Dominique berhenti di stand obral baju murah tangannya mulai memilih beberapa baju yang cocok dengan gayanya. Dia membeli beberapa baju, celana dengan model kasual. Saat dia sedang memilih ke pakaian dalam, seseorang sepertinya menguntitnya. Dia merasakan ketika tangan orang itu tengah merogoh saku tasnya, Dominique menghentikan langkah sesaat, pria yang membuntuti Dominique melihat memberi isyarat anak buahnya untuk membereskan orang yang menguntit Dominique, namun tangan Dominique memegang tangan penguntit yang ternyata seorang copet, Dominique memalingkan wajahnya menatap pencopet tadi dengan tajam mencengkram erat tangan pencopet tadi, memintalnya kebelakang dan beberapa detik kemudian Dominique melakukan tendangan maut pada pencopet tersebut. Pria tadi tersentak melihat tingkah berani Dominique yang menedang dan mengijak-injak tangan pencopet tadi,"Dasar copet rasakan! Kau pikir aku takut, hah," suara Dominique bergetar terdengar ngos-ngosan saat melakukan pembelaan diri."Arg
Pagi hari,Dominique menatap cermin, matanya sembab dan bengkak tidak karuan, walaupun dia menangis semalaman, hatinya masih terasa sakit, namun ada lega yang tak bisa dia jelaskan dengan kata-kata. 'Hari ini libur ngapin ya.'"Sarapan bubur saja ah," ucap Dominique, membuka pintu kontrakannya, berjalan malas, perutnya sudah tak terkendali keroncongan karena lapar.Dominique berjalan sambil mengecek ponselnya, dia mendapatkan chat dari Justin kalau pukul tujuh tadi Justin sudah terbang bersama keluarganya.Huh.Dominique menghela nafasnya panjang, ruang hatinya sudah kosong, Justin perlahan dia lepaskan. 'Ikhlas Domi, ikhlas, kamu kuat, semua pasti segera berlalu. Sekarang saatnya kamu focus, berikan Haiden kesempatan, dia layak mendapatkannya.' Guma hati Dominique.Dominique duduk di meja tukang bubur ayam, setelah dia memesan satu mangkok bubur."Tuan Willy, apa dia target yang akan kita bunuh selanjutnya?" tanya Ramon yang masih heran dengan tuannya, selalu ingin kembali kepada wan
'Astaga ... Willy, hentikan sekarang, kalau tidak kau akan segera memakannya di sini.'Mata Willy masih menatap Dominique, tak tahan Dominique pun segera menghindari tatapannya dan bergeser turun perlahan dari pangkuan Willy,"Kita mau kemana?" tanya Dominique memecah kecanggungan. Willy tidak menjawab hanya mengeluarkan ponsel Dominique dari saku jasnya, menyodorkan kepada Dominique."Terima kasih, Wil." Willy mengeluarkan ponselnya, Dominique meraih ponsel Willy dan memasukkan nomornya."Ingat, ketika aku menghubungi, kau harus segera mengangkatnya, kalau tidak, kau sembunyi di lubang semut pun, pasti akan ku temukan." Ucapnya terdengar mengancam.Dominique menautkan kedua alisnya, memutar kedua bola matanya, "Kenapa? Kau tidak suka, hah. Coba kau tatap diriku, Aku ini ... tampan, kaya, sukses, kau tidak tertarik dengan semua itu ... hah." Dominique reflek menggelengkan kepala."Kau!!""Sudahlah ... Will, kita mau kemana? Aku libur hanya ingin bersantai, tidur di rumah, tidak seper
Di tempat lain,"John, bagaimana dengan orang suruhanmu?""Seperti perintah Tuan, dia selalu menjaga Nyonya dan laporan nya akan Tuan terima saat kita sampai.""Bagus, aku sudah tak sabar ingin segera pulang dan memberikan nya kejutan," Haiden yang masih berkutat dengan pekerjaan, berencana pulang malam ini."Lalu bagaimana dengan mereka Tuan?" Haiden tampak menerawang jauh."Aku akan segera cari cara, tidak mungkin aku mengorbankan Dominique,"Dominique tampak gelisah, melirik jam dan ponselnya."Apa kau sedang menunggu telpon seseorang," Willy menyadari kegelisahan Dominique dan merasa terusik."Emm ... sebenarnya aku ingin pulang, aku tidak suka pergi ke tempat seperti itu," masih tetap menolak ajakan Willy."Ini acara penting, apa kau tahu, nanti malam adalah pesta ulang tahun ku," tatap Willy penuh harap pada Dominique."Ulang tahun? Kau! Tidak-tidak kau pasti sedang membohongiku," Willy menatap wajah Dominique seperti anak kucing yang menggemaskan. 'Ya ampun, orang ini ternyata
Mobil berhenti di sebuah ballroom hotel megah, Willy mengapit pinggang Dominique agar tak lepas dari genggamannya. Puluhan pasang mata menatap ke arah Dominique dan Willy, mencari tahu siapa gadis yang di bawah oleh Tuan rumah, sedangkan Dominique mencoba tersenyum sebisanya menghilangkan rasa berdebar di dadanya.'Apa ini, siapa Willy sebenarnya, apa dia benar-benar seorang Raja?' Pekik Dominique di hati melihat puluhan awak media dan pengawal yang melindungi setiap langkahnya dan Willy."Hei, kau sungguh seorang Raja?" bisik Dominique yang penasaran."Kalau aku sungguh seorang Raja, apa kau mau jadi Permaisuri-ku?" ucapnya berbisik tanpa keraguan."Kau gila, aku kan sudah bilang, aku sudah menikah dan malam ini aku mau menemani mu karena kita teman juga di paksa olehmu, kau juga sedang berulang tahun, apa kau lupa," sewot Dominique tak mau kalah."Iya ya, aku tahu, aku hanya bercanda, jadi aku mohon tersenyum lah sekarang," terus berjalan di atas karpet merah memasuki area acara, su
Ponsel Dominique berdering, dia membuka mata, menarik selimutnya malas mengangkat deringan tersebut, namun tetap tak berhenti. 'Siapa sih, berisik sekali pagi-pagi begini.'Akhirnya tangan Dominique mencari keberadaan bunyi, meraih dan menempelkan di telinganya."DOMIIIII!" teriakan Sophie membuatnya membuka mata dengan lebar."Akh, apa sih Sop ... pagi-pagi teriak tidak jelas,""Kau resign? Kenapa?" seketika terbangun duduk di ranjang tidur sambil menutupi tubuhnya yang masih polos tanpa mengenakan baju."Resign, aku, tidak," otaknya berputar melirik tempat tidur, tak ada Haiden, suara dari arah dapur terdengar berisik."Ah, seperti nya aku tahu di mana masalah nya Sop, aku tutup dulu ya," Dominique langsung menutup ponsel turun dari ranjangnya berjalan ke arah lemari, mengambil kemeja yang tergolek dekat lemari, memakainya. Kemeja Willy."Ideeennn!!" teriak Dominique menggema di seluruh ruangan, melemparkan selimutnya dan berjalan ke arah Haiden sambil berkacak pinggang, Haiden sibu
"Tuan, saya akan siapkan beberapa mobil untuk ikut dengan kita," bisik John mengambil alih situasi, Haiden hanya memberi kode setuju lalu mengekori Dominique yang berjalan penuh semangat masuk ke dalam mobil.Ponsel Dominique kembali berdering, ia menggeser duduknya ketika Haiden masuk ..."Ada apa, siapa itu?" Haiden melihat gerak gerik Dominique mencurigakan saat melihat ponselnya."Bukan apa-apa,""Aku tanya siapa, kenapa kau menjawab bukan apa-apa," tatap Haiden sambil menyilangkan kedua tangannya di dada. 'Benar-benar deh ... seperti polisi yang sedang mengintrogasi maling.'Dominique kembali memasukkan ponselnya ke tas, "Sophie ... bertanya kenapa aku resign,""Benarkah? Tunjukkan ponselmu padaku," Dominique menghela nafasnya, mengeluarkan kembali ponselnya dan menunjukkan chat dari Sophie, "Kau percaya sekarang?" Dominique merenggut kesal. 'Huh ... selamat ... selamat ... untung tadi buru-buru ku hapus panggilan masulk dari Willy, kalau tidak serigala liar ini pasti mencari al
Dominique membalikkan badannya, meraih tangan Willy menariknya tanpa sadar, bersembunyi di balik tembok sambil celingak celinguk. 'Wah, wah, wanita ini benar-benar penuh dengan kejutan.' Willy tak melewatkan kesempatan, langsung mengalungkan tangannya di pinggang Dominique,"Hei, kau jangan gila," pekik Dominique tangannya berusaha menghempaskan kalungan Willy dari pinggangnya."Ya, aku memang gila, aku mulai tergila-gila padamu," ucap Willy setengah berbisik bahkan hampir tak terdengar Dominique, apalagi otak dan mata Dominique tertuju dengan para pengawal Haiden yang sedang mencarinya.'Pantas saja dia tak terlalu terkejut dengan bodyguard yang kumiliki, rupanya dia sudah seperti burung kenari dalam sangkar emas.' Willy terus menatap gerak-gerik panik Dominique."Hah, apa, Will? Aku mohon kau pergi ya," pinta Dominique."Untuk apa aku menurutimu, kau saja,""Sssttt," dua telunjuk Dominique menutup mulut Willy, debaran di dada Willy hampir keluar, dia menatap intens kembali Dominique