"Al, kamu bicara apa? Apa maksud kamu menolak perjodohan ini?" Carissa terbata, cemas. Hatinya belum siap mendengar kata-kata yang menyakitkan hatinya tidak sanggup untuk menampungnya.Alaric tersenyum meremehkan melihat tingkah Carissa yang mulai dengan dramanya. Berbeda dengan Carissa orang tua Carissa justru menahan kemarahannya di balik sikap tenangnya."Kamu tahu jawabannya, lalu untuk apa kamu bertanya?" ujar Alaric, tajam."Maksud kamu apa? Aku benar-benar tidak tahu, Al?" Carissa mendesak Alaric dan berusaha untuk meminta bantuan pada kedua orang tuanya."Berhenti untuk berpura-pura jika aku membukanya di depan kedua orang tuamu dan orang tuaku. Aku jamin Kamu tidak akan pernah bisa keluar dari rumah ini sekalipun kamu bisa tentu dengan dikawal oleh mereka." Ujar Alaric menunjuk dua pria berseragam yang ada di ponselnya."Tunggu-tunggu ini ada apa? Kenapa kamu bicara seperti itu dan kenapa kamu menunjukkan dua polisi pada anakku? Al, boleh aku tahu alasan kamu menolak putriku?
Keluarga Rory tidak terima atas perlakuan keluarga Davindra padanya. Sejatinya mereka adalah teman baik hingga saat ini. Namun, Rendra hanya ingin memberikan yang terbaik untuk putrinya. Carissa begitu mencintai Alaric sehingga menurutnya adalah kewajaran jika orang tua menuruti kehendak anak mereka termasuk dirinya.Tetapi kejadian hari ini telah membuktikan bahwa keluarga Davindra tak sebaik yang ia kira sebelumnya perbedaan status sosial meski kekayaan yang di miliki cukup banyak. Tetapi , berbeda dengan keluarganya mereka adalah keluarga yang sempurna. Davindra memiliki kekayaan yang melebihi dari keluarganya selain itu nama besar putranya mampu mengalahkan pesaing yang bermain kotor dan curang. Kekuasaan yang bahkan sangat ditakuti oleh pebisnis di luaran sana termasuk dirinya. Siapa yang tak ingin bersanding dengan Alaric? Hanya orang bodoh yang menolaknya. Desas-desus kehidupan malamnya tak jua terendus, sehingga namanya begitu bersih di kalangan koleganya.Rendra tahu siapa
"Aku sudah berkunjung," sahutnya acuh.Alaric mendekati Alice, berlutut di depan menyentuh tangan Alice lembut. Berharap jika sang istri bersedia memaafkan kesalahannya dan bersedia membuka hati untuknya."Apa yang kau lakukan?" Alice melepaskan tangan Alaric yang menggenggam tangannya erat."Aku hanya ingin melihat wajah istriku. Kau begitu cantik Alice," Alaric menatap intens wajah cantik Alice. Wanita yang ia cintai.Alice memalingkan wajahnya betapa ia tak ingin melihat wajah tampan Alaric meski hatinya ingin berdekatan dengannya. Menghirup aroma tubuhnya yang wangi menenangkan, Alice memilih untuk tidak melakukan hatinya begitu sakit ketika miliknya di renggut paksa oleh pria yang bertahan dengan posisinya.Harta yang amat ia jaga walau Alaric memiliki hak untuk melakukannya mengingat Alaric adalah pria yang membeli tubuhnya dari ibu tirinya."Kamu orang pertama yang aku sentuh seutuhnya. Wanita mana pun tak sedikit pun yang bisa membuatku melakukan lebih, wanita yang kau lihat i
Albert tidak mampu menyembunyikan amarahnya sikap dan ucapan Alaric mampu membuatnya terdiam. Meski harus menahan gejolak amarah yang semakin terbakar karena Alaric terus mengatakan hal yang tidak ingin Ia dengar. "Jangan dekati istriku apa pun alasanmu! Kau sudah membuangnya dan seharusnya kau sadar kenapa aku harus membelinya. Sepertinya kau tidak sadar dari awal kenapa aku selalu memilih diam bahkan aku meninggalkanmu setiap kali kau mengatakan keburukan pada Alice. Kau bicara bahwa kekasihmu adalah wanita yang sangat bodoh dan dia pantas untuk kau tinggalkan bahkan untuk kau permainkan. Kau halo pak jika aku benar-benar mengatakan kepadamu bahwa aku sangat mencintai seseorang dan itu sejak pandangan pertama hingga saat ini dan wanita itu adalah istriku saat ini!" ucap Alaric penuh kebanggaan ketika menyebut Alice adalah istrinya."Kau benar-benar menikam 'ku," Albert melayangkan tangannya ke arah Alaric. Dengan sigap pria tampan itu menangkisnya."Aku akan merebut Alice darimu. A
Alaric merapikan jasnya sebelum memasuki rumah yang telah lama ia tak pernah lagi di kunjunginya. Sudah lebih dari lima tahun Alaric tidak menemui mereka terlebih putranya yang tak lain adalah Albert sahabat dekatnya.Seorang penjaga membukakan pintu gerbang terlihat tak ada yang berbeda dari sebelumnya segar dan rindang. Ibu sahabatnya begitu menyukai pepohonan yang lebih tinggi agar terlihat rindang dan sejuk. "Tuan muda Alaric? Benarkah itu?" tanya seorang wanita paruh baya yang menghampirinya saat turun dari mobil."Bibi Ena? Apa kabar?" sapa Alaric, tak sungkan pria muda itu memeluk wanita di depannya. Dulu saat hubungan Alaric dan Albert baik-baik saja Alaric sering berkunjung ke rumah ini dan Bi Ena yang selalu membuatkan makanan kesukaannya."Baik tuan muda, lama tak kunjung. Silahkan masuk Bibi panggilkan Nyonya dan tuan sebentar," ujarnya tak ingin terlalu lama menahan tuan muda yang amat ia sayangi karena kebaikan dan kesopanannya."Wah, lihat siapa yang berkunjung ini? S
Federica terus mengikuti kemanapun ibunya pergi yang terlihat menghindarinya. Di ruang makan suasana tak sehangat sebelumnya Federica yang terus memperhatikan ibunya berbeda dengan Albert yang diam-diam memikirkan mantan kekasihnya dan sahabatnya yang memberikan ancaman padanya. Terlebih setelah menemui kedua orang tuanya.Edison yang lebih memilih bungkam meki ia tahu jika ada yang tidak beres dalam keluarganya. Istri dan anaknya seakan tengah berbicara menggunakan telepati, dan menantunya yang ia tahu tengah memikirkan seseorang. Dan dirinya yang merencanakan untuk menyingkirkan Alice. Dengan cara itu bisa menghancurkan Alaric."Ma, Aku ingin bicara berdua dengan Mama," Federica menghalangi langkah Geya yang menghindarinya."Apa yang ingin kamu tanyakan pada mama? Kalau kamu ingin tahu yang diucapkan oleh Alaric. Itu artinya kamu adalah orang yang begitu bodoh mudah di permainan oleh orang lain. Seharusnya kamu pikirkan bagaimana caranya untuk menjaga Albert. Dia sedang merencanakan
Diam sejenak sebelum akhirnya Alaric mengangkat wajahnya melihat sosok wanita di depannya yang begitu dingin terhadapnya. "Aku akan melakukan hal apapun untuk kamu. Mengenai kecelakaan yang menimpa kedua orang tuamu itu sudah aku lakukan, dan aku akan semakin giat untuk mencari siapa yang sudah melakukan ini kepada keluargamu. Aku janji padamu," ujar Alaric pasti."Aku ingin bukti, secepatnya jangan sampai kandunganku semakin besar dan aku belum meyakinkan bahwa kamu adalah suamiku." Alaric tersenyum penuh kemenangan mendengar secara langsung apa yang dikatakan oleh istrinya."Tentu saja aku suamimu. Aku akan secepatnya memberikan bukti itu padamu, tapi sebenarnya aku rencana lain tapi sayangnya kamu memintanya sebelum kita menikah. Sedangkan aku," Alaric tidak melanjutkan kata-katanya ia kembali mengingat bahwa rencana untuk membongkar semua kejahatan Edison dan keluarganya di depan istrinya saat hari pernikahannya itu adalah kado terindah yang akan Ia berikan pada sang istri namun
Pertemuan rahasia antara Edison dan Rendra di salah satu hotel ternama. Mereka saling berbagi koleksi wanita muda yang menemani mereka saat tengah berbincang serius. Kebiasaan mereka yang tak pernah bisa di sembuhkan, entah keuntungan apa yang mereka dapatkan ketika harus berbagi saliva dengan orang lain selain pasangan mereka. Namun, yang pasti mereka hanya mencari kesenangan semu sebelum menghempas mereka setalah mereka memutuskan untuk pulang ke rumah."Bagiamana rencana kita? Aku tidak ingin gagal lagi. Mereka sudah cukup bernapas lama!" Edison menepuk punggung Rendra menenangkan sahabatnya, sahabat? Lebih tepatnya mereka dekat karena satu tujuan. "Tenang saja kita pasti bisa menyingkirkan mereka. Sekarang katakan kelemahan Alaric?" "Kau tidak tahu kelemahannya? Haha, keponakan kamu itulah kelemahan Alaric! Atau jangan-jangan kamu pura-pura tidak tahu?" Rendra menelisik wajah Edison. Tidak mungkin jika pria di depannya tidak tahu kelemahan Alaric."Haha, Rendra, Rendra, kamu pi