Alya memasuki unit apartemen Evan dengan wajah lelahnya. Seharian berputar dengan rancangan desain berhasil membuat pikirannya sangat erat. Tapi saat dia melakukan kakinya ke dalam unit Evan kemudian merasa seperti ada aura yang tak biasaKetegangan udara yang begitu mencekam, aura tak bersahabat mah dapat ia rasakan. Lalu, dengan tiba-tiba dia merasakan sebuah tarikan yang begitu kasar dan membuatnya terdorong masuk ke Unit apartemen yang masih gelap dan sunyi sebab lampu penerangan belum menyala.“Akh!” Sebuah pekikan itu pun keluar dari bibir Alya. Dia tersentak kaget, nyaris kehilangan keseimbangan, matanya membelalak saat lampu apartemen itu tiba-tiba menyala dengan terang.Alia dapat menyaksikan sendiri raut wajah penuh amarah tak bersahabat dari pria Arogan yang menjadi suaminya itu.“Pak, anda sudah pulang?” tanya Alya dengan takut-takut saat mendapati aura tak bersahabat dari sang suami.Tidak ada jawaban yang Alya dengar dari pria yang terlihat penuh amarah itu.Alya mengump
“Tolong, jangan begini Pak. Bapak bisa minta baik-baik dan saya akan berikan untuk Bapak dengan ikhlas. Tapi tolong … jangan begini.” Alya yang mendapat perlakuan kasar yang lebih tak manusiawi dari sata ia dapatkan pertama kali Evan menggaulinya itu pun mencoba untuk memohon pada sang suami. Berharap, Evan bisa memperlakukannya dengan jauh lebih baik. Buka dengan menyiksa lahir dan batinnya itu secara bersamaan. Sungguh. Alya adalah wanita yang memiliki sisi lemah seperti wanita yang lainnya. Selama ini sudah terlalu kuat bagi dirinya untuk harus menghadapi segala ujian hidup yang berhasil membuat dirinya terpaksa kuat. Dan kini, keteguhan dan dirinya yang selalu bersikap kuat harus dihancurkan oleh tindakan yang Evan lakukan secara tak manusiawi itu terhadap dirinya yang secara sah menurut agama adalah istri dari pria yang berhasil menginjak-injak harga dirinya. “Apa kau bilang? Saya tak butuh meminta baik-baik padamu, Jalang. Saya bisa melakukan apapun atas tubuhmu ini, Hah!”
Alya membuka matanya perlahan, kelopak matanya terasa begitu berat seperti ditindih oleh bongkahan batu yang begitu besar. Tubuhnya terasa sakit semua, remuk redam yang kini Alya rasakan setelah mata kembali terbuka sempurna. Seperti dihantam oleh bongkahan berulang kali. Rasa perih di area intimnya semakin Debaran rasa yang begitu menggebu dan mengharu biru dalam hatinya itu kembali menyesakkan dadanya. Memori itu kembali berputar di kepalanya, mengingatkannya pada kejadian mengerikan yang Evan lakukan semalam. Sungguh, itu adalah mimpi buruk baginya. Seandainya Evan meminta dengan cara yang baik pun Alya pasti akan memberikan pelayanannya. Evan. Nama itu bagaikan racun di telinganya. Pria yang dicintainya, yang dipercayainya, ternyata telah melakukan hal keji terhadapnya. Alya masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Bagaimana bisa Evan melakukan hal itu padanya?Alya mencoba bangkit dari kasurnya, namun rasa sakit yang luar biasa membuatnya meringis. Tubuhnya terasa lemas,
Kehidupan Alya dan Evan berlangsung dengan suasana yang begitu dingin oleh keduanya. Sama sekali tidak ada pembicaraan yang terjadi antara dua insan yang sedang melakukan pernikahan kontrak untuk saling menguntungkan itu. Alya yang sudah mendapat imbalan sejumlah uang untuk pengobatan Ibunya. Dan Evan yang menjadikan Alya budak dalam kehidupannya. Tak hanya di atas ranjang yang Evan lakukan pada Alya juga untuk menjadi pelayan di apartemennya. Alya melakukan semua itu dengan baik, tanpa ada perasaan keberatan dalam hatinya. Terlebih saat melihat perkembangan sang ibu yang jauh lebih baik, semakin membuat Alya merasa lega dengan alasan dia tinggal di asrama pabrik yang terpaksa jauh dari keluarga kecilnya. Alya melakukan pekerjaan rumahnya di pagi hari. Dan Evan terlihat baru memasuki apartemennya dengan kaos stricth yang pas di badan dan celana selutut yang membuat tubuh atletis Evan terekspos indah di mata yang memandang. Alya mengabaikan kedatangan Evan yang baru saja menaruh s
Alya terpaku dengan tetapkan tajam Yang Evan lakukan kepadanya, matanya bagaikan berlatih yang menusuk hatinya. Dia yang sebelumnya sempat menolak dengan bergigih untuk pergi ke pabrik dengan menggunakan ojek itu pun hanya mampu menelan ludah.Evan, pria yang memintanya naik itu sama sekali tak lagi mengeluarkan sepatah kata, hanya tatapan tajam yang ia lakukan kepada Alya.Dan tentu, dia berhasil melakukan nya dan membuat pergerakan Alya yang cemas dan khawatir Itu membuka pintu mobil mewah pria Arogan yang sedang menatap tajam ke arahnya itu.“Saya bukan sopirmu!” ujar Alya dengan nada tegas dan Tatapan yang sangat tajam, setajam berlatih yang bersiap menusuk jantung Siapa saja yang melihatnya.“Pa-k. Tapi– saya–”“Depan!” Tegas pria arogan itu kembali, dan berhasil membuat Alya tak mampu lagi untuk berkutik. Hingga akhirnya, Alya dengan pergerakan tangan yang khawatir itu menuju ke bagian kursi penumpang, tepat di samping di mana Evan mengemudi. Sepanjang perjalanan, suasana dalam
Alya sangat takut jika sampai ada orang yang melihat dirinya keluar dari dalam mobil Evan, suaminya. Dia tidak ingin jika sampai orang lain berspekulasi buruk tentangnya. Setiba di depan gerbang, Alya merasa sedikit lega sebab dirinya yakin jika tak ada seorang pun yang melihat dirinya tadi keluar dari dalam mobil milik suaminya, Evan. Dia segera melangkah dengan menepuk-nepuk dadanya. Sebab kali ini dirinya berada dalam keadaan yang aman. Selamat dari banyaknya pasang mata yang akan berakhir menjadi bumerang baginya jika sampai ada orang lain yang melihatnya tadi. “Alhamdulillah. Tidak ada yang melihat aku turun dari mobil Pak Evan,” gumamnya dengan sangat pelan, nyaris tak akan ada seorang pun yang akan mendengar kalimat yang terucap dari bibirnya. Alya mempercepat langkah kakinya, namun sebuah tepukan pada pundak nya itu mampu membuat diri Alya terkejut hingga terjingkat kaget. “Kamu itu kenapa loh. Memang lagi mikirin apa, hingga Mbak tepuk pundak kamu kagetnya sampai gitu.”
“Aku lega sekali, Al. Mbak yakin kamu bukan wanita seperti yang mereka bicarakan. Mbak sangat kenal kamu,” kata Vira setelah mendengar penjelasan yan Alya katakan setelah tuntutan penjelasan dia lakukan.Alya merasa lega, saat melihat jika Vira percaya penuh kepadanya. Setidaknya, masih ada orang yang mempercayainya jika dirinya bukanlah wanita yang seperti dikabarkan di grup karyawan perusahaannya itu. “Nggak lah, Mbak. Alya masih tahu batasan. Lgai pula, jika bukan karena Pak Evan yang paksa dan Alya yang sudah hampir telah menunggu angkutan tadi. Alya juga nggak akan mau ikut naik di mobil beliau,” lagi Alya memberikan alasan yang menurutnya masuk akal. Tentu saja, dia tidak akan berterus terang atas apa yang sedang terjadi antara dirinya dan juga Evan. Karena, Alya tidak ingin dicap menjadi wanita murahan yang berhubungan dengan pria berduit seperti Evan yang tidak lain adalah anak dari bos besar pemilik perusahaan. “Ya sudah, ayo kerja. Nanti biar Mbak yang urus gosip tak jela
“Dia bekerja untuk ku setelah pulang jam kerjanya dari kantor ini. Apa itu salah? Aku membayarnya, dan dia juga sama sekali tidak keberatan melakukan itu.”Evan yang mendapati beberapa photo Alya keluar masuk dari apartemen di waktu sore dan pagi hari itu menjawab dengan begitu tenang. Evan sama sekali tidak terintimidasi dengan uurka yang Ibrahim tunjukkan kepadanya itu. Sang ayah yang mendapati sikap Evan tak bersalah itu tersenyum sinis dengan gelengan tak percayanya. “Kau memasukkan perempuan yang tak lain adalah buruh di sini ke apartemenmu itu kau bilang bekerja untukmu? Kerja macam apa yang kau maksud? Jangan bilang kalian saling bekerja sama untuk mencari kepuasan di atas ranjang.”“Shit! Apa anda terlalu menganggap rendah anak anda seperti itu, Tuan?” Evan tidak terima dengan apa yang dikatakan olehnya itu secara langsung. Meski fakta mengatakan demikian, tentu saja Evan tidak membiarkan ayahnya itu merendahkan dirinya terang-terangan. Bukan Evan yang tersinggung sebab di