Sudah 40 menit berlalu dari perdebatan antara dirinya dengan Tuan Jordan tadi. Tetapi Sandra masih betah berada di posisinya, duduk di lantai dengan memeluk lututnya sendiri sembari menangis.
Pemandangan itu sungguh mengiris hati Tuan Jordan, melihat wanita yang dicintainya menangis sungguh membuatnya tersiksa. Tidak ada percakapan lagi di antara mereka hanya keheningan dan suara isak tangis Sandra yang lebih mendominasi. Sebelum akhirnya Tuan Jordan membuka suara-
"Tetaplah di sini dengan nyaman, aku akan segera kembali!" pamitnya kemudian beranjak pergi setelah mengusap lembut pucuk kepala Sandra.
Setelah kepergian Tuan Jordan, ingatan Sandra kembali pada kejadian silam tentang perlakuan kasarnya terhadap putri kandungnya sendiri yang tak lain adalah Bening.
Apakah ada sekelumit penyesalan yang terbesit di dalam hati Sandra tentang perlakuannya kepada putrinya dulu?
Hati kecil Sandra ten
Detak jantung Tuan Jordan berdetak lebih cepat dari biasanya setelah menemukan sesuatu yang tak pernah ia sangkah sebelumnya. Antara senang, sedih dan haru bercampur jadi satu saat ini.Benar kah semua kenyataan ini. Bahwa sesuatu telah lama dicarinya ternyata ada di dalam rumahnya sendiri tanpa ia sadari sebelumnya."Mungkin kah Sari adalah putriku dengan Sandra?!" monolognya dengan tangan yang masih gemetar menggenggam foto Sandra."Ya Tuhan, aku tidak menyangkah telah menjadikan putriku pembantu di rumahku sendiri!"Selain rasa bahagia yang melingkupi hatinya Tuan Jordan juga merasa sedih karena melihat putrinya berkerja sebagai seorang pembantu. Apalagi pembantu di rumahnya sendiri. Bayangan saat istrinya memarahi gadis itu karena tidak becus bekerja kembali menari di ingatannya.Karena selama ini memang Nyonya Diana lah yang terkenal galak dan sering memarahi para pekerjanya. Tetapi setelah mengetahui kenyataan ini Tuan Jordan berjanji k
"Aku sudah menemukan putri kita!" tutur Tuan Jordan dengan penuh rasa percaya diri. "Dan itu berarti, kita bertiga bisa hidup bersama," imbuhnya dengan penuh harap.Sandra mencebik, seulas senyum sinis terlukis di bibirnya. "Aku tidak peduli! Apalagi tertarik dengan ide konyolmu itu. Yang aku inginkan hanyalah keluar dari tempat terkutuk ini!" ucapnya dingin. Seakan pernyataan Tuan Jordan tadi tak ada artinya bagi dirinya."Kau ...!" Tuan Jordan berusaha menahan geram. Bagaimana pun juga ia tak mau terpancing emosi. Memang tidak mudah untuk menaklukkan wanita seperti Sandra. Jadi ia harus lebih bersabar jika ingin menggapai tujuannya.Sedangkan Sandra memang sengaja memancing emosi pria yang kini terlihat mengepalkan kedua tangan-nya itu. Terlihat sekali bahwa pria itu setengah mati sedang menahan emosi."Sudah ku bilang beribu kali padamu untuk menjauhiku. Terserah jika kau ingin tinggal bersama anak itu,
"Pa-papi kenapa me-?""Diam kamu!" Tuan Jordan menggeram marah, sorot matanya seakan ingin membunuh orang saat ini."Hiks ... hiks ... ma-maaf! Bening tidak sengaja!" isak Bening ketakutan karena untuk pertama kalinya ia melihat Papi mertuanya marah hingga seperti ini.Sedangkan Citra yang merasa kesakitan hanya mampu berdiam diri ketakutan karena melihat kemarahan majikannya tadi meskipun itu dimaksudkan untuk membela dirinya."Tidak sengaja kau bilang! Lihat hasil dari perbuatanmu! Kau membuat Sari terluka sampai seperti itu, hah!" bentak Tuan Jordan bahkan ia hampir saja melayangkan tamparan keduanya."Ahh ...!" jerit Bening menutupi wajahnya dengan tangan.Namun, tiba-tiba Tuan Jordan menghentikan aksinya itu dengan menggantungkan tangannya di udara saat melihat Bening sangat ketakutan."Masuk ke dalam kamarmu, aku tidak mau melihat wajah bodohmu itu l
"Ini informasi yang loe cari!"Raka melemparkan amplop berwarna coklat ke atas meja kerja Arga. Hingga membuat pria itu mengangkat kepalanya dari berkas-berkas yang menjadi fokusnya sejak pagi."Oh, jadi loe udah dapetin yang gue mau. Baiklah mari kita lihat apa yang ada di dalam amplop ini."Arga membuka amplop tersebut dan mengeluarkan semua isinya. Terdapat 5 lembar kertas yang berisi tentang informasi mengenai Ibunya Bening. Di situ tertulis lengkap awal keberadaan Ibunya Bening hingga info tempat tinggalnya sekarang."What! Ini kan germo yang ngejual Bening kepada Mommy waktu itu?!" ucap Arga tak percaya dengan informasi yang baru didapatkannya."Iya dan ternyata mereka sahabat karib," jawab Raka. Pemuda itu terlihat mengambil tempat di depan Arga sehingga mereka sekarang saling duduk berhadapan."Gila! Bagaimana bisa seseorang menjual putri kandung dari sahabatnya se
Di apartemen milik Tuan Jordan, Sandra yang telah berhasil mendapatkan kembali ponselnya segera menghubungi sahabatnya Juwita. Agar segera dapat bertukar kabar dan meluapkan kerinduan-nya."Kau di sana baik-baik saja 'kan, San? Tuan Jordan tidak memperlakukanmu dengan buruk 'kan? Aku sangat mengkhawatirkanmu!" Itulah kalimat pertama yang Sandra dengar saat telfon-nya sudah tersambung dengan Juwita.Ternyata benar dugaannya, jika sahabatnya itu sangat mengkhawatirkan-nya."Iya Ta, aku baik-baik saja. Sangat baik malah. Jadi tidak usah terlalu mengkhawatirkan aku seperti itu," jawab Sandra."Tidak khawatir bagaimana jika mengetahui kau sekarang berada di kandang macan!" saut Juwita tak terima. Ada nada gusar di setiap perkataan-nya."Bisa aku tebak sekarang kau sedang duduk di bawah jendela dengan menggigit jari telunjukmu. Aku sudah sangat hafal dengan kebiasaanmu jika sedang cemas itu," te
"Bagaimana kabarmu hari ini Sari? Apa harimu menyenangkan?!" tanya Tuan Jordan kepada gadis yang masih duduk di sofa dengan ketakutan akibat menyaksikan pertengkaran dua majikannya tadi."Sa-saya baik-baik saja Tuan!" gagap Sari.Mendapat perlakuan manis dari sang majikan tidak membuat gadis itu menjadi senang tapi malah ketakutan. Karena menurutnya perlakuan sang Tuan tadi tak lazim untuk seorang pembantu macam dirinya.Entah apa motivasi sang majikan memperlakukan dirinya sebaik ini. Boleh kah dirinya merasa curiga karena perubahan sikap Tuan tersebut."Bagaimana dengan lukamu. Apa masih sakit?!""Tidak Tuan, mungkin akan mengering dan sembuh dalam beberapa waktu ke depan." Gadis itu beringsut takut saat Tuan Jordan semakin dekat mengambil tempat di sisi gadis itu.Tuan Jordan yang mengerti tentang keengganan gadis itu untuk didekati pun menahan dirinya. Walaupun ia suda
"Apa-apaan ini?!"Nyonya Diana melemparkan sebuah video yang diberikan oleh salah satu pelayan kepercayaan-nya tepat di hadapan Tuan Jordan.Dengan tenang Tuan Jordan mengambil ponsel yang berisi video pertengkaran-nya dengan sang putra yaitu Arga dan juga perhatian-nya kepada salah satu pelayan mereka yang bernama Sari."Bisa kau jelaskan kepadaku maksud dari video itu?!" hardik Nyonya Diana.Wanita itu terlihat sangat murka hingga mata dan wajahnya tampak memerah."Aku hanya melakukan yang seharusnya ku lakukan!" jawab Tuan Jordan dengan raut wajah tenang dan datar."Maksudmu dengan bertengkar dan memusuhi putra kandungmu sendiri hanya karena membantu seorang pembantu hina itu!" teriak Nyonya Diana."Tutup mulutmu itu Diana!" sentak Tuan Jordan karena tidak terima putrinya dihina."Kenapa? Kenapa kau marah, hah?! Apa sekarang selerahmu s
Sepanjang waktu ini digunakan Arga hanya untuk melamun. Pria muda itu terlihat senyum-senyum sendiri di ruang kerjanya. Sebelum Raka datang untuk membuyarkan lamunan-nya."Woy! Ngelamunin apa loe? Ngelamun jorok ya?!" teriak Raka hingga mengagetkan pria yang tengah duduk bersandar di kursi kebesaran-nya itu."Sial! Gila loe ya, datang-datang ngagetin orang aja. Untung gue nggak jantungan!" omel Arga karena sahabatnya itu sudah mengganggu kesenangan-nya."Lagian kenapa kalo gue ngelamun jorok. Ada pasangan ini. Justru elo tuh yang kasian tidur cuma ditemenin bantal guling. Mana asik!" ledek Arga kemudian."Wah, kurang ajar nih anak. Mentang-mentang sudah berbini. Dulu aja keukeh bilang anti komitmen. Sekarang apa? Ketagihan kan loe sama benda terselubung milik Bening!" cibir Raka membalas ledekan sahabatnya tadi."Terserah loe mau bilang apa. Yang jelas gue selalu selangkah lebih maju dari
Tepat 3 bulan terhitung sejak tragedi yang menimpa keluarga Ramiro. Kini Bening sudah mendapat pengakuan resmi dari kedua belah pihak keluarga besar. Satu dari pihak keluarganya yaitu kelurga Ramiro dan satu lagi dari keluarga Ibunya yaitu keluarga Abraham. Sebagai cucu satu - satunya dari keluarga Ramiro dan Abraham membuat Bening mendapat limpahan kasih sayang dari semua orang. Sehingga membuat Bening merasa sangat bahagia.Pun dengan hubungannya dengan Arga, setelah mengetahui tentang jati diri Arga yang sesungguhnya Arga memilih untuk keluar dari perusahaan Ramiro karena merasa tidak berhak memilikinya. Beninglah pewaris sebenarnya kekayaan Ramiro tersebut. Apalagi setelah Tuan Jordan dan juga Tuan Syarief berusaha mengembalikan semua hak milik Bening. Termasuk mengakui Bening di media dan khalayak ramai bahwa Bening adalah putri sekaligus cucu dan pewaris sah kerajaan bisnis Ramiro.Namun semua kekayaan itu tidak membuat Bening gelap
"Akulah Ayah kandung Arga!" teriak orang yang baru masuk tersebut sehingga membuat semua orang yang berada di dalam ruangan itu mengalihkan perhatiannya.Melihat siapa orang yang baru masuk tersebut membuat Nyonya Diana melototkan matanya sempurna seolah bola matanya nyaris terjatuh. Kenapa pria sialan itu bisa berada di sini? Dan apa yang dia katakan tadi? Begitu pikir Nyonya Diana.Sedangkan kening Tuan Jordan mengkerut tajam saat melihat siapa orang yang baru datang tersebut. Bukankah itu pria yang pernah menjadi kekasih Sandra di masa lalu. Ada apa lelaki itu datang ke rumahnya dan membuat pengakuan seperti itu dan kenapa Sandra juga berada di rumahnya untuk mendampingi pria itu? Begitulah pertanyaan yang berseliweran di benak Tuan Jordan.Ya, kedua orang yang baru datang tadi adalah Adam dan Sandra. Mereka sengaja datang ke kediaman Ramiro untuk meluruskan masalah agar tidak ada kesalahpahaman lagi ke depannya. Karena jika tidak maka Arga dan Beninglah piha
Seseorang tampak mengancingkan kembali lengan kemejanya setelah berhasil melakukan donor darah kepada salah satu pasien yang berada di ruang ICU. Dia berencana akan segera pergi dari rumah sakit ini setelah beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaganya setelah melakukan transfusi darah tadi."Apa anda sudah merasa lebih baik? Jika tidak anda bisa melanjutkan istirahat anda di sini?!" ucap salah seorang perawat."Tidak suster terima kasih. Saya sudah merasa lebih baik sekarang!" jawab pria tersebut."Baiklah kalo Bapak merasa demikian.""Saya permisi dulu suster, terima kasih!""Terima kasih kembali Pak Adam!"Adam pun bergegas keluar dan menuju pelataran rumah sakit di mana mobilnya terparkir. Namun suara orang di belakangnya membuat ia terpaksa harus menghentikan langkahnya."Bang Adam ...!" Merasa namanya dipanggil, Adam pun segera membalikkan badannya
Bening mengerjabkan matanya perlahan dengan rasa sakit yang teramat di kepalanya. Gadis itu berusaha memulihkan kesadarannya sehingga ia bisa mengenali keadaan sekitar ditambah dengan bau obat - obatan yang sangat khas.Ya, gadis itu sedang berada di ranjang pasien sebuah rumah sakit setelah mengalami insiden beberapa waktu yang lalu."Arga! Di mana Arga!" pekiknya histeris setelah berhasil mengumpulkan 100% kesadarannya."Bening tenang Nak!" ucap Sandra yang ternyata berada tak jauh dari ranjang pasien."Ibu! Mana suami Bening Bu? Bening harus segera mencarinya. Bening tidak mau terjadi apa - apa padanya!" tukas Bening setelah beranjak bangun dan berusaha melepasakan selang infus yang terpasang di tangannya."Sabar sayang sabar. Tolong jangan seperti ini, kasihanilah bayi yang ada di dalam kandunganmu!" ucap Sandra menenangkan dengan mendekap erat tubuh sang putri. Karena Bening terus saja merontah ingin turun dari ranjang.Setelah me
Meskipun tidak pernah menampakkan keberadaannya kepada semua orang setelah mengetahui tentang kebenaran antara dirinya dan juga Bening. Arga selalu mengikuti perkembangan berita keluarganya melalui orang kepercayaannya termasuk mengetahui tragedi penculikan Bening saat ini.Dan hal itulah yang membuat Arga berada di tempat ini sekarang. Berdiri beberapa meter dari pondok tempat penyekapan Bening dan juga Ibunya. Mata elang Arga terlihat fokus menatap tajam sekitar areal pondok sebelum ia melakukan sesuatu untuk membebaskan perempuan yang masih terikat pernikahan dengannya itu.Perlahan namun pasti Arga bergerak semakin mendekat ke arah dua orang pria berbadan besar yang telah ditugaskan untuk menjaga tempat itu. Dan-Bugh ... bugh!"Bangsat ... siapa kau?!" pekik salah satu dari mereka karena mendapat serangan mendadak dari Arga.Tanpa banyak bicara Arga segera melumpuhkan kedua orang tersebut dengan sangat mudah mengingat keahlian ilmu beladiri ya
"Kau?!" pekik Sandra tak percaya setelah melihat siapa orang yang baru masuk tersebut."Iya Sayang, kita bertemu lagi!" jawab pria itu menyeringai."Cih, jangan pernah memanggilku dengan sebutan menjijikkan itu!" maki Sandra."Dalam keadaan hampir matipun kau tetap saja sombong! Kalau aku tidak boleh memanggilmu sayang, lantas siapa yang boleh? Apakah Jordan?!" ucap Tuan Sanders dengan menahan rasa geram karena merasa belum bisa meluluhkan hati Sandra."Kalian berdua tidak ada yang pantas untuk memanggilku dengan sebutan itu!" hardik Sandra keras."Seharusnya kau menerima tawaranku untuk menjadi simpananku dari pada harus mengalami nasib seperti ini. Dan aku berjanji kau tidak akan pernah menyesal telah mengambil keputusan itu!" bujuk Tuan Sanders masih tidak ingin menyerah.Bening yang sedari tadi hanya diam mengamati keadaan semakin tidak mengerti ke mana arah pembicaraa
Pagi hari telah tiba, itu terlihat dari cahaya yang menyorot masuk melalui cela-cela jendela kayu dan beberapa ventilasi udara yang ada di pondok ini.Dua anak manusia yang masih tertidur dengan posisi berpelukan itu perlahan mengerjapkan matanya. Mulutnya terbuka lebar karena menguap sebelum benar-benar memulihkan kesadarannya."Ibu ...!" lirihnya dengan senyuman yang mengembang karena Bening masih tidak percaya bahwa saat ini dia tengah tidur dalam pelukan Ibunya.Bening tampak memandang lekat wajah cantik di usianya yang terbilang tak muda lagi itu dengan perasaan senang sekaligus kagum. Hingga perempuan itu mendaratkan ciumannya ke seluruh wajah sang Ibu yang masih tampak pulas dalam tidurnya.Karena merasa terganggu dengan tidurnya, Sandra pun mengernyikan keningnya samar, menggerak - gerakkan kelopak matanya sebelum benar - benar membuka matanya lebar."Egmm ...!" lengunya pelan seraya mengumpulkan kembali kesadarannya."Maaf Bu, Benin
"Cepat jalan ...!" teriak orang di luar sana."Sudah tidak usah menangis karena hal itu akan sia-sia. Cepat masuk ke dalam!" Suara itu kembali tertangkap di indera pendengaran Sandra sekarang. Setelah ia mendengar bunyi kendaraan berhenti di pelataran pondok tadi. Apa mungkin ada orang lain yang menjadi korban penculikan seperti dirinya? Begitu pikir wanita cantik itu.Hingga terdengar suara gaduh dari langkah kaki beberapa orang yang kian mendekat ke arah pintu.Ceklek ... ceklek!Suara kunci diputar dua kali terdengar begitu jelas di pendengarannya hingga membuat Sandra semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi di luar sana.Kriett ...!Pintu kayu itu dibuka paksa oleh seseorang hingga terbuka lebar namun Sandra tetap tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang-orang itu karena minimnya pencahayaan. Apalagi malam ini bulan seakan malu-malu untuk menampakkan dirinya karena tertutup oleh mendung."Cepat masuk!" bentak salah
Di kediaman Ramiro.Suasana tampak mencekam karena atmosfer di salah satu ruangan ini mendadak terasa panas akibat api kemarahan yang berkobar dari pria tua yang kini berdiri dengan bantuan tongkatnya. Sedangkan di depannya ada seorang gadis yang tengah berlutut memohon ampun karena baru saja mengakui kesalahannya."Apa maksudmu dengan membiarkan cucuku pergi meninggalkan rumah ini secara diam-diam? Apa kau tahu akibat dari kebodohanmu itu?!" tanya Tuan Syarief dingin namun terasa mematikan."Ma-maaf ... maafkan saya Tuan sepuh. Saya tidak menyangka kejadiannya akan seperti ini. Saya bersalah saya tidak becus menjaga Nona Bening dengan baik. Saya siap menerima hukuman apapun atas kesalahan saya. Sekali lagi mohon maafkan saya!" lirihnya dalam isak tangis yang tak mampu terbendung lagi.Ini salahnya memang salahnya seharusnya ia bisa mencegah hal seperti ini agar tidak terjadi. Kini nasi sudah menjadi bubur