskan dia dari penjara. Aku janji akan langsung mengajaknya pindah dari sini." Sania mengatakan itu kembali dengan wajah penuh harap, yang membuatku bersimpati padanya. "Jangan mau, Nai. Bagaimanapun, pria mesum itu harus menerima hukuman setimpal," bisik Bu Siti tepat di telingaku. Mengingat kelakuan Kang Ujang, tampaknya Bu Siti masih belum terima.Tapi aku tidak bisa menutup mata dengan apa yang ada di hadapanmu saat

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-10
  • Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku   21 - Kembali Pulang

    "Naima? Kamu Naima, kan?" Seorang wanita paruh baya terhenyak saat melihatku turun dari mobil. Wanita itu adalah Bu Halimah, ibu panti yang telah membesarkanku sejak kecil. Aku memang durhaka padanya. Sudah dirawat sedari kecil, tetapi setelah menikah dengan Mas Ilham aku tidak pernah berkunjung ke sini. "Iya, Bu. Maafkan Naima nggak pernah main ke sini." Kupeluk tubuh Bu Halimah yang terlihat sudah rapuh karena memang usianya sudah tidak lagi muda. "Ya Allah, Naima. Ibu kangen banget sama kamu." Bulir bening mulai menetes membasahi pipi. "Kenapa kamu nggak pernah ke sini? Ibu kehilangan kontakmu juga, jadi ibu nggak bisa menghubungimu." Ucapan Bu Halimah membuatku merasa sangat berdosa. "Maafkan Naima, Bu. Aku memang anak yang tidak tahu malu. Di saat bahagia, aku melupakan keluargaku yang sebenarnya. Dan kini, saat dalam masalah, aku baru mencari mereka lagi. "Sudah, sudah. Yang penting sekarang Ibu bisa lihat kamu lagi. Ibu sudah sangat senang." Bu Halimah tersenyum bahagia. "

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-11
  • Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku   22 - Tamu Spesial

    Hari pertamaku kembali tinggal di panti. Pagi-pagi sekali Bu Halimah sudah menyiapkan sarapan dibantu dengan tiga wanita pengurus lain, yang aku tidak mengenalnya. Mereka bukan pengurus waktu aku tinggal di sini dulu. Aku menghampiri Bu Halimah yang sedang duduk sambil memotong sayur. Aku ingin membantu-bantu dan menyampaikan niat ingin buka usaha brownies di sini. Dengan menerima pesanan dari luar seperti yang kulakukan sebelumnya. "Sini, Nai." Bu Halimah menyambutku dengan senyuman.Beliau mengenalkanku pada tiga perempuan yang sedang memasak dengannya. Ada Bu Ida yang jika kulihat wajahnya mirip Bu Ratih, mantan mertuaku. Ada Bu Kasih, wanita berkulit putih yang ternyata di sini tinggal bersama suaminya. Dan satu lagi Mbak Salma, wanita manis yang kutaksir usianya kurang lebih denganku. Bisa jadi malah lebih muda dariku, jika dilihat dari wajahnya yang bersih terawat.Menurut cerita Bu Halimah, Mbak Salma adalah anak salah satu donatur tetap panti yang ingin mencari pengalaman d

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-13

Bab terbaru

  • Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku   51- END (Kebahagiaan yang Ditunggu)

    POV Author"Jadi, kamu suaminya Naima??" Ratih, mantan mertua Naima itu sangat terkejut. Dia begitu kagum melihat pria yang berdiri di hadapannya. Dalam pikirannya, ia tak pernah mebayangkan bahwa menantu yang disia-siakannya sekarang mendapat suami super sempurna.Ratih tahu jika Hakim adalah pria kaya, tetapi ia sama sekalian tidak tahu jika pria itu juga masih sangat muda dan tampan. Bagaimana mungkin, seorang janda rendahan dipersunting pria istimewa ini?Namun, rasa kagum itu tak mungkin ia tampakkan. Tidak mungkin ia memuji Hakim sementara hatinya begitu membenci Naima. "Iya, saya suami dari Naima." Hakim menjawab dengan kalimat penuh penekanan. Sementara tu, hatinya masih menerka-nerka siapa dia orang wanita yang sedang merundung istrinya. Perdebatan pun terjadi, hingga Hakim akhirnya tahu bahwa wanita itu adalah ibu dari Ilham, mantan suami Naima. Dan wanita muda yang berdiri di sampingnya adalah Melissa, istri kedua Ilham saat ini. "Dari mana kamu tahu tentang Ilham? Pasti

  • Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku   50 - POV Hakim ( Saling Mengerti)

    "Apa aku nggak salah dengar, Dek?" Aku begitu terkejut mendengar pengakuan dari Naima. Bagaimana mungkin pria yang sudah merugikan perusahaanku adalah mantan dari istriku sendiri.Apa mungkin ... pria itu sengaja melakukan ini padaku? Karena dia tahu aku adalah suami mantan istrinya? Ah, entahlah .... "Mas, kamu jangan marah ya? Aku nggak pernah berniat merahasiakan ini." Naima kembali berucap dengan mata nanar menatapku. Bagaimana mungkin aku akan marah padanya, sementara dia adalah kucing manis yang selalu diam di rumah. Maksudku, dia adalah istri sempurna bagiku terlepas dari sikap buruk mantan suaminya. Dengan penuh cinta aku membelai bahunya. "Siapa yang marah, Dek? Mas nggak marah kok. Cuman agak kaget aja." "Iya, Mas. Aku juga baru tahu kalau perusahaan tempat Mas Ilham bekerja jadi partner kerjamu waktu dia datang ke sini," terang Naima lagu dengan penuh kesungguhan. "Iya, Dek. Mas paham." Aku kembali menyahut. "Tapi, apa kamu tahu bagaimana sifat asli mantan suamimu itu?

  • Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku   49 - POV HAKIM ( Hukuman)

    Apa yang terjadi?"Maaf, Pak Haris. Apa maksud Bapak?" Aku sangat terkejut dengan file yang sedang kupegang.Pemuda yang usianya kurasa masih di bawahku itu tersenyum simpul. "Itu adalah rekapan dari semua biaya proyek yang sedang kita garap. Lihatlah lagi dengan teliti. Di sini tidak terlihat adanya kecurangan atau penggelapan dana yang dilakukan Saudara Ilham yang notabene adalah karyawan saya. Jadi, saya harap Anda menarik kembali ucapan dan tuduhan Bapak pada Saudara Ilham!""Apa??" Aku sangat terkejut. Bisa-bisanya Ilham memanipulasi lagi data yang sudah kami dapat sehingga membuatnya terbebas dari kesalahan. Aku sangat marah hingga tak sengaja aku berdiri seketika dan menarik kerah karyawan licik itu. "Jangan kamu pikir setelah membuat file baru kamu akan aman, hah! Aku punya bukti bahwa semua ini sudah kamu rencanakan dari awal. Dasar manusia licik!" "Tenang, Pak. Tenang ...." Romi berusaha menarik lenganku, tetapi tanganku sangat kuat mencengkeram kerah Ilham, membuat pria

  • Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku   48 - POV Hakim ( Kenyataan Lain)

    Pagi-pagi sekali aku sudah bersiap. Sesuai rencana, aku dan Romi akan ke perusahaan tempat Ilham bekerja. Di mana perusahaan itu saat ini sedang bekerja sama dengan kami.Aku sangat berharap proyek yang kami garap ini berakhir dengan hasil yang memuaskan. Sayang seribu kali sayang, bukannya untung aku malah buntung. Karena keserakahan satu orang membuat hasil yang akan kami dapat sangat tidak sesuai. Bidang perusahaan yang sedang kurintis adalah tentang properti. Di mana aku bekerja sama dengan berbagai perusahaan kontraktor untuk membangun perumahan yang siap huni. Dengan penuh harap aku memulai kerja sama dengan perusahaan besar yang cukup terkenal milik seorang pemuda bernama Haris. Awalnya, proyek terlihat berjalan dengan baik. Aku juga sering memantau langsung ke lapangan. Akan tetapi, karena kesibukan dan aku selalu ingin menemani Naima di rumah, itu menjadikanku tidak bisa mengontrol langsung proyek yang sedang berjalan. Hanya Romi yang kutugaskan sesekali untuk mengontrol

  • Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku   47 - POV Hakim (Menyelesaikan Permasalahan)

    Aku begitu terkejut mendapati kabar dari sekretarisku. Pikiranku yang panas karena Intan seketika terasa semakin mau pecah. Bagaimana mungkin, file penting tentang proyek baru kami dicuri oleh seseorang. Untung saja kami memasang beberapa CCTV di berbagai titik di perusahaan, sehingga membuat Romi, sekretaris sekaligus orang kepercayaanku bisa dengan cepat melacak dan menemukan pencurinya. "Bapak harus segera ke kantor. Ini saya sudah mengkonfirmasi pencurinya. Jika Bapak mau, kita bisa melaporkan hal ini langsung ke kantor polisi," ucap Romi memberikan saran. Ia juga begitu geram dengan ulah Ilham.Sudahlah menggunakan uang proyek yang sedang berjalan, kini malah mencuri data penting yang kami simpan. Aku sudah bisa memastikan motif pria itu melakukan hal ini, tetapi aku juga ingin mendengar pengakuannya sendiri nanti. "Baiklah, nanti kita bicarakan di kantor. Ini saya masih di rumah ibu. Saya mau antar istri pulang dulu, baru setelah itu langsung ke kantor. Kamu tunggu saja di san

  • Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku   46 - Pilihan yang Tepat

    "Intan, ada apa? Kenapa kamu menangis?" Aku memeluk tubuh adik ipar dengan penuh kekhawatiran. Padahal di ruang tamu saat ini, kekasihnya sedang melamar, tetapi kenapa dia malah menangis di sini? "Ada apa, Intan? Kenapa kamu menangis?" Sekali lagi aku bertanya. Hubunganku dengan Intan terbilang cukup dekat. Selain karena umur kami yang tidak terlalu jauh, Intan adalah wanita supel yang selalu bisa membuatku tersenyum.Gadis itu masih belum mau menjawab. Dia malah kembali membenamkan wajah ke bantal, hingga suara tangis histeris terdengar."Ada apa ini?" Tiba-tiba pintu terbuka. Mas Hakim sudah Berdiri tegap di ambang pintu. Mungkin suamiku mendengar tangisan adiknya, sehingga membuatnya bergegas untuk memastikan. "Dek, ada apa ini? Kenapa Intan menangis?" tanyanya padaku yang langsung kutanggapi dengan gelengan kepala. "Aku juga nggak tahu, Mas. Tadi pas aku masuk, Intan sudah nangis begini."Mas Hakim bergerak mendekati adiknya. "Kamu kenapa, Intan? Di luar sana, kekasihmu seda

  • Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku   45 - Kenyataan adalah Takdir

    Mas Hakim terbelalak. "Cowok!?""Lho, kenapa, Pak? Biasanya bapaknya pengen anak cowok. Ini kok malah kaget?" tanya Dokter Rossa diselingi tawa renyah. Aku hanya tersenyum melihat sikap Mas Hakim yang kebingungan, karena mimpinya semalam dan hasil pemeriksaan hari ini berbeda.Pria itu mendekat padaku seraya tersenyum. "Benar katamu, Dek. Mungkin mimpi Mas cuma bunga tidur karena terlalu semangat pengen ketemu anak kita.""Tapi Mas nggak kecewa, kan?" Kuamati wajah Mas Hakim yang kini sudah berdiri di sampingku."Enggaklah, Dek ... mau cowok atau cewek, yang penting sehat. Lahir dengan selamat. Itu sudah lebih dari cukup untuk Mas. Alhamdulillah, banyak di luaran sana pasangan yang mendambakan keturunan, tetapi tak kunjung dikabulkan," jelas Mas Hakim lagi yang kutanggapi dengan senyuman manis. "Jadi, karena mimpi punya anak perempuan?" Dokter Rossa yang sedari tadi diam ikut menyahut. "Hehe, iya, Dok. Cuma ingin memastikan saja," jawab Mas Hakim dengan sopan. Tidak sampai satu ja

  • Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku   44 - Cewek atau Cowok?

    Mas Ilham?!Aku benar-benar terperangah melihat mantan suamiku berdiri di halaman rumah. Dia sedang berbincang dengan Mas Hakim di sana. Tampak sangat serius yang membuatku semakin penasaran. Langkahku terhenti di depan jendela, tetapi aku masih tetap mengintai mereka. Mas Ilham tiba-tiba berlutut di hadapan Mas Hakim yang sedang berdiri di samping mobil. Seakan begitu merasa bersalah, hingga membuat Mas Ilham tidak memperdulikan celananya kotor terkena tanah. "Tolong beri kesempatan untuk saya, Pak! Saya akan memperbaiki semua kesalahan yang sudah kuperbuat!"Mas Hakim berkacak pinggang. "Bagaimana caranya? Hah!?" Terlihat sombong sekali suamiku. Namun, aku tahu pasti ada hal yang membuatnya sangat marah begitu. "Saya akan mengganti semua uang yang sudah saya gunakan, Pak," balas Mas Ilham dengan tertunduk menyesal. Mas Ilham akan mengganti uang yang dipakainya? Apakah ini tentang apa yang dikeluhkan Mas Hakim kemarin? Tentang karyawan yang menggelapkan dana proyek?Mas Hakim be

  • Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku   43 - Bucin

    "Sayang, hari ini jadi ke klinik, kan?" Mas Hakim yang habis salat subuh menghampiriku di dapur. Saat ini aku sedang menyeduh kopi untuknya. "Jadi, Mas." Aku menjawab dengan santai. Setelah kopi buatanku siap, aku meletakkannya di atas meja makan. "Ini kopinya, Mas.""Terima kasih, Sayang ...." Pria yang hampir setahun menikahiku ini tersenyum manis sambil mengelus-elus perut besarku. "Nanti kita ketemu lagi, Sayang. Papa nggak sabar deh, pingin lihat kamu," ucapnya dengan logat dibuat-buat seperti anak kecil. "Iya, Papa ... aku juga pengen banget ketemu sama Papa." Aku menyahut dengan ekspresi yang sama. Mas Hakim sama sekali tidak merasa lucu. Dia malah semakin bersemangat mengajak perutku berbicara. "Baik-baik di sana ya, Sayang. Jangan nakal! Nendangnya jangan kenceng-kenceng, nanti Mama bisa kesakitan.""Udah ah, Mas. Aku capek, mau duduk juga." Aku mengeluh seraya menarik kursi untukku duduk. "Oh, iya ... Tuan Putri, duduklah," balas Mas Hakim yang terus saja menyunggingk

DMCA.com Protection Status