Mereka bersama tidak hentinya memojokkan Alaric. Rendra yang melihat putrinya di balik masker hanya menatapnya sesaat, tidak dapat di pungkiri hatinya begitu camat memikirkan putrinya jika sampai tertangkap oleh Alaric maka semua akan hancur. Usahanya akan sia-sia jika hal itu benar-benar terjadi. Rendra kembali fokus tujuan utamanya. Alaric tak bergeming dengan serangan yang di berikan Edison, dan juga dirinya. Terbesit rasa curiga melihat tamu yang biasa walau berapa dari mereka mengambil ponselnya untuk merekam kejadian di pesta pernikahan Alaric dan Alice."Alice turun, paman tidak ingin kamu jadi korban. Seperti yang dikatakan oleh Rendra jika suamimu itu adalah seorang pembunuh dingin. Dia begitu kejam dan paman tahu kamu sekarang sedang diancam olehnya. Kamu jangan takut ikut paman, tidak ada yang bisa menyelamatkan kamu dari pria seperti dia. Jika bukan Paman siapa lagi? Kamu sudah tidak memiliki saudara yang mampu untuk melindungi kamu selain paman." Alice bergeming seperti
Wajah mereka pias terlebih wajah Geya. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya wajah pucat pasi, tanpa sengaja tatapan mereka beradu. "Bagaimana bisa? Bukankah?" gumam Geya."Mama bicara sesuatu? Ada apa?" Federica memperhatikan wajah ibunya yang berusaha seketika."T– tidak, ada. Kenapa? Apa kamu memerhatikan mama? Apa kamu berfikir yang tidak-tidak tentang mama?" cecar Geya."Aku tidak bicara begitu, tapi kenapa mama bicara seperti itu? Atau Mama tengah memikirkan hal itu?" Federica menatap intens ibunya yang terlihat gugup. Bahkan saat kehadiran kakeknya wajah Geya pucat pasi, tidak seperti saat masuk wajahnya garang."Paman sejak awal aku menghargai persaudaraan antara anda dengan istri saya. Tetapi, sisi lain anda tahu sikap diam saya karena apa," Alaric menjeda ucapannya, tangannya yang terlihat ramping namun kokoh itu dengan lembut menarik pinggang Alice."Apa maksud kamu?" Edison, merasa jika kondisinya akan berbalik arah padanya."Perlu aku jelaskan d sini?""Jangan kuran
Perjalanan hidup seseorang tidak ada yang tahu. Harta, tahta dan wanita tiga hal yang tak bisa di pisahkan dari kaum laki-laki. Begitu juga dengan Edison sepak terjangnya di dunia bisnis dan dunia malam begitu kontras. Sikapnya yang begitu tergila-gila pada wanita yang kini menjadi istrinya, apapun yang di katakannya akan menjadi perintah baginya termasuk rencana untuk menyingkirkan saudara kembarnya, hanya karena harta yang mereka miliki sehingga membuat Edison gelap mata.Tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk menyelamatkan diri. Bukti dan saksi telah di perlihatkan Edison dan Geya hanya bisa pasrah menerima takdir mereka sekarang.Begitu pula dengan Rendra, meksi bukti itu tidak mampu menjeratnya namun, putrinya Carissa telah kembali tinggal dibalik jeruji besi karena terbukti dengan obat di tangannya untuk membunuh Alice."Kamu gila, Alaric! Tidak sedikit pun kamu berusaha untuk maafkan aku? Aku wanita yang mencintaimu tanpa syarat. Aku melakukan semua ini karena aku cinta sam
Alaric menelan ludahnya susah payah. Kenapa? Ya, kenapa tidak sejak dulu ia menyelamatkan Alice dari pria yang egois seperti Albert."Bagaimana aku bisa menyelamatkan kamu, darinya? Jika kamu enggan untuk mengenaliku. Ya, kamu pasti lupa tapi aku mengingat semua setiap detik dimana kita pernah bertemu untuk pertama kalinya. Bahkan, saat aku tidak sengaja menabrak kamu, mungkin kamu lupa buktinya saat itu kamu tidak pernah bersedia memandangku tatapanmu hanya terfokus pada satu titik yaitu Albert. Maafkan kebodohanku yang membiarkan kamu bersama pria seperti dia tapi mulai hari ini disaat aku mendapatkan mu di sana pula aku berjanji untuk tetap menjagamu, melindungi mu. Tidak satupun orang yang bisa menyakiti meskipun aku pernah mengalami kegagalan di mana ibuku sudah menyakitimu maka dari itu aku belajar bahwa aku harus berada di samping kamu selamanya. Aku berjanji demi kamu dan anak kita, aku akan merubah diriku seperti yang kamu inginkan," Alaric menggenggam tangan lembut Alice."
"Apa maksud kamu, Alice?" "Apa kurang jelas yang aku katakan? Kamu begitu egois. Tanpa memikirkan perasaan orang lain tapi kamu, sudahlah. Sebaiknya kamu pergi dari sini. Aku tidak akan membebaskan orang tuamu." "Prang tuaku paman dan bibimu, Alice. Harusnya kamu melupakan kejadian yang sudah lama. Toh, kamu masih hidup sampai detik ini!" sergah Federica."Apa kamu bilang? Melupakan? Bahkan aku ingin memberikan kesaksian agar mereka yang membuat orang tuaku meninggal di hukum mati! Enak banget kamu bicara seperti itu, kamu bicara seakan-akan kamu hidup paling menderita tapi lihat aku sejak lama menjadi babu kamu. Sedangkan aku adalah pemilik perusahaan dan kekayaan yang kamu dan orang tuamu gunakan! Sungguh miris akal sehat tak berguna!" Alice mengeluarkan seluruh emosinya. Emosi yang sejak lama ia pendam kini terkuak begitu saja."Kamu gila Alice! Ternyata kamu lebih gila dari keluargaku, kamu lupa bagaimana kami sudah memberikan terbaik untukmu dan kamu–" ucapan Federica terhenti
"Alice bicaralah yang sopan. Aku ini lebih tua dari kamu, lagi pula kamu pernah akan menjadi menantuku. Bagaimana bisa bicara kasar seperti ini?" Izora salah tingkah, meski begitu ia tetap berusaha untuk membujuk Alice."Sikap seperti apa yang bibi inginkan?" "Em,. Alice, boleh ibu jujur padamu? Ibu ingin kamu tetap menjadi menantu ibu. Sejak dulu ibu tidak suka Federica sampai saat ini tak kunjung hamil tapi kamu, belum lama menikah tapi sudah hamil. Ibu mohon kembalilah pada Albert, bukankah dulu kamu cinta mati sama dia? Satu rahasia yang ingin ibu ceritakan padamu, ini mengenai –" Izora memperhatikan mimik wajah Alice yang tak berubah, tetap tenang.Tak jauh berbeda yang terlihat oleh Izora, Alice bersikap tenang namun di balik itu semua Alice memendam amarah yang sejak lama ia simpan. Tenaganya telah habis terkuras karena kehadiran Federica. Tujuannya ke rumah kakek menginginkan moodnya kembali tetapi hal itu tak mungkin, kini Alice berhadapan dengan ibu mantan tunangannya yan
Untuk pertama kalinya Federica menemui juru bicara keluarganya, sejak kecurigaannya tentang Gisella adalah saudaranya membuat Federica menjauh. Seakan jurang di antara mereka semakin terbentang luas. Tak ada niat Federica mengutarakan semua yang terjadi pada mereka berdua."Ada apa nona datang kemari? Saya sudah di pecat oleh kakek anda. Tidak mungkin nona datang tanpa ada tujuan," Gisella, dengan sikapnya yang ramah dengan tenang menghadapi sikap arogan mantan majikannya."Kamu masih hebat untuk menduga tujuanku, ke sini. Aku minta untuk tetap bekerja, tapi bukan juru bicara lagi. Melainkan bekerja untukku." "Untuk, nona?""Ya. Kenapa? Apa kamu takut aku tidak bisa membayar mu? Kamu pikir aku sudah bangkrut? Kamu salah Gisella, aku masih menjadi nona Ravindra. Jadi bekerjasama denganku maka hidupmu akan terjamin." Federica tersenyum, ia yakin jika Gisella membutuhkan uang untuk melanjutkan hidupnya setelah di pecat dari oleh kakeknya."Maaf, nona, aku tidak bisa menerima tawaran and
"Gisella, tunggu!" kata yang tak sampai keluar dari bibirnya. Seakan tercekat di dalam tenggorokan."Gisella, maafkan mama, maafkan keegoisan mama!" Geya menangis meraung, tak sanggup tubuhnya berdiri semua bagaikan serpihan ingatan yang kembali menariknya ke dalam kejadian dua puluh tahun yang lalu."Sayang, jangan pergi semua demi anak kita. Aku siap menerima hukuman apapun darimu tapi tidak untuk meninggalkan anak kita. Aku berjanji akan bekerja lebih giat lagi untuk memenuhi semua keinginan kamu. Tolonglah untuk demi anak kita aku akan melakukan semua yang–" "Sudah cukup aku tidak mau mendengarkan apapun darimu urus saja anak itu. Aku tidak mau hidup menderita dengan kamu, aku tidak sudi hidup miskin tapi nyatanya kamu memberikan kemiskinan terus menerus padaku. Aku ingin hidup mewah. Aku ingin hidup berkelimpahan harta nyatanya sampai saat ini tidak aku dapatkan dari kamu, aku tidak mau mengurus anak dengan tubuh yang kusam seperti ini.Aku ingin seperti mereka, kamu tahu aku bi