Happy Reading.
WARNING! ADEGAN 21++! YANG MASIH DI BAWAH UMUR DIHARAP JANGAN MEMBACA BAB INI."Kak Ion mau apa?" Zayla merasa akan ada kejadian buruk yang menimpa dirinya saat melihat gerak-gerik sang kakak di hadapannya."Kenapa? Apa kau takut, hum?" suara Arion terdengar begitu menyeramkan, membuat Zayla semakin tak tenang. "Kau terlalu nakal, Zayla. Aku sudah berbaik hati memberikan kebebasan untuk kamu di luar sana. Tapi apa, kamu justru berbuat hal yang sangat aku benci," desis Arion seraya mendorong Zayla hingga terjatuh ke dalam bathtub."Aku mohon, maafin aku, Kak," hanya kata maaf yang selalu Zayla ucapkan, berharap sang kakak mau melepaskannya.Arion sama sekali tak mengindahkan permohonan Zayla. Ia menyeringai saat melihat penampilan sang adik yang sangat acak-acakan. "Kau harus menerima hukuman dariku agar tak lagi berbuat semena-mena, dan enggak membawa pria asing ke rumah ini lagi. Apa kau tahu bahwa tindakanmu itu layaHappy Reading. Pagi-pagi sekali Arion sudah berpakaian rapi. Hari ini ia akan terbang ke kota A menggunakan jet pribadi karena ada hal mendesak. Begitu sampai di lantai bawah, Arion melirik ke arah kamar belakang yang cukup jauh dari tempat ia berdiri. Ada rasa bersalah setelah apa yang telah ia lakukan terhadap Zayla semalam. Namun, Arion lekas menepis perasaan bersalah tersebut dan berkata bahwa Zayla pantas mendapatkan hukuman itu darinya. Yang seharusnya di meja makan telah siap sarapan pagi, tapi tidak dengan sekarang. Zayla masih enggan untuk keluar dari dalam kamar, ia takut jika harus bertemu dan bertatap muka dengan Arion. Sungguh Zayla masih trauma. Bayangan saat Arion menjamahnya dengan kasar membuat hatinya kembali sakit. Arion pun menaiki jet pribadinya yang standby di halaman rumah besar itu. Ia sama sekali tidak perduli dengan keadaan Zayla di dalam kamarnya yang entah sedang apa. Namun, percayalah bahwa Arion tidak tenang mulai semalam s
Happy Reading. Dua hari terlah berlalu. Zayla terlihat seperti mayat hidup, dengan wajah yang sangat pucat, dan tubuhnya yang kurus. Selama dua hari ini ia tidak menyentuh makanan sama sekali, air putih pun yang minum beberapa tetes saja. Zayla seolah sengaja menyakiti dirinya sendiri supaya bisa cepat pergi dari dunia ini. Mati, itulah yang Zayla inginkan. Kepalanya terasa sangat pusing karena kurangnya asupan serta dehidrasi. Bahkan pria yang ia tunggu permintaan maafnya sudah tak lagi menampakkan batang hidungnya. Mungkin benar bahwa Arion sengaja meninggalkan Zayla seorang diri di sana karena menginginkan wanita cantik itu pergi dengan sendirinya dari rumah tersebut. Zayla tersenyum miris. Ia beranjak dari tempat tidur dengan sisa tenaganya yang sangat lemah. Perlahan Zayla sedikit membenahi pakaian serta penampilannya agar tidak terlihat seperti orang gila, kemudian ia meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Tak lupa Zayla juga me
Happy Reading. Kota A. Tepatnya di perusahaan Wesley. "Anda salah sasaran, Tuan. Nona Zayla murni tidak bersalah dalam kecelakaan itu. Di dalam rekaman CCTV terlihat jelas bahwa nona Zayla sempat menolak saat diajak pergi oleh tuan dan nyonya besar. Bukan nona Zayla yang mengajak mereka, Tuan. Bahkan saat dalam perjalanan ke mall, mobil yang tumpangi oleh kedua orang tua anda sudah berputar arah dan hendak kembali ke rumah,""Namun, ada sebuah mobil yang menabrak mobil tuan besar dari arah samping, hingga menyebabkan mobil itu oleng dan menabrak pembatas jalan. Semuanya dibuat seolah-olah kecelakaan itu murni kecelakaan biasa, karena sang pelaku termasuk orang yang sangat cerdik. Sayangnya, dia juga termasuk orang yang bodoh karena melupakan jejak yang tertinggal,"Zack mengungkapkan kebenaran mengenai kecelakaan beberapa minggu yang lalu. Bukan tanpa alasan juga Zack berusaha mati-matian mengumpulkan bukti tersebut, tapi ia ada seseorang y
Happy Reading. "Mama, Papa, kalian jangan pergi. Bawa aku bersama kalian," isak Zayla seraya berjalan menyusul kedua orang tuanya yang mulai menjauh. "Enggak, Sayang. Kamu enggak bisa ikut kami pergi. Kembalilah, akan ada banyak orang yang mencintai kamu setelah ini," Cassini menatap sendu putri tercintanya itu. Begitu juga dengan Dario, ia sampai tak bisa berkata-kata dari saking sedihnya melihat keadaan sang putri. "Bohong. Enggak ada yang cinta dan sayang sama aku kecuali Mama dan Papa. Bahkan kak Ion pun sangat membenciku," lirih Zayla merasa tak kuat melangkahkan kakinya lagi. Ia pun terduduk di atas rerumputan kecil sambil menangis tersedu-sedu. Cassini dan Dario pun ikut menangis, baru kali ini mereka melihat Zayla dalam keadaan kacau dan tangisnya membuat hati mereka bagaikan diiris sebilah pisau. "Kamu gadis kuat, Nak. Bangkitlah, sambut kebahagiaan mu dengan keluarga yang baru. Maafkan kami karena tidak bisa menemani mu dan enggak ad
Happy Reading. "Mama mohon, cari tahu latar belakang Saya, Nak. Meskipun rasanya sangat mustahil, tapi mama yakin kalau dia adalah Sheila," Rina meminta Ansel supaya menjalankan perintahnya. "Sheila sudah meninggal, Ma. Please, jangan aneh-aneh. Aku tahu kalau mama sangat sulit melupakan atau bahkan mengikhlaskan Sheila pergi, tapi itu semua sudah takdir dan kehendak Tuhan, kita jangan lagi berpikir yang berada di luar nalar," sanggah Ansel menolak permintaan sang mama. Ia tidak mau mamanya semakin terpuruk dengan kejadian di masa lalu. "Kali ini saja, Nak. Mama mohon," Rina sampai menangis di hadapan Ansel agar putranya mau patuh dengan keinginannya. Ansel menatap sang papa yang berdiri di belakang mamanya seolah meminta pendapat kepadanya. Bagas yang paham akan tatapan sang putra, ia pun menganggukkan kepala tanda setuju dengan permintaan istrinya. "Hm, baiklah, akan aku selidiki semuanya. Tapi, jika hasilnya tidak sesuai dengan ke
Happy Reading. Serly membekap mulutnya seakan tak percaya dengan apa yang Zayla katakan. Ia berharap semuanya hanya mimpi. "Enggak mungkin, Zay. Arion--" Serly menggantung ucapannya karena tak sanggup meneruskan kalimat itu. Sosok Arion yang super protektif dan sangat menyayangi Zayla, bisa melakukan hal sekeji itu hanya karena sebuah dendam, bahkan dendam itu sangatlah salah. Serly memeluk sahabatnya untuk menyalurkan kekuatan, karena ia yakin saat ini mental dan psikis Zayla sedang tidak baik-baik saja. Rasanya ia tak percaya dengan fakta itu, namun, melihat kejujuran di mata Zayla, Serly tak bisa lagi mengelaknya. Lagi pula hal sebesar itu mana mungkin dijadikan lelucon oleh gadis sesuai Zayla, yeah meskipun Serly juga masih belum dewasa. Ralat! Zayla sudah bukan gadis lagi. "Lalu keputusan mu sekarang bagaimana? Apa kamu akan kembali lagi ke rumah Arion?" Serly harus tahu keputusan Zayla saat ini agar ia bisa memberikan solusi kedepannya, walaupun r
Happy Reading. Hari ini Zayla sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Namun, ia tidak tahu harus pulang kemana, sebab sekarang ia sudah tidak mempunyai tempat untuk pulang. Biaya rumah sakit pun Ansel yang membayarnya karena Zayla memang tidak punya banyak uang, ia hanya membawa sisa dari tabungannya kemarin. "Kenapa kamu terlihat sedih, apa kamu enggak senang bisa keluar dari rumah sakit?" Serly melihat kesedihan di wajah sahabatnya setelah dokter mengatakan bahwa dirinya diperbolehkan pulang. "Aku enggak tahu harus pulang ke mana, Ser," suara Zayla terdengar sangat lirih, tatapannya pun begitu sendu. "Tinggal lah di rumah tante, bukankah tante sudah mengatakan bahwa kita ini adalah keluarga," Rina mengelus puncak kelapa Zayla dengan perasaan hangat. Zayla mendongakkan kepala seraya menatap wanita baya tersebut, yang masih terlihat cantik diusianya sekarang. "Aku enggak bisa, Tante. Karena aku mau belajar mandiri, bukan maksud
Happy Reading. Arion menghentikan anak buahnya untuk mencari keberadaan Zayla, ia bertekad akan mencarinya sendiri dan meminta maaf kepadanya. Pria tampan itu merasa tak tenang karena terus memikirkan keadaan sang adik angkat. Ia terus terbayang akan penyatuan mereka waktu itu, bagaimana jika Zayla sampai hamil? Sungguh Arion tak dapat membayangkan semua itu. Di satu sisi, Arion berharap Zayla memang hamil anaknya supaya ia bisa mengikat adik angkatnya itu agar tak lagi pergi darinya. Namun, di sisi lain Arion juga takut keinginannya jadi kenyataan, sebab dunia belum tahu kalau Zayla hanyalah adik angkat, bukan adik kandung. Tentu hal tersebut akan membawa bumerang bagi mereka berdua. Belum lagi jika Zayla tidak mau hamil anaknya karena merasa takut dan terbebani, pasti akan sangat sakit dengan kenyataan itu. "Ah, kenapa semuanya menjadi sangat rumit." kepala Arion rasanya akan pecah memikirkan apa yang sedang menimpanya. Besok, Arion akan per
Happy Reading. 2 tahun kemudian. "Mama Biel mau cucu," teriak bocah berusia 2 tahun setengah sambil merengek manja minta dibuatin susu. Logatnya masih belepotan dan dibuat buat cadel, padahal Gabriel sudah bisa mengucapkan huruf R, hanya saja bocah itu kadang manja dan berbicara seperti itu. "Iya, sayang. tunggu sebentar. Mama lagi ganti popok adik kamu," balas Zayla dari dalam kamar. Yeah, dia sudah punya anak lagi berjenis kelamin perempuan. "Mana biar aku yang ganti pokok si cantik, kamu temui Gabriel sebelum anak itu berulah," Arion mengambil alih pekerjaan sang istri yang belum selesai mengganti popok sang putri. "Makasih, Dear," satu kecupan mendarat sempurna di pipi Arion dari sang istri tercinta. Arion tersenyum lembut kepada bayi mungil nan cantik versi dirinya perempuan. Kedua anaknya mewarisi wajah Arion semua, Zayla hanya mengandung dan melahirkannya tanpa ada satupun anak-anaknya yang mirip dengannya. Gisella Arieta Wesley, nama yang cantik secantik wajah bayi mung
Happy Reading. Randy menatap sang adik yang baru pulang dari cafe depan setelah makan siang bersama dengan Johan. Wajah ibu hamil itu tidak menunjukkan ekspresi apa pun, seolah sudah mati rasa akan cinta. Ah, bukankah Laudya memang tidak pernah jatuh cinta selama ini? Kepada Rafly pun ia tidak merasakannya dan cuma sebatas partner ranjang saja. "Gimana?" cetus Randy bertanya kepada sang adik, ia sangat penasaran proses Johan mendekati adiknya tersebut. "Gimana apanya?" Laudya justru bertanya balik karena tak mengerti dengan maksud dari ucapan sang Kakak. "Acara makan siang tadi," Randy tidak langsung to the point, tangannya meletakkan lap meja yang sedari tadi ia genggam sehabis membersihkan tempat di sana karena sebentar lagi toko kue akan segera tutup. "Lancar," jawab Laudya sekenanya, ia tidak berpikir kalau pertanyaan sang Kakak mengarahkan pada hal lain bukan pada acara makan siang saja. Randy menghela nafas kasar karena sang adik tak kunjung mengerti maksud perkataannya, s
Happy Reading. Kota D. Laudya dan Randy sukses memulai hidup baru hanya berdua di sana. Kehamilan Laudya sudah berusia 3 bulan, dia sangat sehat dan bisa bekerja dari rumah dengan membuka usaha usaha kecil-kecilan, yaitu toko kue aneka rasa. Sisa uang pemberian dari Rafly masih sangat banyak, tetapi tidak Laudya pakai semuanya karena dipersiapkan untuk biaya persalinannya nanti. Sekarang tabungannya mulai menipis setelah membuka toko kue dengan biaya pembelian tanah yang cukup mahal. Meskipun mereka tinggal jauh dari kota besar, tetap saja apa-apa serba mahal. Itupun menghabiskan hampir semua tabungan yang Laudya punya. Sebagian kecil ia sisakan untuk calon anaknya nanti. Laudya memang berbakat di bidang pembuatan kue sesuai dengan kemampuannya selama ini. Sebelumnya dia juga bekerja di pabrik kue pie dan kek, sekarang dia tidak akan kesulitan jika membuka toko kue kecil-kecilan karena sudah berpengalaman di bidang tersebut. Akan tetapi, Laudya sedikit bimbang karena semakin bert
Happy Reading. Waktu berlalu sangat cepat, tak terasa sudah dua bulan dari kematian Juanda. Semua orang sudah kembali pada aktivitasnya masing-masing, begitu juga dengan Zayla yang kembali memasuki kuliah di fakultas yang sama dengan Serly. Kehadirannya di sana disambut hangat oleh teman-temannya di kampus. Mengenai Gabriel sudah ada Ririn yang menjaganya selama Zayla beraktivitas di kampus. "Aku seneng banget bisa menikmati suasana kampus walaupun di kampus yang berbeda. Tapi, di sini aku mendapatkan kenyamanan yang sangat luar biasa yang enggak aku dapatkan di kampus sebelumnya," ucap Zayla sambil menikmati suasana taman di belakang kampus. "Aku ikut bahagia, Zay. Ini adalah impianku dari dulu bisa satu kampus sama kamu," Serly tersenyum senang kepada sahabat sekaligus adik iparnya itu. "Uh, sayang banyak sama Kakak iparku yang cantik ini," pelukan hangat Zayla berikan kepada Serly, mereka berdua sama-sama bahagia akan hal itu. Takdir berpihak kepadanya sehingga tetap menyatukan
Happy Reading. Rula menangis histeris saat mengetahui bahwa Papanya sudah meninggal dalam keadaan mengenaskan. Sungguh hatinya sangat sakit, walaupun ia tahu orang seperti apa sang Papa, tetap saja tidak ada seorang anak yang membenci Papanya sendiri. Roger mendekati sang istri yang duduk di samping makam mertuanya. Padahal dia belum sempat bertatap muka dengan Juanda bahkan di hari pernikahannya sekalipun dia tidak bisa menghubunginya. Roger menyerahkan semuanya ke wali hakim saat melaksanakan acara pernikahan kala itu bersama Rula. "Jangan menangis, kasian anak kita," ucap Roger memperingatkan sang istri akan calon anaknya. "Kamu enggak tahu rasanya kehilangan orang yang paling kamu cintai di dunia ini. Papa adalah cinta pertamaku, bagaimana mungkin aku baik-baik saja setelah kepergiannya, apa kamu waras berkata seperti itu, huh!" akibat terlalu sedih, Rula marah-marah kepada suaminya sendiri dan salah mengartikan ucapan Roger barusan. 'Sabar Roger, hormon ibu hamil memang naik
Happy Reading. Jika kemarin adalah hari bahagia bagi Ansel dan Serly, sekarang adalah hari terbahagia bagi Zayla dan Arion. Sesuai yang telah direncanakan, mereka berdua melangsungkan acara resepsi pernikahan di sebuah hotel bintang 5 milik keluarganya sendiri di tengah-tengah kota. Tamu yang hadir melebihi banyaknya tamu Ansel dan Serly 2 minggu yang lalu, sekarang pengantin baru itu turut andil dalam pernikahan Zayla dan Arion. Bahkan mereka lah yang meng-handle semua persiapan acara tersebut. Semua anggota keluarga mengucapkan selamat kepada sang pengantin baru, yeah anggaplah begitu walaupun mereka sudah lama resmi menjadi pasangan suami istri. Sekarang hanyalah pesta perayaannya yang digelar sangat mewah. "Aku enggak nyangka bisa hidup bersamamu," ucap Arion tak melepaskan genggaman tangannya kepada sang istri. "Aneh ya, Kak. Kita dibesarkan sebagai Kakak dan Adik, eh sekarang malah jadi pasangan suami istri," balas Saya terkekeh kecil. "Andaikan Mama sama Papa masih ada, me
Happy Reading. Laudya menunggu sang Kakak di depan rumah, hatinya begitu resah, ia benar-benar mencemaskan Kakaknya yang pergi entah ke mana. Hingga datang sebuah taksi dan berhenti di dekatnya, ternyata Randy penumpang dari taksi tersebut. "Kakak dari mana, aku cariin dari tadi," ucap Laudya menghampiri sang Kakak, wajahnya terlihat sangat lesu seolah ada beban berat di pundaknya. "Maaf, sudah membuat mu khawatir. Ayo ke dalam ada yang mau Kakak bicarakan," setelah membayar taksi barusan Randy masuk ke dalam rumah diikuti oleh Adiknya. "Mau bicara soal apa, Kak?" tanya Laudya begitu penasaran, tatapannya tak lepas dari wajah sang Kakak yang tak bersemangat. "Besok kita akan pindah ke luar kota, kita mulai semuanya dari nol, kita besarkan anak kamu bersama-sama. Jangan pernah menghubungi pria itu dengan tujuan meminta tanggung jawab, jangan merendahkan harga diri kamu di depan pria brengsek seperti itu. Ada Kakak yang selalu ada buat kamu, asalkan kita sama-sama jujur dalam hal a
Happy Reading. Tanpa sepengetahuan Laudya, Randy mencari alamat rumah pria yang sudah menghamili adiknya. Ia harus meminta pertanggungjawaban kepada pria itu apa pun yang terjadi, Randy tidak mau Laudya hamil tanpa suami. Berbekalkan nomor Rafly yang ia curi dari ponsel adiknya, Randy nekat pergi ke rumah pria itu yang katanya ada di tengah-tengah kota. Randy mendapatkan informasi itu dari sosial media yang ternyata Rafly bukanlah orang sembarangan. Dari semalam Randy menghubungi nomor Rafly tetapi tak ada jawaban dari sana, membuat Randy semakin kalang kabut dibuatnya. Tentu saja Rafly tidak bisa dihubungi, ia sedang patah hati dan mengurung diri di dalam kamarnya sejak semalam. Lebih tepatnya setelah ia menjadi pusat perhatian di pesta pernikahan Serly yang tak sengaja menjatuhkan gelas di dekat pintu ruang acara. Tok! Tok! Tok! "Raf, ada yang cari kamu di bawah, turun yuk," ucap Mayang dari balik pintu kamar, ia paham bagaimana perasaan putranya saat ini, karena itulah ia mema
Happy Reading. Malam yang seharusnya menjadi malam pertama yang indah bagi pengantin baru, tidak dengan Serly dan Sean. Pengantin wanita mengadakan sidang keluarga di ball room hotel setelah para tamu undangan pulang semua. "Jelaskan kenapa bisa seperti ini?" cetus Serly menatap satu persatu wajah orang-orang yang sudah membohonginya. "Pa, Ma, Siapa yang akan menjelaskannya?" cecar Serly menatap kedua orang tuanya, mereka berdua juga tidak tahu harus menjelaskannya dari mana. "Begini saja, Nak. Bagaimana kalau Ansel yang menjelaskannya secara detail sama kamu di kamar," tawar Rina kepada sang menantu, ia juga enggan mengatakan secara langsung bagaimana asal mula rencana itu tersusun. Tatapan Serly menghunus tajam pada sang suami yang duduk di sampingnya, menuntut persetujuan dari suaminya itu. "Baiklah, aku yang akan menceritakan semuanya sama kamu. Kalau begitu ayo kita ke kamar, kasian orang tua kita pasti kelelahan dan ingin beristirahat," kata Ansel menatap sendu, Ia takut is