"Aku sudah berkunjung," sahutnya acuh.Alaric mendekati Alice, berlutut di depan menyentuh tangan Alice lembut. Berharap jika sang istri bersedia memaafkan kesalahannya dan bersedia membuka hati untuknya."Apa yang kau lakukan?" Alice melepaskan tangan Alaric yang menggenggam tangannya erat."Aku hanya ingin melihat wajah istriku. Kau begitu cantik Alice," Alaric menatap intens wajah cantik Alice. Wanita yang ia cintai.Alice memalingkan wajahnya betapa ia tak ingin melihat wajah tampan Alaric meski hatinya ingin berdekatan dengannya. Menghirup aroma tubuhnya yang wangi menenangkan, Alice memilih untuk tidak melakukan hatinya begitu sakit ketika miliknya di renggut paksa oleh pria yang bertahan dengan posisinya.Harta yang amat ia jaga walau Alaric memiliki hak untuk melakukannya mengingat Alaric adalah pria yang membeli tubuhnya dari ibu tirinya."Kamu orang pertama yang aku sentuh seutuhnya. Wanita mana pun tak sedikit pun yang bisa membuatku melakukan lebih, wanita yang kau lihat i
Albert tidak mampu menyembunyikan amarahnya sikap dan ucapan Alaric mampu membuatnya terdiam. Meski harus menahan gejolak amarah yang semakin terbakar karena Alaric terus mengatakan hal yang tidak ingin Ia dengar. "Jangan dekati istriku apa pun alasanmu! Kau sudah membuangnya dan seharusnya kau sadar kenapa aku harus membelinya. Sepertinya kau tidak sadar dari awal kenapa aku selalu memilih diam bahkan aku meninggalkanmu setiap kali kau mengatakan keburukan pada Alice. Kau bicara bahwa kekasihmu adalah wanita yang sangat bodoh dan dia pantas untuk kau tinggalkan bahkan untuk kau permainkan. Kau halo pak jika aku benar-benar mengatakan kepadamu bahwa aku sangat mencintai seseorang dan itu sejak pandangan pertama hingga saat ini dan wanita itu adalah istriku saat ini!" ucap Alaric penuh kebanggaan ketika menyebut Alice adalah istrinya."Kau benar-benar menikam 'ku," Albert melayangkan tangannya ke arah Alaric. Dengan sigap pria tampan itu menangkisnya."Aku akan merebut Alice darimu. A
Alaric merapikan jasnya sebelum memasuki rumah yang telah lama ia tak pernah lagi di kunjunginya. Sudah lebih dari lima tahun Alaric tidak menemui mereka terlebih putranya yang tak lain adalah Albert sahabat dekatnya.Seorang penjaga membukakan pintu gerbang terlihat tak ada yang berbeda dari sebelumnya segar dan rindang. Ibu sahabatnya begitu menyukai pepohonan yang lebih tinggi agar terlihat rindang dan sejuk. "Tuan muda Alaric? Benarkah itu?" tanya seorang wanita paruh baya yang menghampirinya saat turun dari mobil."Bibi Ena? Apa kabar?" sapa Alaric, tak sungkan pria muda itu memeluk wanita di depannya. Dulu saat hubungan Alaric dan Albert baik-baik saja Alaric sering berkunjung ke rumah ini dan Bi Ena yang selalu membuatkan makanan kesukaannya."Baik tuan muda, lama tak kunjung. Silahkan masuk Bibi panggilkan Nyonya dan tuan sebentar," ujarnya tak ingin terlalu lama menahan tuan muda yang amat ia sayangi karena kebaikan dan kesopanannya."Wah, lihat siapa yang berkunjung ini? S
Federica terus mengikuti kemanapun ibunya pergi yang terlihat menghindarinya. Di ruang makan suasana tak sehangat sebelumnya Federica yang terus memperhatikan ibunya berbeda dengan Albert yang diam-diam memikirkan mantan kekasihnya dan sahabatnya yang memberikan ancaman padanya. Terlebih setelah menemui kedua orang tuanya.Edison yang lebih memilih bungkam meki ia tahu jika ada yang tidak beres dalam keluarganya. Istri dan anaknya seakan tengah berbicara menggunakan telepati, dan menantunya yang ia tahu tengah memikirkan seseorang. Dan dirinya yang merencanakan untuk menyingkirkan Alice. Dengan cara itu bisa menghancurkan Alaric."Ma, Aku ingin bicara berdua dengan Mama," Federica menghalangi langkah Geya yang menghindarinya."Apa yang ingin kamu tanyakan pada mama? Kalau kamu ingin tahu yang diucapkan oleh Alaric. Itu artinya kamu adalah orang yang begitu bodoh mudah di permainan oleh orang lain. Seharusnya kamu pikirkan bagaimana caranya untuk menjaga Albert. Dia sedang merencanakan
Diam sejenak sebelum akhirnya Alaric mengangkat wajahnya melihat sosok wanita di depannya yang begitu dingin terhadapnya. "Aku akan melakukan hal apapun untuk kamu. Mengenai kecelakaan yang menimpa kedua orang tuamu itu sudah aku lakukan, dan aku akan semakin giat untuk mencari siapa yang sudah melakukan ini kepada keluargamu. Aku janji padamu," ujar Alaric pasti."Aku ingin bukti, secepatnya jangan sampai kandunganku semakin besar dan aku belum meyakinkan bahwa kamu adalah suamiku." Alaric tersenyum penuh kemenangan mendengar secara langsung apa yang dikatakan oleh istrinya."Tentu saja aku suamimu. Aku akan secepatnya memberikan bukti itu padamu, tapi sebenarnya aku rencana lain tapi sayangnya kamu memintanya sebelum kita menikah. Sedangkan aku," Alaric tidak melanjutkan kata-katanya ia kembali mengingat bahwa rencana untuk membongkar semua kejahatan Edison dan keluarganya di depan istrinya saat hari pernikahannya itu adalah kado terindah yang akan Ia berikan pada sang istri namun
Pertemuan rahasia antara Edison dan Rendra di salah satu hotel ternama. Mereka saling berbagi koleksi wanita muda yang menemani mereka saat tengah berbincang serius. Kebiasaan mereka yang tak pernah bisa di sembuhkan, entah keuntungan apa yang mereka dapatkan ketika harus berbagi saliva dengan orang lain selain pasangan mereka. Namun, yang pasti mereka hanya mencari kesenangan semu sebelum menghempas mereka setalah mereka memutuskan untuk pulang ke rumah."Bagiamana rencana kita? Aku tidak ingin gagal lagi. Mereka sudah cukup bernapas lama!" Edison menepuk punggung Rendra menenangkan sahabatnya, sahabat? Lebih tepatnya mereka dekat karena satu tujuan. "Tenang saja kita pasti bisa menyingkirkan mereka. Sekarang katakan kelemahan Alaric?" "Kau tidak tahu kelemahannya? Haha, keponakan kamu itulah kelemahan Alaric! Atau jangan-jangan kamu pura-pura tidak tahu?" Rendra menelisik wajah Edison. Tidak mungkin jika pria di depannya tidak tahu kelemahan Alaric."Haha, Rendra, Rendra, kamu pi
Tiga jam sudah Urmila bersama Alice wanita yang pernah ia benci. Bahkan, berusaha untuk di singkirkan namun ternyata dialah istri pilihan putranya menantu yang tengah mengandung penerus keluarganya."Alice, sebenarnya mama sangat malu berhadapan dengan kamu. Mama terlalu banyak salah, yang paling parahnya lagi mama hampir saja menghancurkan kamu dan juga cucu mama yang ada dalam kandungan kamu. Maafkan mama walau Mama tahu apa yang Mama lakukan hari ini tentu tidak bisa merubah begitu saja rasa sakit hati kamu sama mama tapi jauh di lubuk hati Mama yang paling dalam, Mama ingin melakukan semua kebaikan untuk kamu tolong maafkan semua kesalahan mama. Mama terlalu buta tanpa mencari tahu kamu yang sebenarnya," sesal Urmila.Alice menggenggam tangan ibu mertuanya menyentuhnya dengan lembut semua yang dikatakan oleh wanita di depannya tidaklah benar. Sebab kesalahpahaman itu sudah berakhir dan sebagai istri sekaligus menantu di keluarga Davindra tentu Alice menerima permintaan maaf dan me
"Kalian akan mati di tanganku!"Tangannya terkepal kuat melihat pemandangan di depannya yang membuat hatinya terasa sakit. Sejak awal ia sudah berdiri tidak jauh dari pelaminan menjadi penyusup kali ini menyamar sebagai salah satu pelayan hanya untuk mendekati musuhnya. Namun, sayang hatinya tak sekuat yang ia duga sebelumnya."Tunggu sebentar lagi!" gumamnya, memerhatikan keadaan sekitar.Kebenciannya semakin menjadi saat melihat Urmila memperhatikan Alice, bagaikan seorang ratu di kelilingi paya cenayan itulah Alice saat ini. Wajah penuh kebencian pada Alaric hilang entah kemana di hadapannya memperlihatkan wajah cantik bak ratu dalam istana sungguhan.'berbahagialah, sebentar lagi kamu akan mati,' batin wanita yang menutupi wajahnya dengan masker.Carissa ya, wanita yang menyamar sebagai pelayan adalah Carissa. Saat semua orang sibuk ia justru sibuk dengan barang di tangannya sebuah botol kecil mengeluarkan cairan itu di dalam gelas yang akan di berikan pada pengantin itu. "Kamu se