Alaric merapikan jasnya sebelum memasuki rumah yang telah lama ia tak pernah lagi di kunjunginya. Sudah lebih dari lima tahun Alaric tidak menemui mereka terlebih putranya yang tak lain adalah Albert sahabat dekatnya.Seorang penjaga membukakan pintu gerbang terlihat tak ada yang berbeda dari sebelumnya segar dan rindang. Ibu sahabatnya begitu menyukai pepohonan yang lebih tinggi agar terlihat rindang dan sejuk. "Tuan muda Alaric? Benarkah itu?" tanya seorang wanita paruh baya yang menghampirinya saat turun dari mobil."Bibi Ena? Apa kabar?" sapa Alaric, tak sungkan pria muda itu memeluk wanita di depannya. Dulu saat hubungan Alaric dan Albert baik-baik saja Alaric sering berkunjung ke rumah ini dan Bi Ena yang selalu membuatkan makanan kesukaannya."Baik tuan muda, lama tak kunjung. Silahkan masuk Bibi panggilkan Nyonya dan tuan sebentar," ujarnya tak ingin terlalu lama menahan tuan muda yang amat ia sayangi karena kebaikan dan kesopanannya."Wah, lihat siapa yang berkunjung ini? S
Federica terus mengikuti kemanapun ibunya pergi yang terlihat menghindarinya. Di ruang makan suasana tak sehangat sebelumnya Federica yang terus memperhatikan ibunya berbeda dengan Albert yang diam-diam memikirkan mantan kekasihnya dan sahabatnya yang memberikan ancaman padanya. Terlebih setelah menemui kedua orang tuanya.Edison yang lebih memilih bungkam meki ia tahu jika ada yang tidak beres dalam keluarganya. Istri dan anaknya seakan tengah berbicara menggunakan telepati, dan menantunya yang ia tahu tengah memikirkan seseorang. Dan dirinya yang merencanakan untuk menyingkirkan Alice. Dengan cara itu bisa menghancurkan Alaric."Ma, Aku ingin bicara berdua dengan Mama," Federica menghalangi langkah Geya yang menghindarinya."Apa yang ingin kamu tanyakan pada mama? Kalau kamu ingin tahu yang diucapkan oleh Alaric. Itu artinya kamu adalah orang yang begitu bodoh mudah di permainan oleh orang lain. Seharusnya kamu pikirkan bagaimana caranya untuk menjaga Albert. Dia sedang merencanakan
Diam sejenak sebelum akhirnya Alaric mengangkat wajahnya melihat sosok wanita di depannya yang begitu dingin terhadapnya. "Aku akan melakukan hal apapun untuk kamu. Mengenai kecelakaan yang menimpa kedua orang tuamu itu sudah aku lakukan, dan aku akan semakin giat untuk mencari siapa yang sudah melakukan ini kepada keluargamu. Aku janji padamu," ujar Alaric pasti."Aku ingin bukti, secepatnya jangan sampai kandunganku semakin besar dan aku belum meyakinkan bahwa kamu adalah suamiku." Alaric tersenyum penuh kemenangan mendengar secara langsung apa yang dikatakan oleh istrinya."Tentu saja aku suamimu. Aku akan secepatnya memberikan bukti itu padamu, tapi sebenarnya aku rencana lain tapi sayangnya kamu memintanya sebelum kita menikah. Sedangkan aku," Alaric tidak melanjutkan kata-katanya ia kembali mengingat bahwa rencana untuk membongkar semua kejahatan Edison dan keluarganya di depan istrinya saat hari pernikahannya itu adalah kado terindah yang akan Ia berikan pada sang istri namun
Pertemuan rahasia antara Edison dan Rendra di salah satu hotel ternama. Mereka saling berbagi koleksi wanita muda yang menemani mereka saat tengah berbincang serius. Kebiasaan mereka yang tak pernah bisa di sembuhkan, entah keuntungan apa yang mereka dapatkan ketika harus berbagi saliva dengan orang lain selain pasangan mereka. Namun, yang pasti mereka hanya mencari kesenangan semu sebelum menghempas mereka setalah mereka memutuskan untuk pulang ke rumah."Bagiamana rencana kita? Aku tidak ingin gagal lagi. Mereka sudah cukup bernapas lama!" Edison menepuk punggung Rendra menenangkan sahabatnya, sahabat? Lebih tepatnya mereka dekat karena satu tujuan. "Tenang saja kita pasti bisa menyingkirkan mereka. Sekarang katakan kelemahan Alaric?" "Kau tidak tahu kelemahannya? Haha, keponakan kamu itulah kelemahan Alaric! Atau jangan-jangan kamu pura-pura tidak tahu?" Rendra menelisik wajah Edison. Tidak mungkin jika pria di depannya tidak tahu kelemahan Alaric."Haha, Rendra, Rendra, kamu pi
Tiga jam sudah Urmila bersama Alice wanita yang pernah ia benci. Bahkan, berusaha untuk di singkirkan namun ternyata dialah istri pilihan putranya menantu yang tengah mengandung penerus keluarganya."Alice, sebenarnya mama sangat malu berhadapan dengan kamu. Mama terlalu banyak salah, yang paling parahnya lagi mama hampir saja menghancurkan kamu dan juga cucu mama yang ada dalam kandungan kamu. Maafkan mama walau Mama tahu apa yang Mama lakukan hari ini tentu tidak bisa merubah begitu saja rasa sakit hati kamu sama mama tapi jauh di lubuk hati Mama yang paling dalam, Mama ingin melakukan semua kebaikan untuk kamu tolong maafkan semua kesalahan mama. Mama terlalu buta tanpa mencari tahu kamu yang sebenarnya," sesal Urmila.Alice menggenggam tangan ibu mertuanya menyentuhnya dengan lembut semua yang dikatakan oleh wanita di depannya tidaklah benar. Sebab kesalahpahaman itu sudah berakhir dan sebagai istri sekaligus menantu di keluarga Davindra tentu Alice menerima permintaan maaf dan me
"Kalian akan mati di tanganku!"Tangannya terkepal kuat melihat pemandangan di depannya yang membuat hatinya terasa sakit. Sejak awal ia sudah berdiri tidak jauh dari pelaminan menjadi penyusup kali ini menyamar sebagai salah satu pelayan hanya untuk mendekati musuhnya. Namun, sayang hatinya tak sekuat yang ia duga sebelumnya."Tunggu sebentar lagi!" gumamnya, memerhatikan keadaan sekitar.Kebenciannya semakin menjadi saat melihat Urmila memperhatikan Alice, bagaikan seorang ratu di kelilingi paya cenayan itulah Alice saat ini. Wajah penuh kebencian pada Alaric hilang entah kemana di hadapannya memperlihatkan wajah cantik bak ratu dalam istana sungguhan.'berbahagialah, sebentar lagi kamu akan mati,' batin wanita yang menutupi wajahnya dengan masker.Carissa ya, wanita yang menyamar sebagai pelayan adalah Carissa. Saat semua orang sibuk ia justru sibuk dengan barang di tangannya sebuah botol kecil mengeluarkan cairan itu di dalam gelas yang akan di berikan pada pengantin itu. "Kamu se
Mereka bersama tidak hentinya memojokkan Alaric. Rendra yang melihat putrinya di balik masker hanya menatapnya sesaat, tidak dapat di pungkiri hatinya begitu camat memikirkan putrinya jika sampai tertangkap oleh Alaric maka semua akan hancur. Usahanya akan sia-sia jika hal itu benar-benar terjadi. Rendra kembali fokus tujuan utamanya. Alaric tak bergeming dengan serangan yang di berikan Edison, dan juga dirinya. Terbesit rasa curiga melihat tamu yang biasa walau berapa dari mereka mengambil ponselnya untuk merekam kejadian di pesta pernikahan Alaric dan Alice."Alice turun, paman tidak ingin kamu jadi korban. Seperti yang dikatakan oleh Rendra jika suamimu itu adalah seorang pembunuh dingin. Dia begitu kejam dan paman tahu kamu sekarang sedang diancam olehnya. Kamu jangan takut ikut paman, tidak ada yang bisa menyelamatkan kamu dari pria seperti dia. Jika bukan Paman siapa lagi? Kamu sudah tidak memiliki saudara yang mampu untuk melindungi kamu selain paman." Alice bergeming seperti
Wajah mereka pias terlebih wajah Geya. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya wajah pucat pasi, tanpa sengaja tatapan mereka beradu. "Bagaimana bisa? Bukankah?" gumam Geya."Mama bicara sesuatu? Ada apa?" Federica memperhatikan wajah ibunya yang berusaha seketika."T– tidak, ada. Kenapa? Apa kamu memerhatikan mama? Apa kamu berfikir yang tidak-tidak tentang mama?" cecar Geya."Aku tidak bicara begitu, tapi kenapa mama bicara seperti itu? Atau Mama tengah memikirkan hal itu?" Federica menatap intens ibunya yang terlihat gugup. Bahkan saat kehadiran kakeknya wajah Geya pucat pasi, tidak seperti saat masuk wajahnya garang."Paman sejak awal aku menghargai persaudaraan antara anda dengan istri saya. Tetapi, sisi lain anda tahu sikap diam saya karena apa," Alaric menjeda ucapannya, tangannya yang terlihat ramping namun kokoh itu dengan lembut menarik pinggang Alice."Apa maksud kamu?" Edison, merasa jika kondisinya akan berbalik arah padanya."Perlu aku jelaskan d sini?""Jangan kuran